Menimbang Transfer Chelsea, Efektif atau Tidak?

10 Agustus 2018 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Chelsea di tepi lapangan. (Foto: REUTERS/Toby Melville)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Chelsea di tepi lapangan. (Foto: REUTERS/Toby Melville)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Chelsea menjadi salah satu kontestan Premier League yang paling antusias dalam menyambut bursa transfer musim panas ini. Total 125 juta poundsterling sudah mereka keluarkan dan itu masih lebih besar dari duo Manchester (Manchester City dan Manchester United) yang jorjoran musim lalu.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang logis mengingat Chelsea telah menelan pil pahit di edisi 2017/2018. Di Premier League mereka hanya finis di posisi kelima, dan cuma trofi Piala FA yang jadi hiburannya.
Catatan buruk itu pula yang membuat Chelsea mengakhiri kerja samanya dengan Antonio Conte. Mauruzio Sarri pun diangkut untuk menjadi penggantinya, pelatih yang sukses menyulap Napoli menjadi penantang serius Juventus dalam dua musim terakhir.
Di satu sisi, mendatangkan pelatih anyar akan menjadi buah simalakama untuk The Blues. Pertama, Sarri nihil pengalaman membesut Premier League, dan waktunya untuk melakukan persiapan pun terbilang minim. Tak genap sebulan jarak masa pengangkatan Sarri dengan laga perdana Premier League.
Yang paling riskan adalah adaptasi para pemain pilar dengan fomat 4-3-3 Sarri. Pasalnya, skema tiga bek telah menjadi identitas kuat Chelsea dalam dua musim, khususnya di bawah rezim Conte. Makin pelik andai pemilihan pemain anyar tak sesuai dengan kebutuhan.
ADVERTISEMENT
Seperti pada umumnya, alasan mendasar klub mendatangkan pemain anyar, ya, demi menambal kekurangan dan mempertebal kekuatan. Menambah kedalaman skuat juga bisa jadi alasan untuk menghadirkan muka-muka baru. Yang pasti, membuat skuat lebih efektif.
Suka tidak suka, pembelian yang dilakukan Chelsea berbanding terbalik dengan efektifitas itu sendiri. Setidaknya, hal itu cukup tergambar dari posisi bermain personel anyar mereka.
Setelah memboyong Jorginho dari Napoli, Chelsea meminjam Mateo Kovacic dari Real Madrid. Kapasitas keduanya tak perlu diragukan, lagipula Jorginho merupakan pemain kepercayaan Sarri. Namun, sama seperti Sarri, keduanya belum pernah mencicipi atmosfer Premier League sebelumnya.
Jorginho ke Chelsea. (Foto: Dok. Chelsea)
zoom-in-whitePerbesar
Jorginho ke Chelsea. (Foto: Dok. Chelsea)
Menjadi lebih absurd karena stok gelandang Chelsea cukup melimpah untuk saat ini. Masih ada Cesc Fabregas, Tiemoue Bakayoko, Ross Barkley, Daniel Drinkwater, serta N'Golo Kante. Dengan pakem 4-3-3, praktis hanya tiga gelandang yang akan dipakai Sarri nantinya.Dengan dua slot yang hampir pasti digaransikan kepada Kante dan Jorginho, artinya satu tempat tersisa akan diperebutkan oleh lima gelandang lainnya.
ADVERTISEMENT
Kedalaman skuat boleh jadi alasannya. Akan tetapi, sejatinya Chelsea tak benar-benar membutuhkan untuk saat ini. Adalah produktivitas yang jadi problematika Chelsea di musim lalu. Cuma rata-rata 1,6 gol yang berhasil mereka sarangkan di Premier League musim lalu, terburuk di antara anggota Big Six.
Alvaro Morata, sang tumpuan utama di lini depan, hanya menghasilkan 11 gol. Nyaris setengah dari torehan gol Diego Costa di musim 2016/2017 lalu dengan 20 gol. Olivier Giroud yang bergabung di pertengahan musim pun hanya tiga kali membobol gawang lawan.
Beruntung Chelsea punya Eden Hazard yang mampu mengemban tugas sebagai mesin gol, selain untuk menciptakan peluang. Eks pemain Lille itu menjadi topskorer tim dengan 18 golnya di semua ajang.
ADVERTISEMENT
Konsep demikian cukup bertentangan dengan Napoli di bawah naungan Sarri. Dalam tiga edisi Serie A ke belakang, Partenopei rata-rata mencatatkan 83,6 gol per musim. Jumlah tersebut mengungguli Juventus yang cuma mencatatkan rata-rata 79,3.
Terlepas dari semua itu, Chelsea tak sama sekali salah dalam memungut penggawa baru. Kepa Arrizabalaga, kiper anyar yang diproyeksikan sebagai suksesor Thibaut Courtois, tak buruk-buruk amat. Penjaga gawang berusia 23 tahun itu moncer bersama Athletic Bilbao sejak dua edisi ke belakang.
Di musim lalu, Kepa berhasil mengukir 64 penyelamatan tembakan di dalam kotak penalti, terbanyak ketiga di antara kiper La Liga lainnya. Kesuksesannya mencatat 7 clean sheet juga cukup mentereng mengingat Athletic bukanlah salah satu klub glamor di Spanyol.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, keputusan Chelsea untuk tak mendatangkan bek anyar juga merupakan langkah efektif. David Luiz, Andreas Christensen, Gary Cahill, Antonio Ruediger, hingga Ethan Ampadu bisa mengisi pos bek sentral. Kini tingal bagaimana Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta beradaptasi dari peralihan peran wing-back ke full-back.
Kepa Arrizabalaga merapat ke Chelsea. (Foto: Dok. Chelsea)
zoom-in-whitePerbesar
Kepa Arrizabalaga merapat ke Chelsea. (Foto: Dok. Chelsea)
Secara garis besar, pembelian Chelsea di awal musim ini tak begitu mengecewakan. Jorginho adalah kunci dari permainan Sarri dan Kepa cukup menjanjikan untuk menggantikan Curtois yang hengkang ke Real Madrid.
Hanya saja, keputusan untuk membeli Kovacic saat berjubelnya stok gelandang tidaklah efektif. Sebaliknya, Chelsea justru tidak mendatangkan penyerang anyar yang jadi bahaya laten mereka sejak musim lalu.