Mereka yang Jadi Korban Sepak Bola Indonesia

24 September 2018 9:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rusuh suporter Arema (Foto: ANTARA FOTO/H Prabowo)
zoom-in-whitePerbesar
Rusuh suporter Arema (Foto: ANTARA FOTO/H Prabowo)
ADVERTISEMENT
Sulit memahami sepak bola Indonesia. Ada rentetan hal di luar nalar yang terjadi. Salah satunya adalah nyawa suporter yang melayang. Memang, manusia, pada akhirnya, akan mengakhiri kehidupan dengan kematian, tetapi jika itu disebabkan oleh rivalitas dalam sepak bola, rasanya terlalu berat untuk diterima. Prestasi yang direngkuh tim kesayangan menjadi tak berguna dan terasa pahit.
ADVERTISEMENT
Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta pada pekan ke-23 Liga 1 memang sudah usai, tetapi kisah dari pertandingan yang berakhir 3-2 untuk kemenangan 'Maung Bandung' itu memasuki bagian baru. Semua bermula di pelataran parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api tiga jam sebelum sepak mula, Minggu(23/9/2018) pukul 16:00 WIB.
Haringga Sirla menghembuskan napas terakhir akibat dikeroyok Bobotoh (sebutan suporter Persib) jelang laga Persib lawan Persija. Pria asal Cengkareng, Jakarta Barat, itu dikejar. Ia diteriaki sebagai 'The Jakmania (pendukung Persija)' dan dihantam berkali-kali meski ia sudah tersungkur.
"Korban yang dikejar sempat meminta tolong kepada tukang baso namun kerumunan mengeroyok korban dengan menggunakan balok kayu, piring, botol dan benda-benda lainnya sehingga korban meninggal dunia," sebut Kompol Suparma dari Kasat Reskrim Polrestabes Bandung, Minggu (23/9).
ADVERTISEMENT
Merujuk pada data yang dirilis oleh Lembaga Save Our Soccer (SOS) -- sebuah lembaga swadaya yang memantau isu sepak bola nasional, Haringga adalah suporter ke-70 yang kehilangan nyawa akibat sepak bola atau korban ke-7 karena rivalitas Persib dengan Persija.
Hal yang paling mengkhawatirkan dari data-data yang disajikan SOS adalah lonjakan korban dari tahun ke tahun. Pada 2016, misalnya, tercatat ada 6 insiden. Sedangkan, pada 2017, 11 nyawa melayang akibat sepak bola. Sebuah catatan yang memilukan.
Ada beberapa faktor penyebab di luar rivalitas. Mulai dari kecelakaan, terinjak ketika berada di stadion, sampai kelalaian panitia penyelenggara pertandingan. Berikut ini 4 korban teraktual yang menjadi bukti bahwa ada hal di luar nalar yang benar-benar terjadi di sepak bola Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dhimas Duha Romli
Dhimas adalah Aremania. Ia menjadi satu dari 214 Aremania yang terluka karena kerusuhan yang terjadi saat Arema FC menjamu Persib di Stadion Kanjuruhan, Malang, dalam laga pekan keempat Go-Jek Liga 1, 14 April Minggu 2018.
Seusai kerusuhan mereda, Dhimas yang terluka memutuskan untuk pulang ke rumahnya di Jalan Kepuh I No. 34 Sukun, Kota Malang. Tanpa mendapatkan perawatan medis, ia terus mengeluhkan rasa nyeri di dada keesokan harinya (16/4). Hingga akhirnya, Rabu (17/4), Dhimas tutup usia.
Haringga Sirla, korban tewas pada laga Persija vs Persib (Foto: Twitter @FOS_PERSIJA)
zoom-in-whitePerbesar
Haringga Sirla, korban tewas pada laga Persija vs Persib (Foto: Twitter @FOS_PERSIJA)
Micko Pratama
Pada 13 April 2018, Micko memutuskan untuk menyaksikan tim kesayangannya, Persebaya Surabaya, berlaga lawan PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul. Dalam perjalanan pulang dari Bantul ke Sidoarjo, kerusuhan terjadi. Beberapa orang tak dikenal memukuli Micko hingga tewas.
ADVERTISEMENT
Kepergian Micko menjadi bukti nyata bahwa rivalitas sepak bola Indonesia tak cuma berlangsung sepanjang 90 menit pertandingan, tetapi juga terjadi di luar arena laga. Ibaratnya, jika ada kesempatan, rivalitas mesti dituntaskan melalui kekerasaan sesegera mungkin. Di mana saja dan kapan saja. Baik ketika akan, sedang, dan setelah mendukung tim kesayangan berlaga.
Banu Rusman
Laga Persita Tanggerang vs PSMS Medang di Stadion Mini, Cibinong, 11 Oktober 2017 silam, menjadi pertandingan sepak bola terakhir yang disaksikan secara langsung oleh suporter Persita, Banu Rusman. Sebab, setelah laga usai, ia menjadi korban kerusuhan yang pecah.
Sesaat seusai kericuhan mereda, Banu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Akan tetapi, tak berselang lama, Banu dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Otak Nasional lantaran ada pendarahan di otak. Meski mendapatkan pertolongan dengan cepat, nyawa Banu tak terselamatkan.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi merespons kejadian itu dengan tegas. Gubernur Sumatera Utara tersebut menegaskan akan mengusut tuntas pelaku dari kematian Banu. Tapi, sampai artikel ini diturunkan, tak ada secercah cahaya yang menandakan janji itu bakal tertunaikan.
Rekonstruksi kasus suporter Persib Ricko Andrean (Foto: ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra/)
zoom-in-whitePerbesar
Rekonstruksi kasus suporter Persib Ricko Andrean (Foto: ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra/)
Ricko Andrean
Ricko adalah Bobotoh yang tewas di tangan Bobotoh sendiri. Ricko tak tahu ada bahaya yang mengintai saat ia memutuskan untuk melepas atribut 'Pangeran Biru' pada jeda babak pertama laga Persib vs Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, 22 Juli 2017 lalu.
Tak berselang lama setelah ia melucuti atribut tim kesayangannya, Persib, kericuhan terjadi di tribune utara -- tribune yang ia tempati. Bule -- demikian sapaan Ricko -- penasaran. Ia kemudian mendekati tempat kericuhan tersebut. Yang ia lihat saat itu adalah seorang yang diduga The Jakmania tengah dipukuli oleh Bobotoh.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba, sasaran pemukulan Bobotoh melompat dan berlindung di belakang Bule. Bule yang tak mengenakan atribut dianggap sebagai rekannya. Ia pun tak lepas dari target pemukulan. Sebelum malapetaka hadir, Ricko sempat menyodorkan Kartu Tanda Penduduk untuk membuktikan bahwa ia berdomisili di Bandung. Namun, usahanya itu sia-sia.
Bule kemudian dilarikan ke Rumah Sakit AMC Cileunyi untuk mendapatkan pertolongan. Tak berselang lama, Bule dipindahkan ke Rumah Sakit Santo Yusuf guna menjalani perawatan intensif. Akan tetapi, pada 27 Juli 2017, Bule menghembuskan napas terakhir.
***
Kekerasan berkedok rivalitas sulit dipahami oleh akal sehat. Bagaimanapun, nyawa terlalu mahal untuk itu. Seperti kata eks kapten Timnas Indonesia, Bambang Pamungkas: Jadilah suporter yang militan, loyal, tetapi menggunakan akal sehat. Karena tidak ada satu kemenangan pun yang sebanding dengan nyawa.
ADVERTISEMENT