Mencari Wadah Ideal Higuain Bersama Chelsea

22 Januari 2019 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gonzalo Higuain tampil sebagai pemain pengganti saat AC Milan menghadapi Juventus di laga Piala Super Italia. (Foto: Waleed Ali/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Gonzalo Higuain tampil sebagai pemain pengganti saat AC Milan menghadapi Juventus di laga Piala Super Italia. (Foto: Waleed Ali/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa perubahan yang akan dilakukan Chelsea untuk mengakomodir Gonzalo Higuain nanti?
ADVERTISEMENT
Demikian pertanyaan yang muncul setelah sejengkal lagi Higuain merapat ke The Blues. Pemain berusia 31 tahun itu diharapkan mampu mempertajam lini depan Chelsea yang tumpul.
Terang saja, hanya 5 gol yang dihasilkan Alvaro Morata sang penyerang utama. Olivier Giroud malah lebih parah karena baru sekali menceploskan bola ke gawang lawan di pentas Premier League. Jumlah gol keduanya jauh lebih sedikit ketimbang para penyerang personel Big Six lainnya. Mohamed Salah (16 gol), Harry Kane (14 gol), Pierre-Emerick Aubameyang (14), dan Marcus Rashford (8).
Problem di lini depan kemudian diakali Sarri dengan memainkan Hazard sebagai false nine. Hasilnya manjur, 3 gol berhasil dibuat mantan pemain Lille itu ketika enam kali diturunkan sebagai 'penyerang siluman' itu.
ADVERTISEMENT
Namun, keputusan itu bukannya tanpa risiko. Chelsea bakal kehilangan kreativitas dari sisi sayap, sebagaimana yang rutin diberikan Hazard dalam posisi regulernya. Willian tampil angin-anginan, sedangkan Pedro Rodriguez tak cukup lihai dalam memproduksi umpan kunci.
Selain itu, kekalahan terbaru Chelsea dari Arsenal akhir pekan lalu juga membuktikan bahwa mereka memang butuh sosok penyerang murni nan klinis. Dari 12 peluang yang mereka buat di Emirates Stadium, hanya satu di antaranya yang mengarah ke sasaran --itu pun masih belum berbuah gol.
Hazard dan Koscielny sedang berduel. (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
zoom-in-whitePerbesar
Hazard dan Koscielny sedang berduel. (Foto: REUTERS/Hannah Mckay)
Sarri sendiri adalah tipikal pelatih yang mafhum perihal produktivitas. Dalam tiga edisi Serie A ke belakang, Partenopei berhasil dibawanya mengukir rata-rata 83,6 gol per musim. Unggul dari Juventus yang cuma mencatatkan rata-rata 79,3 dalam rentang waktu yang sama. Dasar demikian yang membuat Sarri akan masih menerapkan format 4-3-3 dengan kedatangan Higuain nanti.
ADVERTISEMENT
Pertama, pria berusia 60 tahun itu bukanlah tipikal pelatih yang gemar membongkar pasang formasi. Menurut Whoscored, Sarri rutin melewati 23 pertandingan Permier League dengan formasi dasar 4-3-3.
Untuk alasan kedua, Chelsea yang sekarang ini adalah cetak biru dari skuat Napoli di eranya. Hal itu sudah terlihat sejak keputusan Sarri menggaet Jorginho di bursa transfer musim panas lalu, demi melengkapi kebutuhan akan distributor bola mumpuni di area sentral.
Gamblangnya, Sarri butuh tiga gelandang dengan spesifikasi berbeda: Tukang patroli (N'Golo Kante), tipikal oportunis (Mateo Kovacic/Ross Barkley), dan juga figur yang piawai dalam mendistribusikan bola--seperti Jorginho tadi. Pakem semacam ini juga dipakainya selama masih menukangi Napoli.
Moncernya Higuain sebagai capocannoniere tersubur sepanjang sejarah Serie A--setara dengan Gino Rossetti-- lewat 36 gol di edisi 2015/16 itu terkait erat dengan skema 4-3-3 yang diusung Sarri.
ADVERTISEMENT
Tiga penghuni reguler lini tengah Napoli diisi Marek Hamsik, Allan Marques, dan Jorginho. Nama yang disebut pertama itu menjadi yang paling kerap dalam mengakomodir Higuain dalam mencetak gol. Total 7 dari 11 assist Hamsik di Serie A disodorkan kepada pemain kelahiran Prancis tersebut.
Nah, Sarri mungkin sedikit kesulitan untuk menemukan 'Hamsik' di tubuh Chelsea. Kovacic dan Barkley sebagai subtitusi gelandang oportunis itu terhitung rendah dalam proses penciptaan peluang. Rata-rata hanya 1 umpan kunci per laga yang dibukukan Kovacic. Sementara Barkley lebih rendah lagi karena hanya mengukir 0,5--meski terhitung lebih aktif mencetak angka lewat torehan 3 golnya.
Namun, sulit bukan berarti tak mungkin. Chelsea masih punya Hazard, sosok yang bisa menghidupkan serangan dari sisi sayap, mirip-mirip dengan peran yang diemban Insigne. Sisi kiri jadi jalur utama serangan Sarri semasih melatih Napoli dengan Faouzi Ghoulam-Insigne sebagai perantaranya.
ADVERTISEMENT
Lorenzo Insigne menangkan Napoli. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Lorenzo Insigne menangkan Napoli. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
Pemandangan yang identik saat melihat Marcos Alonso-Hazard rutin menyisir tepi kanan pertahanan lawan. Bila Hazard melakukan cutting-inside, maka mantan pemain Fiorentina itu akan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan rekan setimnya itu.
Untuk sisi kanan, Sarri kemungkinan akan menyerahkannya kepada Willian. Dibanding Pedro, pemain berpaspor Brasil itu lebih aktif dalam proses penciptaan peluang. Rata-rata 2,5 umpan kunci dibuat Willian, unggul jauh dari Pedro yang cuma menyentuh angka 0,7.
Makanya itu, format 4-3-3 bakal menajadi simbiosis mutualisme bagi Chelsea dan Higuain. Akomodasi ekstra dari lini kedua dan sisi sayap akan memanjakan Higuain nantinya--hal yang tak didapat selama Milan.
Memang Gennaro Gattuso rutin mengaplikasi pakem yang sama, akan tetapi Rossoneri miskin kreativitas karena cuma bertumpu pada Suso dan Hakan Calhanoglu sebagai kreator serangan utama. Sampai di sini bisa diwajarkan bila hanya 8 gol yang mampu dibuat Higuain dalam 22 laga yang dijalaninya bersama Milan di berbagai kompetisi.
ADVERTISEMENT
Mundur sedikit ke belakang, saat masih berseragam Juventus pada musim 2016/17. Massimiliano Allegri membungkus Higuain dalam format yang lebih fleksibel, 4-3-3 atau 4-2-3-1. Benang merahnya tetap sama, yakni mengelilinginya dengan kreator serangan mumpuni macam Paulo Dybala, Douglas Costa, Miralem Pjanic, Juan Cudrado, serta Federico Bernardeschi.
Higuain dan Dybala loloskan Juventus. (Foto: REUTERS/Eddie Keogh)
zoom-in-whitePerbesar
Higuain dan Dybala loloskan Juventus. (Foto: REUTERS/Eddie Keogh)
See? Itulah yang terpenting untuk mengakomdir Higuain. Memang lambatnya proses adaptasi jadi risiko besar Chelsea nanti. Problem yang juga pernah menghinggapi Morata.
Tapi jangan lupakan peran Sarri yang terbukti mampu membuat Jorginho, sebagai pendatang anyar Premier League, tokcer dalam waktu singkat. Satu lagi yang paling penting, bahwa Sarri adalah sosok yang pernah menuntun Higuain mencetak sejarah sebagai topskorer Serie A.
ADVERTISEMENT