Milan vs Inter: Mendedah Lini Tengah 'Iblis Merah'

20 September 2019 13:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eskpresi kecewa para pemain Milan usai dikalahkan Udinese. Foto: AFP/Miguel Medina
zoom-in-whitePerbesar
Eskpresi kecewa para pemain Milan usai dikalahkan Udinese. Foto: AFP/Miguel Medina
ADVERTISEMENT
Satu kekalahan dan dua kemenangan. Itulah hasil yang didapatkan Milan sejauh ini di Serie A. Untuk sementara, Milan pun berhak untuk duduk di peringkat tujuh klasemen sementara, hanya kalah selisih gol dari Napoli, Atalanta, dan Torino yang ada di atasnya.
ADVERTISEMENT
Sepintas, apa yang terjadi pada Milan tidak terlihat mengkhawatirkan. Namun, coba tengok berapa gol yang sudah mereka ciptakan. Dari tiga pertandingan, anak-anak asuh Marco Giampaolo ini baru bisa melesakkan dua gol dan kemasukan satu.
Minimnya jumlah gol ini membuat Milan jadi tim paling tumpul kedua di Serie A bersama klub-klub gurem macam Verona, Udinese, dan Lecce. Hanya Sampdoria yang torehannya lebih buruk dan klub asuhan Eusebio Di Francesco itu saat ini berstatus sebagai juru kunci klasemen.
Problem Milan ini sudah tampak jelas pada pertandingan pertama, di mana mereka kalah 0-1 dari Udinese. Di situ Milan tidak sekali pun bisa membuat tembakan tepat sasaran. Tak heran jika mereka gagal mencetak gol.
ADVERTISEMENT
Penampilan Milan baru mulai membaik pada pertandingan melawan Brescia dan Verona. Di dua pertandingan itu mereka berhasil menciptakan masing-masing empat upaya tepat sasaran. Dari sana, lahir dua gol yang membawa Milan meraih enam poin.
Musim ini adalah musim transisi Milan. Direktur Olahraga Paolo Maldini menunjuk Giampaolo sebagai juru latih. Eks allenatore Sampdoria itu dipilih karena dia memiliki filosofi permainan yang jelas. Di masa peralihan seperti ini, filosofi bermain adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh Rossoneri.
Celakanya, transisi itu tidak berjalan mulus. Pada laga menghadapi Udinese formasi 4-3-1-2 coba digunakan oleh Giampaolo. Di situ dia menempatkan sejumlah pemain tidak di posisi aslinya, seperti Fabio Borini yang menjadi gelandang tengah. Hasilnya pun jauh dari kata optimal.
ADVERTISEMENT
Seusai pertandingan tersebut Giampaolo mengakui kesalahannya dengan memaksakan pemain yang ada untuk bermain dalam pakem yang dia miliki. Ketidakcocokan atribut si pemain dengan peran yang dia jalankan pun membuat segalanya jadi berantakan.
Pada titik itu pula Giampaolo berkata bahwa dirinya akan berkompromi. Suso, misalnya, akan dia kembalikan ke sayap kanan. Formasi 4-3-2-1 pun diaktifkan pada pertandingan menghadapi Brescia dan Verona tadi. Belum meyakinkan, memang, tetapi setidaknya Milan bisa memetik kemenangan.
Para pemain AC Milan merayakan gol Piatek ke gawang Hellas Verona. Foto: Twitter: AC Milan
Minggu (22/9/2019) dini hari WIB nanti Milan akan menjalani Derby della Madonnina menghadapi Internazionale. Menengok performa kedua kesebelasan sejauh ini, Milan pun harus rela menyandang status underdog. Apalagi, eksperimen Giampaolo sendiri sebetulnya belum selesai.
Pakem 4-3-2-1 yang diusung Giampaolo pada dua laga terakhir masih menyisakan masalah, terutama dalam diri Hakan Calhanoglu, Suso, dan Lucas Paqueta. Dengan formasi tersebut sekalipun, ketiga pemain ini masih belum bisa betul-betul nyaman beroperasi.
ADVERTISEMENT
Penyebabnya jelas. Baik Calhanoglu, Paqueta, maupun Suso masih belum benar-benar bermain di posisi naturalnya. Secara umum, peran ketiga pemain itu dalam formasi 4-3-2-1 memang lebih mirip dengan apa yang biasa mereka lakukan tetapi tetap saja ada perbedaan yang kasatmata.
Ide Giampaolo untuk memainkan Calhanoglu sebagai satu dari trio gelandang tengah sebenarnya bisa dipahami dengan mudah, terutama jika kita menengok siapa dua gelandang lainnya. Bersama Lucas Biglia dan Franck Kessie, Calhanoglu diharapkan membentuk lini tengah yang 'sempurna'.
'Sempurna' di sini berarti ada tiga pemain berbeda dengan peran spesifik. Biglia bertindak sebagai jangkar penyeimbang permainan, Kessie sebagai gelandang box-to-box, sementara Calhanoglu mengemban peran sebagai pengatur permainan.
Hakan Calhanoglu belum bermain di posisi aslinya. Foto: AFP/Miguel Medina
Dalam teori, komposisi itu adalah yang terbaik. Namun, yang menjadi masalah adalah Calhanoglu belum terbiasa mengemban peran tersebut. Dia adalah gelandang serang yang biasa beroperasi di belakang striker maupun di sisi sayap. Musim lalu, peran itulah yang dia emban.
ADVERTISEMENT
Sekarang, sosok yang menjalankan peran Calhanoglu musim lalu itu adalah Paqueta. Menariknya, musim lalu Paqueta melakukan apa yang sekarang dilakukan Calhanoglu. Giampaolo memutuskan Paqueta lebih pas dimainkan sedikit ke depan karena pemain asal Brasil ini lebih cepat dan tangkas.
Sayangnya, apa yang ada di pikiran Giampaolo belum bisa dieksekusi Paqueta dengan baik. Kontribusi ofensifnya sejauh ini baru sebatas 1 tembakan per pertandingan. Perubahan-perubahan inilah yang membuat serangan Milan macet.
Belum lagi jika kita bicara soal Suso. Memang benar bahwa pemain asal Spanyol itu kini sudah kembali ke sisi kanan. Akan tetapi, dalam skema permainan Giampaolo, Suso bukan pemain sayap murni melainkan gelandang serang yang bermain agak ke kanan.
Musim lalu, sebagai winger, Suso seringkali menebar ancaman lewat tusukan-tusukan serta umpan-umpan silangnya. Kini, dengan peran barunya, Suso memang sedikit banyak sudah terlihat menjanjikan dengan kontribusi 3 tembakan, 4 umpan kunci, dan 1,3 dribel per laga. Namun, statistik semata tak bisa menjelaskan problem Suso.
ADVERTISEMENT
Suso beraksi di pertandingan melawan Brescia. Foto: AFP/Miguel Medina
Apa yang dialami Suso tidak bisa diukur dengan angka. Sebab, kesulitan yang dia alami adalah perkara penafsiran ruang dan penempatan posisi. Catatan statistiknya tadi sudah menunjukkan bahwa Suso punya kemampuan untuk berkembang di posisi barunya tetapi itu akan memakan waktu.
Nah, dengan situasi inilah Milan akan berhadapan dengan Inter yang tampak sudah nyetel dengan formasi dasar 3-5-2 ala Antonio Conte. Tak cuma itu, ketajaman striker juga menjadi masalah tersendiri. Krzysztof Piatek belum setajam musim lalu karena dia belum bisa menjalankan instruksi dengan baik.
Giampaolo ingin agar Piatek lebih terlibat dalam permainan. Padahal, ketajaman pemain Polandia ini musim lalu muncul ketika dia lebih banyak beroperasi di kotak penalti. Dari sini bisa disimpulkan bahwa ada ide-ide pelatih yang belum sepenuhnya sampai ke para pemain.
ADVERTISEMENT
Namun, biar bagaimana pun, kemenangan atas Brescia dan Verona tadi layak untuk dilihat sebagai sebuah progres. Plus, Milan punya lebih banyak waktu ketimbang Inter yang harus berlaga di Liga Champions. Artinya, meskipun penampilannya masih jauh dari sempurna, Milan tetap punya kans meraih kemenangan.