Meresapi 'Bohemian Rhapsody' lewat Tingkah Polah Bernardo Silva

13 Maret 2019 15:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bernardo Silva merayakan gol ke gawang Lyon. Foto: AFP/Oli Scarff
zoom-in-whitePerbesar
Bernardo Silva merayakan gol ke gawang Lyon. Foto: AFP/Oli Scarff
ADVERTISEMENT
Setengah jam telah berlalu dan Schalke masih punya harapan. Mereka datang ke Inggris dengan bekal dua gol di kandang yang membuat mereka cuma tertinggal satu gol dari Manchester City. Namun, tak lama berselang, harapan itu musnah.
ADVERTISEMENT
Laga memasuki menit ke-35 ketika Ilkay Guendogan, alumnus akademi Schalke sendiri, mengirim sebuah umpan lambung ke kotak penalti The Royal Blues. Umpan itu terlihat begitu manis. Tidak terlalu kencang, tidak terlalu tinggi. Sempurna. Umpan itu bak durian runtuh bagi siapa pun yang menyambutnya.
Sekitar sepuluh meter di depan Guendogan, Bernardo Silva bergegas. Tak sampai setengah detik setelah umpan itu dilepaskan, Bernardo beranjak. Umpan matang Guendogan itu ingin dia sikat sendiri. Bernardo berlari dengan akselerasi maksimum menuju kotak enam yard Schalke.
Akan tetapi, sebelum umpan Guendogan itu bisa disambut oleh Bernardo, wasit Clement Turpin dari Prancis meniup peluitnya. Tanpa ragu, Turpin menunjuk titik putih setelah melihat Bernardo dijatuhkan di dekat kotak enam yard tadi. Jeffrey Bruma, pemain Belanda yang pernah menjadi milik Chelsea, menjadi terdakwa.
ADVERTISEMENT
Bruma berusaha untuk menghentikan laju Bernardo. Akan tetapi, usaha bek 27 tahun itu dinyatakan ilegal oleh sang pengadil. Salif Sane, rekannya di lini belakang, sudah berupaya membujuk Turpin untuk mengubah putusannya. Namun, upaya Sane sia-sia. Di sepak bola, tak ada banding karena putusan wasit adalah final.
Penalti itu menghancurkan Schalke. Sergio Aguero yang ditunjuk menjadi algojo mampu mengeksekusinya dengan replikasi sepakan ala Antonin Panenka yang jauh lebih cantik. Ralf Faehrmann, kapten sekaligus kiper Schalke, terkecoh. Ini adalah gol pertama dari total tujuh gol yang disarangkan City ke gawangnya.
Bernardo sendiri tidak berhenti sampai di situ. Sekitar 20 menit sebelum pertandingan bubar, dia menegaskan arti pentingnya bagi kemenangan telak City tersebut lewat sebiji gol ke gawang Faehrmann. Yang menarik, gol tersebut dia ciptakan dengan memanfaatkan umpan dari produk akademi Schalke lainnya, Leroy Sane, yang juga mengemas satu gol. Datang dari lini kedua, Bernardo mengeksekusi umpan tarik Sane dengan akurasi sempurna untuk mencetak gol nomor lima City.
ADVERTISEMENT
***
Menyebut 'Bohemian Rhapsody' sebagai lagu Queen favorit adalah sebuah klise. Seseorang tak perlu benar-benar menjadi penggemar Queen untuk mengenal, menyukai, bahkan menghapal lirik lagu tersebut. Lagu ini adalah mahakarya Queen yang barangkali telah didengarkan oleh miliaran manusia.
Bernardo adalah salah satu dari mereka yang pernah mendengar 'Bohemian Rhapsody'. Dalam sebuah wawancara dengan Manchester Evening News, pesepak bola asal Portugal itu berkata bahwa lagu berdurasi 5 menit dan 55 detik tersebut adalah lagu Queen yang paling dia suka. Apakah Bernardo merupakan penggemar Queen sejati, itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana dia menjelaskan mengapa 'Bohemian Rhapsody' bisa menjadi favoritnya.
"[Lagu] itu punya segalanya dan aku sangat senang bisa mengetahui bagaimana mereka menciptakannya di film ['Bohemian Rhapsody' yang dibintangi Rami Malek sebagai Freddie Mercury, red]," ungkap Bernardo.
ADVERTISEMENT
"Awalnya lagu itu hampir ditolak karena terlalu panjang tetapi sekarang ia menjadi salah satu lagu tersukses sepanjang masa," tambahnya.
Jika dua alasan tersebut yang menjadi alasan bagi Bernardo untuk menyukai 'Bohemian Rhapsody', itu bukan hal mengherankan. Sebab, Bernardo adalah perwujudan 'Bohemian Rhapsody' itu sendiri. Dia punya segalanya dan sebelum mengecap kesuksesan dia pernah mengalami penolakan.
Sebagai pemain, Bernardo dikenal karena tekniknya yang jauh di atas rata-rata. Ketika masih remaja dulu dia pernah dijuluki 'permen karet' karena bola selalu menempel di kakinya. Seorang mantan pelatihnya dulu, sebagaimana yang dituliskan Jack Lang di ESPN, pernah berkata, "Rasanya bola itu adalah bagian dari tubuhnya."
Teknik memang hal yang paling mudah terlihat dari permainan Bernardo. Selain mampu mengontrol bola dengan sangat baik, dia juga mampu mengumpan dan mencetak gol. Delapan gol dan tujuh assist di Premier League serta Liga Champions adalah bukti nyata dari kehebatan Bernardo.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, teknik saja jelas tidak cukup. Bernardo adalah pemain yang tubuhnya tidak terlalu besar. Itulah mengapa, supaya dia bisa terus menunjukkan tekniknya tersebut, Bernardo juga harus mengandalkan dua hal lain: Kecerdasan dan kemampuan bekerja keras.
Mengukur kecerdasan memang sulit. Beragam statistik yang ada takkan mampu menggambarkan betapa pintar seorang Bernardo. Kecerdasan pemain kelahiran Lisbon itu cuma bisa dilihat dari bagaimana dia melakukan apa yang dia lakukan di lapangan.
Dalam pertandingan melawan Schalke tadi, misalnya, Bernardo menunjukkan kecerdasan dalam bergerak. Itulah mengapa dia bisa menghasilkan satu penalti dan akhirnya bisa mencetak satu gol. Kelihaiannya dalam membaca situasi di lapangan memungkinkan pemain berpostur 173 cm dan 64 kg ini untuk mengeksploitasi celah sekecil apa pun.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan ini pulalah yang membuat Bernardo jadi sosok serbabisa. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Bernardo sudah dimainkan di lima posisi berbeda. Pada pertandingan melawan Schalke itu dia bermain sebagai gelandang tengah. Di kesempatan lain, dia pernah pula ditugasi untuk bermain sebagai penyerang sayap, bek sayap, penyerang palsu, serta pemain nomor sepuluh.
Bernardo Silva dijatuhkan Jeffrey Bruma. Foto: Reuters/Lee Smith
Untuk menyokong kecerdasan itu, Bernardo juga senantiasa bekerja keras di setiap pertandingannya. Untuk atribut ini, ukurannya jelas. Yakni, seberapa jauh dia berlari dalam tiap laga.
Per 23 Februari 2019, Bernardo tercatat sebagai pemain Manchester City yang paling giat berlari. Sampai saat itu dia sudah menjelajah sampai 281,9 km. Sebagai perbandingan, Fernandinho yang ada di urutan kedua 'hanya' sanggup berlari sampai 259,8 km. Bernardo pun, dalam laga melawan Liverpool, awal Januari lalu, memecahkan rekornya sendiri sebagai pemain dengan jarak jelajah tertinggi dalam satu laga dengan catatan 13,7 km.
ADVERTISEMENT
Teknik, kecerdasan, dan daya jelajah Bernardo itu sendiri kemudian terwujud dalam hal-hal lain. Selain 8 gol dan 7 assist di Premier League dan Liga Champions, pemain yang dibeli City dari Monaco ini juga menunjukkan betapa kompletnya dia lewat 3,2 umpan kunci, 2,8 dribel berhasil, 2,6 tekel, dan 1,5 intersep per laga yang dia catatkan.
Apa yang dilakukan Bernardo ini membuatnya jadi pemain kesayangan Guardiola. Apalagi, menurut kesaksian Guardiola, pemain kidal ini juga tidak pernah mengeluh, terutama ketika tidak dipilih. Ini semua membuat Bernardo jadi pemain yang sulit sekali tergantikan di skuat Manchester City saat ini. Buktinya, dia sudah dipercaya turun dalam 36 dari 38 pertandingan City di Premier League dan Liga Champions dengan 30 di antaranya dia lakoni sebagai starter.
ADVERTISEMENT
***
Dalam meraih apa yang dia dapatkan sekarang, Bernardo memang butuh sedikit keberuntungan, terutama di Manchester City. Adalah cedera Kevin de Bruyne yang kemudian membuka pintu selebar-lebarnya bagi penggawa Timnas Portugal tersebut.
Pada musim lalu, yang merupakan musim perdananya bersama City, Bernardo lebih kerap dimainkan sebagai penyerang sayap. Di Monaco dia memang lebih sering bermain di sana dan kehebatannya menyisir sisi tepilah yang akhirnya memikat Guardiola. Akan tetapi, menjadi pemain sayap memang bukan satu-satunya kebolehan yang masuk dalam CV Bernardo.
De Bruyne sebelum laga Man City vs Liverpool. Foto: Reuters/Phil Noble
Cedera parah berkepanjangan yang dialami De Bruyne membuat Guardiola memainkan Bernardo sebagai pendamping David Silva dan Fernandinho di lini tengah City yang berisikan tiga pemain. Nyatanya, sebagai pengganti De Bruyne, penampilan Bernardo jauh dari kata mengecewakan. Guardiola bahkan sempat mewanti-wanti De Bruyne, yang notabene merupakan pemain terbaik The Citizens musim 2017/18, untuk berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Bernardo boleh saja dinaungi keberuntungan di Manchester. Akan tetapi, di kampung halamannya, keberuntungan itu justru tidak muncul. Bernardo pun akhirnya harus menciptakan sendiri keberuntungannya dengan menerima pinangan Monaco pada 2014.
Bernardo lahir dan besar di wilayah Seixal di Lisbon. Kebolehannya mengolah 'si Kulit Bulat' sejatinya telah tampak sejak dia masih bocah. Itulah mengapa, di usia tujuh tahun, Bernardo telah jadi bagian dari akademi Benfica yang tersohor itu.
Perjalanan Bernardo di akademi Benfica sebenarnya tidak terlalu buruk. Semua orang yang pernah bersentuhan dengannya mengakui bahwa dia adalah pemain bertalenta. Salah satu orang tersebut adalah Nuno Gomes, striker legendaris Portugal yang sempat menjabat sebagai Direktur Akademi Benfica.
Gomes mengakui talenta Bernardo, tetapi dia juga menyebutkan bahwa mantan anak didiknya tersebut menghadapi hambatan yang tak mudah.
ADVERTISEMENT
"Dia adalah salah satu pemain paling berbakat yang pernah dikembangkan oleh Benfica. Namun, ada kalanya dia sempat kesulitan untuk bersaing menembus sebelas awal lantaran tubuh kecilnya. Kami bisa melihat bahwa dia adalah bocah yang berbakat tetapi saat itu dia tidak sekuat anak-anak lainnya," tutur Gomes kepada Sky Sports pada 2017.
Bernardo Silva mengenakan jersi Benfica saat masih bocah. Foto: Twitter/Jack Lang
Bernardo sendiri mafhum bahwa dia pun tak sempurna. Itulah mengapa, etos kerja tersebut sudah dia kembangkan sejak dini. Dalam wawancara dengan situs resmi Manchester City, Bernardo berkisah soal ini.
"Ketika kamu diberkati tubuh yang lebih kuat, itu akan banyak membantumu. Namun, sejak aku mulai bermain sepak bola, aku selalu jadi salah satu pemain yang ukuran tubuhnya paling kecil. Maka, aku pun harus mengompensasi itu dengan cara lain," ucap pemain yang pernah dijuluki Messizinho atau 'Messi Kecil' itu.
ADVERTISEMENT
Perlahan, dengan perpaduan teknik, kerja keras, dan kecerdasan tadi, Bernardo akhirnya sanggup menembus tim utama di level junior. Selama di sana, Bernardo lebih banyak bermain sebagai pemain nomor sepuluh. Para suporter Benfica pun sadar bahwa mereka punya bintang masa depan. Melihat aksi Bernardo di tim junior, mereka menuntut agar sang pemain diberi kesempatan berlaga di level senior.
Pelatih Benfica saat itu, Jorge Jesus, mendengar suara para suporter. Pada 2014 Bernardo pun diberi kesempatan untuk bermain di tim senior. Sayangnya, Jesus ketika itu belum melihat potensi Bernardo. Malah, oleh Jesus, dia diminta untuk berlatih dan bermain sebagai bek kiri. Bernardo melihat ini sebagai tertutupnya kans untuk menjadi bintang di Benfica.
Beruntung, Bernardo memiliki agen seperti Jorge Mendes. Pemilik agensi Gestifute itu kemudian mengarahkannya ke Monaco yang dilatih oleh sesama orang Portugal, Leonardo Jardim. "Aku tak berpikir dua kali. Menurutku, itu adalah solusi terbaik," kata Bernardo soal kepindahannya ke Monaco tersebut.
ADVERTISEMENT
Bernardo menjadi bintang di Monaco, khususnya pada musim 2016/17. Itu adalah musim yang spesial bagi Les Monegasques dengan keberhasilan mereka menjuarai Ligue 1 dan menembus semifinal Liga Champions. Bernardo yang dibeli dengan harga 12 juta euro itu nilainya kemudian naik lebih dari empat kali lipat saat dipinang oleh City.
Bernardo Silva saat masih bermain untuk Monaco. Foto: AFP/Pascal Guyot
Di City sendiri, Bernardo sedang menjalani masa-masa yang menyenangkan. Selain karena performa apik di lapangan, popularitasnya di ruang ganti juga membantu. Dua hal yang membuat Bernardo jadi sosok populer adalah kemampuannya berbahasa Inggris dan Prancis serta kerendahan hatinya.
Popularitas Bernardo di kalangan pemain City itu sebenarnya sempat membuat pemain kelahiran 10 Agustus 1994 itu jadi sasaran empuk di berbagai candaan. Sepatunya pernah dicuri. Kemudian, Bernardo juga pernah diceburkan ke kolam renang. Namun, itu tak membuatnya kesal. Bahkan, aksi kawan-kawannya itu dibalas Bernardo dengan candaan pula.
ADVERTISEMENT
Pada akhir musim 2017/18 Bernardo merilis sebuah video. Di situ dia meminta keadilan karena sebelumnya selalu diperlakukan semena-mena.
"Seperti yang kalian tahu, aku sering dikerjai. Sepatuku pernah dicuri dan aku pernah dilempari telur meski itu bukan ulang tahunku. Itu semua menyenangkan, aku sayang teman-temanku, tetapi sekarang aku adalah juara Premier League dan seorang juara tidak boleh membiarkan sepatunya dicuri. Buat kalian semua: kalian sudah cukup tertawa, tetapi aku bukan Bernardo yang dulu. Sekarang saatnya melawan dan memperjuangkan keadilan untuk Bernardo," katanya dalam video tersebut.
***
Bernardo Silva, 'Bohemian Rhapsody'. Tak perlu heran melihat kedua nama itu dijajarkan. Bernardo, dengan kemampuan lengkapnya, adalah sebuah mahakarya. Dia mampu memadukan keindahan, agresivitas, kecerdasan, kelucuan, bahkan keanehan dalam satu paket, persis lagu gubahan Mercury tersebut.
ADVERTISEMENT
Manchester City, juga Timnas Portugal, beruntung. Dalam diri Bernardo, mereka memiliki pemain untuk mengantarkan mereka ke gerbang kejayaan, baik sekarang maupun di masa depan. Sejauh ini, Bernardo sudah mengemas 18 gol dan 21 assist dari 93 penampilan untuk City. Untuk Timnas Portugal, 33 caps dan 3 gol telah dia bukukan. Di usianya yang masih muda, Bernardo akan mengubah angka-angka itu dengan cepat.