Memahami Penjaga Gawang, Memaafkan Blunder Donnarumma

31 Maret 2019 20:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donnarumma, Napoli vs Milan Foto: REUTERS/Ciro De Luca
zoom-in-whitePerbesar
Donnarumma, Napoli vs Milan Foto: REUTERS/Ciro De Luca
ADVERTISEMENT
Kemenangan Sampdoria atas AC Milan pada laga pekan ke-29 Serie A 20181/19 pada akhirnya menegaskan satu hal: menjadi penjaga gawang adalah tentang kesigapan untuk bangkit secepat mungkin di hadapan ancaman lawan.
ADVERTISEMENT
Milan memasuki laga dengan meyakinkan. Pentas Serie A belakangan menjadi panggung yang membuktikan bahwa di tengah musim yang rumit, mereka belum tamat. Namun, laga yang dihelat di Stadion Luigi Ferraris pada Minggu (31/3/2019) itu tuntas dengan kemenangan Sampdoria.
Yang membikin miris, gol tunggal yang mengantarkan tuan rumah pada kemenangan 1-0 itu lahir saat pertandingan baru berjalan 33 detik dan tak dapat dipisahkan dari blunder sang penjaga gawang. Kala itu, Gianluigi Donnarumma mencoba merespons backpass Mateo Musacchio dengan first touch. Bola kemudian diintersep dan dipantulkan Gregoire Defrel ke gawang Milan.
Selepas kesalahan tersebut, grafik Donnarumma sebetulnya menanjak. Tercatat ada enam penyelamatan yang dilakukan penjaga gawang Timnas Italia tersebut dalam 90 menit. Namun, kebangkitannya itu belum cukup kuat untuk menyelamatkan Milan dari kekalahan.
ADVERTISEMENT
Gregoire Defrel merayakan gol yang berawal dari blunder Gianluigi Donnarumma di laga Sampdoria vs AC Milan. Foto: Jennifer Lorenzini/Reuters
Sadar bahwa sedikit-banyak kekalahan itu berawal dari kesalahan individunya, Donnarumma meminta maaf. Dalam wawancara usai laga ia menjelaskan bahwa manuver pada detik ke-33 itu memang punya andil dalam kekalahan tim.
"Tugas sebagai penjaga gawang berarti Anda tidak boleh membiarkan segala sesuatu bergerak lebih cepat, Anda harus bangkit dan memperbaiki kesalahan saat itu juga," ujar Donnarumma, dilansir Football Italia.
"Saya berterima kasih kepada tim untuk dukungan mereka, termasuk saat peluit panjang tanda akhir laga dibunyikan. Saya melakukan kesalahan dan saya meminta maaf kepada setiap orang."
"Saat Anda berusaha membangun serangan dari belakang, Anda bisa saja melakukan eror. Saya meminta maaf karena kami tidak mampu memetik poin. Tapi, kami harus melangkah ke depan," ucap Donnarumma.
ADVERTISEMENT
Kiper Milan, Donnarumma! Foto: AFP/Marco Bertorello
Apa yang diutarakan Donnarumma soal situasi yang acap mesti dihadapi penjaga gawang mengingatkan sebagian orang tentang pendapat Gianluigi Buffon tentang seperti apa sebenarnya menjadi penjaga gawang.
Wawancara yang dilakoninya bersama James Horncastle yang tayang di The Guardian pada Juni 2014 memaparkan bahwa menjadi kiper adalah tugas untuk menyelesaikan persoalan dalam waktu sepersekian detik yang sialnya berulang kali harus dilakukan seorang diri.
Buffon tak menampik bahwa ada begitu banyak orang yang mengerdilkan tanggung jawab seorang kiper. Sang legenda hidup menyadari, kebanyakan orang menganggap bahwa kiper yang gagal menyelamatkan gawangnya adalah pesepak bola buruk karena tak mampu bertanggung jawab dalam kotak enam yard.
Buffon ditaklukkan oleh Lukaku. Foto: Benoit Tessier/Reuters
"Pertanyaan pertama yang saya tanyakan kepada mereka: Apakah kalian tahu sebesar apa kotak enam yard bagi penjaga gawang yang berdiri di atasnya? Lucunya, tidak ada satupun yang tahu."
ADVERTISEMENT
"Saya beri gambaran, luas kotak itu sekitar 100 meter persegi. Itu luas yang sama dengan apartemen dua kamar atau bar. Hanya Tuhan yang tahu sebesar apa kotak tersebut. Jadi, yang saya perhatikan di sini, minimnya pemahaman orang tentang penjaga gawang dan bagaimana kecilnya minat mereka untuk mencari tahu. Tapi, ya memang seperti itulah cara kerja dunia," jelas Buffon kepada The Guardian.
Omongan Buffon tidak berlebihan. Coba hitung-hitung lagi. Panjang goal area adalah 18,32 meter dan lebarnya 5,5 meter. Kalau dihitung, luasnya mencapai 100, 76 meter persegi.
Donnarumma merayakan kemenangan Milan. Foto: REUTERS/Max Rossi
Entahlah seperti apa cacian yang diterima oleh Donnarumma akibat eror tersebut. Namun, Donnarumma membuktikan bahwa segala macam cerca, termasuk dari suporter sendiri, tak mampu mengendurkan asanya bermain sebagai penjaga gawang nomor satu Milan.
ADVERTISEMENT
Buktinya, ia berhasil bangkit dari polemik yang lahir akibat saga transfernya musim lalu. Kabar baiknya, Donnarumma tak cuma mendapat dukungan dari rekan setimnya di tengah situasi tak sedap ini. Penyerang Sampdoria yang juga menjadi rekannya di Timnas Italia, Fabio Quagliarella, turut memberikan dukungan morel untuknya.
"Ia (Quagliarella) adalah teman yang sangat baik, kami menghabiskan sekitar 10 hari untuk berlaga di Kualifikasi Piala Eropa. Dan setelah gol tersebut, ia langsung mendatangi dan menguatkan saya," jelas Donnarumma.
"Milan telah menunjukkan bahwa kami sulit untuk dijatuhkan dan satu kesalahan tidak akan menghancurkan apa yang sudah kami bangun," pungkasnya.