Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menanti Inzaghi Bersaudara Saling Sikut di Serie A
14 Juni 2018 6:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Lama tak terdengar gaungnya di ranah kompetisi Serie A , nama Filippo Inzaghi kembali merebak usai ditunjuk sebagai pelatih anyar Bologna untuk musim 2018/19. Inzaghi menggantikan tempat Roberto Dondoni yang sudah menjadi juru taktik Bologna sejak 2015 silam.
ADVERTISEMENT
Sebelum ditunjuk jadi pelatih anyar Bologna, Inzaghi adalah pelatih dari Venezia yang merumput di Serie B. Pada musim 2017/18, Super Pippo membawa Venezia finis di posisi lima klasemen akhir dan berhak melakoni babak play-off ke Serie A. Namun, timnya keok dari Palermo di semifinal.
Kendati gagal mengantarkan Venezia kembali mentas di Serie A, Inzaghi cukup berprestasi ketika pertama kali datang pada musim 2016/17 dengan memberikan gelar Serie C dan juga memenangi Coppa Italia Serie C, sekaligus mengantarkan Venzia naik kasta ke Serie B. Berangkat dari torehan ini, Bologna mengganjar Inzaghi dengan kontrak selama dua tahun.
"Bologna FC 1909 mengumumkan bahwa Filippo Inzaghi telah dipercaya untuk menjadi pelatih dari tim pertama. Dia telah menandatangani kontrak hingga 30 Juni 2020. Persentasi pelatih baru dijadwalkan pada pukul 11.00 waktu Italia di ruang pers Stadion Dall'Ara," bunyi pernyataan di situs resmi Bologna.
ADVERTISEMENT
Inzaghi sendiri bukan kali pertama menanggani klub Serie A. Sebelumnya pria berusia 44 tahun tersebut pernah menjadi allenatore AC Milan pada musim 2014/15 usai menggantikan posisi Clarence Seedorf. Namun, kebersamaan Inzaghi di Milan hanya berlangsung satu tahun usai didepak pada akhir musim dan digantikan Sinisa Mihajlovic.
Inzaghi tak bisa membawa Rossoneri berprestasi selama jadi juru taktik. Pada musim 2014/15 Milan hanya finis di posisi 10 klasemen akhir dengan koleksi 52 poin, usai meraih 13 kemenangan, 13 kali imbang, dan 12 kekalahan. Milan pun terhenti di babak 16 besar Coppa Italia. Total ada 40 pertandingan yang dijalani Inzaghi sebagai pelatih Milan dengan rasio kemenangan 35%.
Selain kembali mentas di Serie A, kehadiran Inzaghi pun menjadi menarik karena ia bakal menghadapi adik kandungnya, Simone Inzaghi , yang saat ini melatih Lazio . Hal ini menarik karena sangat jarang terjadi di dunia sepak bola seorang saudara kandung saling berhadapan sebagai pelatih.
ADVERTISEMENT
Terakhir kali hal ini terjadi pada Sir Robert (Bobby) Charlton dan kakaknya John (Jack) Charlton ketika keduanya menangani tim divisi dua Liga Inggris di musim 1973/74. Bobby Charlton membesut Preston North End dan Jack Charlton jadi juru taktik Middlesbrough.
Di musim itu, Jack Charlton sukses membawa The Boro menjuarai divisi dua dan diganjar penghargaan Manager of The Year. Sementara adiknya gagal membawa Preston berprestasi dan terdegradasai ke divisi tiga.
Sebagai pelatih, karier Jack memang lebih mentereng dan tahan lama ketimbang adiknya. Terhitung, ada dua trofi mayor yang didapatknnya saat membawa Middlesbrough juara divisi dua dan Sheffield Wednesday juara divisi tiga. Ia pun sempat jadi pelatih Irlandia selama 10 tahun (1985-1996). Sedangkan, Bobby Chartlon nirtrofi sebagai pelatih.
ADVERTISEMENT
Namun, prestasi Bobby Charlton lebih bersinar ketika jadi pemain. Jika Jack Charlton selama kariernya hanya membela Leeds United (1952-1973) dan hanya memenangi satu trofi Liga Inggris. Bobby Charlton berjaya bersama Manchester United dengan tiga trofi Liga Inggris dan satu Liga Champions. Akan tetapi, keduanya menjadi penggawa Inggris saat memenangi Piala Dunia 1966.
Menariknya, Inzaghi bersaudara pun sama-sama seorang mantan pemain, berposisi sebagai penyerang pula. Namun, keduanya punya jalan kariernya yang berbeda. Simone Inzaghi bersinar bersama Lazio, sedangkan Filippo menuai banyak prestasi bersama tim-tim beken macam Juventus dan Milan, Filippo pun tergabung sebagai penggawa Timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006.
Tetapi, menilik curriculum vitae sebagai pelatih, sang adik nyatanya lebih mentereng. Pada tahun pertamannya di Lazio, Simone langsung membawa I Biancocelesti finis di posisi lima klasemen akhir dan mentas di Liga Europa. Di musim 2017/18, Simone kembali membawa Lazio finis di posisi lima. Total 98 pertandingan sudah dilewati Simone sebagai pelatih Lazio dengan rasio kemenangan 56,12%.
ADVERTISEMENT
Kini, keduanya kembali dipertemukan di dunia sepak bola. Bedanya, mereka tak akan beradu skill di atas lapangan, melainkan adu srategi dan taktik sebagai pelatih. Bagaimana hasil dari adu sikut keduanya di pinggir lapangan? Mari kita nantikan.