Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
San Siro mendapat ganjaran yang setimpal untuk atmosfer yang acap ia bangun lewat sorak-sorai dan nyanyian yang membikin merinding.
ADVERTISEMENT
Menjadi pemain ke-12 bukan perkara mudah karena kau tak bisa turun arena untuk membantu timmu saat goyah, tapi kekalahan mereka ikut kau kecap. Barangkali itu menjadi salah satu ganjaran paling tak menyenangkan di antara segala hal fantastis dari menjadi suporter.
Tapi, AC Milan memberikan kesenangan bagi para pemain ke-12-nya di Serie A pekan ke-23. Berlaga melawan Cagliari pada Senin (11/2/2019), Milan merengkuh kemenangan 3-0.
Usai gol bunuh diri Luca Ceppitelli, Lucas Paqueta dan Krzystoff Piatek melesakkan tembakan yang membuat kiper lawan memungut bola dari gawangnya sendiri. Milan bahkan menuntaskan pertandingan dengan mengantongi catatan nirbobol.
"Kami memulai permainan dengan tampil menekan dan memang seperti inilah Milan yang saya mau. Segala sesuatunya harus tentang dua fase: bertahan dan menyerang," ucap Gattuso, dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
"Bagaimanapun, cuma sedikit tim yang bisa menang hanya dengan melakoni satu dari dua fase tadi. Melihat apa yang dilakukan tim ini di lima atau enam pertandingan terakhir, saya pikir kami sudah bekerja dengan lebih baik," jelas Gattuso.
Keseimbangan memang menjadi kata kunci dari permainan Milan di San Siro kali ini. Menyoal serangan, Milan unggul jauh atas Cagliari.
Di sepanjang pertandingan, Rossoneri melepaskan 19 upaya tembakan dengan 11 di antaranya tepat sasaran. Dan tentu saja dua dari 11 percobaan itu berujung gol.
Serangan dibangun secara aktif dari lini paling belakang. Ini ditunjukkan dengan Matteo Mussachio dan Alessio Romagnoli yang menjadi dua pemain Milan yang paling banyak melepaskan umpan dan umpan sukses.
ADVERTISEMENT
Jika Mussachio melepaskan 53 umpan sukses (dari 60 umpan), Romagnoli membukukan 50 umpan sukses (dari 55 umpan). Pun dengan assist yang mengantarkan Milan merengkuh keunggulan 2-0 via gol Paqueta. Yang mengirim assist adalah Davide Calibria yang bermain sebagai bek kiri.
Dari sisi pertahanan, Milan juga stabil dan tak ragu untuk menekan saat lawan menguasai bola. Gambaran itu terangkum dalam catatan atribut defensif Milan: 23 tekel sukses (dari 28 percobaan), 18 sapuan, dan 10 intersep. Berkat penampilan yang demikian, tak mengherankan bila banyak aliran serangan Cagliari yang terputus di area half-space.
Pemain-pemain Cagliari bukannya tak sanggup memasuki kotak penalti Milan. Menilik catatan Whoscored, delapan dari sembilan upaya tembakan Cagliari dilesakkan dari dalam kotak penalti. Namun, tekanan lini pertahanan Milan-lah yang membuat serangan-serangan itulah yang membikin serangan Cagliari jadi cenderung sporadis.
ADVERTISEMENT
Walau bertanding dalam formasi dasar 4-3-3, Milan acap berubah bentuk menjadi 4-5-1 ketika bertahan. Dalam fase ini mereka biasa untuk mempertahankan bentuk yang kompak (bertahan secara position) ketimbang me-marking pemain lawan satu per satu.
Artinya, lini terakhir dan kedua Milan akan membentuk dua garis yang dipakai untuk mengurung aliran bola Cagliari.
Cara ini tidak buruk, tapi berisiko tinggi. Maksud hati ingin mempersempit ruang untuk lawan yang sedang mengirim bola dengan menutup opsi-opsi umpan, Milan bisa saja kecolongan karena ada area yang tak terkawal.
Kabar baiknya, Milan punya solusi untuk ini. Paqueta tidak hanya bisa diandalkan untuk membangun serangan, tapi juga menekan lawan yang sedang menguasai bola.
Dalam melakoni peran defensif, Paqueta terlihat begitu padu bersama Hakan Calhanoglu, Paqueta akan bertahan lebih melebar, sementara Calhanoglu akan bertahan lebih ke sentral.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan Paqueta dalam bertahan ini juga terlihat dari catatan tiga tekel suksesnya--setara dengan bek-bek Milan. Itu belum ditambah dengan cemerlangnya penampilan Gianluigi Donnarumma di bawah mistar gawang.
Jadi, seperti itulah Milan yang diinginkan Gattuso. Tajam dalam menyerang, kompak dalam bertahan. Intinya, bertanding dalam konsep yang jelas.
Yang menjadi persoalan tentu konsistensi. Apakah Milan bisa menerapkan permainan dengan konsep yang jelas (terlepas dari apa pun taktik yang dipakai) di sisa kompetisi atau cuma di pertandingan melawan tim yang di atas kertas tak diunggulkan?