Menjadi Agresif dan Berbahaya seperti Raheem Sterling

5 November 2018 4:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raheem Sterling merayakan gol kelima Manchester City di laga melawan Southampton. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff )
zoom-in-whitePerbesar
Raheem Sterling merayakan gol kelima Manchester City di laga melawan Southampton. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manchester City menutup pekan ke-11 Premier League 2018/19 dengan kemenangan yang gempita. Bertanding di Etihad Stadium pada Minggu (4/11/2018), City merengkuh kemenangan 6-1 atas Southmpton.
ADVERTISEMENT
Keenam gol yang mengantarkan City pada raihan poin penuh itu lahir berkat gol bunuh diri Wesley Hoedt (6') serta lesakan gol Sergio Aguero (12'), David Silva (18'), Raheem Sterling (45+2', 67'), dan Leroy Sane (90+1'). Sementara, satu gol balasan yang mampu diukir oleh Southampton hadir melalui sepakan penalti yang digagas oleh Danny Ings di menit 30.
Selain dua gol yang dilesakkannya, Sterling juga berkontribusi sebagai pemberi assist untuk gol yang dicetak oleh Aguero dan Sane. Gemilangnya penampilan Sterling di laga ini bicara soal efektivitas yang dimulai dengan agresivitas. Dari empat upaya tembakan yang diciptakannya, tiga mengarah ke gawang dan dua berbuah gol.
Bila ditelisik, Sterling juga tak masuk dalam daftar lima pemain City yang paling banyak melakukan sentuhan di pertandingan ini. Mantan penggawa Liverpool ini hanya mencatatkan 69 sentuhan. Kesimpulan paling sederhana, yang dilakukan oleh Sterling di pertandingan ini adalah bermain sederhana, tapi efektif.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang pertandingan ini pula, Sterling juga lebih sering bergerak di area tengah area pertahanan lawan ketimbang bermain melebar. Pemahaman akan ruang yang tepat untuknya sendiri seperti ini berdampak besar pada efektivitas Sterling. Bagaimanapun, persoalan mencetak gol dan assist adalah persoalan pengambilan keputusan. Dan dalam ranah taktik Pep Guardiola, pengambilan keputusan yang tepat dapat dilakukan oleh seorang pemain bila ia memiliki pemamaham akan ruang yang mumpuni.
Efektivitas itu terbukti dari jumlah gol dan assist yang sudah ia torehkan di sepanjang musim kompetisi 2018/19 ini. Dalam 12 penampilannya di lintas kompetisi, Sterling mengemas delapan gol dan lima assist. Catatan impresif itulah yang membuat Sterling digadang-gadangkan sebagai salah satu pemain terbaik dunia.
ADVERTISEMENT
Menanggapi penilaian macam ini, Guardiola punya pendapatnya sendiri. Baginya sah-sah saja untuk mengakui kualitas anak didiknya yang satu ini. Tapi, sebagai pelatih, Guardiola percaya bahwa Sterling belum ada di titik tertinggi.
"Raheem (Sterling) adalah pemain papan atas, tapi terlalu dini untuk menyebutnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia. Saya percaya ia sedang ada dalam performa yang luar biasa. Ia tajam, cerdas, punya naluri petarung, ambisius, dan percaya diri," jelas Guardiola dalam wawancara usai laga, dilansir ESPNFC.
"Pertandingan hari ini menunjukkan seluar biasa apa penampilannya baik saat memegang ataupun tidak memegang bola. Namun, satu hal yang saya percaya, pemain muda sepertinya dan Leroy (Sane) masih dapat berkembang."
"Yang saya perhatikan, ia masih sering kehilangan bola, misalnya pada laga melawan Tottenham (Hotspur). Waktu itu ia membuat assist yang mengagumkan di menit-menit awal, tapi setelahnya, ia malah sering kehilangan bola. Di tim seperti ini, hal-hal semacam itu harus dibenahi. Tapi, sekali lagi saya tekankan, ia adalah pemain yang memiliki kecepatan dan kualitas yang luar biasa," ucap Guardiola.
ADVERTISEMENT
Apresiasi Pep Guardiola untuk kemenangan Manchester City atas Southampton. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Apresiasi Pep Guardiola untuk kemenangan Manchester City atas Southampton. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
Agresivitas menjadi hal yang paling ditekankan oleh Guardiola dalam menu latihannya bersama Sterling. Penekanan ini dianggap penting oleh Guardiola karena menurut pengamatannya, pada awalnya, Sterling kerap terlihat kebingungan ketika sudah berada di dalam kotak penalti.
Kebingungan itulah yang pada akhirnya membuat Sterling sering melakukan keputusan keliru walau sebenarnya sudah ada dalam posisi yang begitu menguntungkan. Kesalahan itu bentuknya macam-macam, mulai dari pengambilan posisi penerimaan bola yang salah, menyentuh bola terlalu banyak, atau mengumpan ke pemain lain walau sebenarnya ia bisa menutupnya dengan penyelesaian akhir.
Menghadapi kebingungan macam ini, Guardiola lantas memberikan menu latihan khusus untuk Sterling. Bersama Mikel Arteta, Sterling dididik secara khusus bagaimana caranya menembak dengan efektif. Hasilnya tidak mengecewakan. Di musim 2018/19 saja, Sterling sudah mencatatkan 60 tembakan di lintas kompetisi.
ADVERTISEMENT
Bila diurai, 60 tembakan itu akan menjadi 45,6 tembakan di dalam kotak penalti, 2,4 tembakan di dalam six yard (kotak kecil dalam area penalti), dan 12 tembakan dari luar kotak penalti. Secara sederhana, catatan statistik ini menjelaskan bahwa Sterling mulai menunjukkan kualitasnya sebagai pemain yang cerdas mencari peluang dalam kotak penalti, area yang paling strategis untuk mencetak gol.
"Di awal musim, ia sering terlihat takut saat bola sudah sampai di dalam kotak penalti. Ia kerap terlihat seperti pemain yang bingung harus mengumpan bola ke mana. Kebingungan semacam itu muncul karena perasaan pemain. Kami lantas berbicara di sesi latihan dan saya bilang kepadanya untuk mencoba mencetak gol. Tidak peduli apakah upayanya itu bisa berbuah gol atau tidak. Yang penting, agresif. Nah, sekarang ia sudah punya intuisi untuk mencetak gol. Ia dapat memahami dengan baik posisi gawang dan posisinya sendiri," ucap mantan juru taktik Barcelona itu.
ADVERTISEMENT
"Di gol kedua pertandingan ini, ia sampai di situasi satu lawan satu dengan kiper. Saya rasa, sekarang ia menikmati bagaimana rasanya mencetak gol dan membuat assist. Dan yang terpenting, ia mengambil peran krusial untuk mengantar tim memenangi laga. Ia menjadi pemain bermental juara bahkan saat umurnya masih 23 tahun. Kami tidak akan mungkin melupakan fakta ini," jelas Guardiola.