Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Juande Ramos berteriak kencang usai klub asuhannya, Rayo Vallecano, memastikan menang 3-2 atas Sevilla. Sebab, dia tahu kemenangan tersebut bukan sekadar kemenangan, tapi juga membuat Vallecano lolos ke kualifikasi Piala UEFA untuk kali pertama.
ADVERTISEMENT
Di balik gembiranya Ramos, satu orang di tribun kehormatan tertunduk lesu. Roberto Ales, nama orang itu. Ales yang menjabat sebagai presiden Sevilla, hanya bisa pasrah menyaksikan klub yang dia pimpin. Kesedihan Ales memang beralasan karena selain terdegradasi ke Segunda Division, kekalahan tersebut juga menambah beban utang Sevilla yang sudah menggunung.
Pusingnya Ales atas permasalahan tersebut tidak berhenti saat itu juga. Jelang Segunda Division musim 2000/01, dia terpaksa melepas sebagian besar staf Sevilla karena tak punya cukup uang untuk membayar gaji beberapa pegawai —yang sudah memiliki banyak pengalaman.
Direktur olahraga Sevilla menjadi satu posisi yang lowong saat itu. Beberapa orang pun mendaftar demi satu pos yang saat itu memang jarang ada di klub sepak bola. Dari sekian orang yang mendaftar, ada satu sosok yang tidak punya pengalaman, Ramon Rodriguez Verejo alias Monchi.
ADVERTISEMENT
Monchi memang tidak punya pengalaman sebagai direktur olahraga. Sebelumnya, di Sevilla, dia menjabat sebagai kepala penjaga lapangan. Tugasnya memastikan semua orang di dalam lapangan aman dari gangguan orang asing. Namun, hasilnya bisa ditebak, Monchi dipilih oleh Ales karena memiliki kedekatan dengan Sevilla.
Salah satu tugas Monchi di Ramon Sanchez Pizjuan adalah mencari pelatih berpengalaman dengan harga minimal. Beberapa opsi pun sempat dia datangkan dan akhirnya pilihannya jatuh kepada Juande Ramos.
Bersama Ramos, Sevilla meraih dua trofi Piala UEFA, satu trofi Piala Super UEFA, satu Copa del Rey, dan satu trofi Piala Super Spanyol. Siapa sangka, pelatih yang mengubah nasib Ales beberapa tahun yang lalu menjadi salah satu transfer terbaiknya.
Dan itu semua karena Monchi.
ADVERTISEMENT
***
Total 17 tahun cukup membuktikan bahwa Monchi adalah keputusan terhebat Ales sepanjang kariernya sebagai presiden Sevilla. Bersama Monchi, Sevilla mencapai 14 pertandingan final dalam 10 tahun terakhir.
Prestasi yang tidak akan bisa terjadi jika Ales memilih sosok lain sebagai direktur olah raga. Pada periode pertama duduk di kursi direktur olah raga, Monchi sebenarnya tidak memiliki tugas yang pasti. Baru setelah dia berhasil mengangkat Sevilla naik ke La Liga musim selanjutnya, tugasnya mulai jelas: mengembangkan pemain dari akademi dan mengimplementasikan sistem pencarian bakat pemain muda, agar Sevilla bisa mendapatkan pemain muda sebelum diambil klub lain.
Dua tugas Monchi untuk melakukan dua hal tersebut didukung penuh oleh Ales. Dia memberikan keleluasaan agar Monchi dapat memiliki pemain muda berbakat, baik dari akademi maupun mancanegara. Dia membangun fasilitas pemain muda, dia mendirikan pusat pengembangan kepelatihan, dan juga memberikan akses bagi Monchi untuk mencari pemain-pemain muda dari Finlandia hingga Brasil.
ADVERTISEMENT
Harian Spanyol, El Mundo, mengeluarkan data-data yang mereka miliki selama Monchi bekerja di Sevilla. Data tersebut melaporkan bahwa ada 500 operasi transfer —baik dari maupun keluar atau pembelian hingga peminjaman— terjadi dalam 10 tahun terakhir.
El Mundo menyebutkan bahwa 100 juta euro telah dihasilkan oleh Monchi dalam beberapa tahun terakhir. Bandingkan angka tersebut dengan 50 juta euro yang telah mereka keluarkan untuk memoles hal-hal yang sebelumnya disebutkan.
Keberhasilan Monchi sebagai direktur teknik begitu terlihat dari transfer-transfer fenomenal yang terjadi pada Sevilla ketika dia menjadi direktur olahraga. Transfer Dani Alves hanya membutuhkan 200 ribu euro dan menghasilkan 36 juta euro. Grzegorz Krychowiak hanya butuh uang 4,5 juta euro dan memberikan keuntungan sekitar 29,1 juta euro.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Monchi adalah orang biasa. Dia juga pernah mengalami kegagalan ketika melakukan transfer. Menurut pengakuannya, salah satu kegagalan terbesarnya adalah mendapatkan Robin van Persie saat striker asal Belanda itu masih memperkuat Feyenoord Rotterdam.
“Saat itu saya sudah berangkat ke salah satu hotel di Rotterdam untuk melakukan negosiasi kontrak dengan Van Persie. Dia berkata bahwa akan menunggu saya di hotel,” cerita Monchi. “Saat saya bertanya ke penjaga hotel di mana kamar Van Persie, mereka menjawab tidak tahu.”
Apes, ketika Monchi berusaha mengontaknya, Van Persie tidak mengangkat teleponnya.
“Saya baru tahu beberapa waktu setelahnya dari media bahwa telepon genggamnya mati saat itu. Yang saya sesalkan, dia sudah menerima tawaran kontrak dari Arsenal dengan dua kali gaji yang rencananya saya tawarkan,” akunya.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Monchi kepada Sevilla membuktikan bahwa kapabilitasnya memang istimewa soal menciptakan tim besar. Tidak heran, namanya lebih besar ketimbang Roberto Ales atau Jose Maria del Nido itu selaku presiden klub.
Pada 16 Januari kemarin, beredar kabar bahwa Monchi akan meninggalkan Sevilla. Sedihnya buat Sevilla, presiden klub saat ini, Jose Castro Carmona, mengatakan tidak bisa menahannya. Kepergian Monchi pun bakal menjadi satu masalah besar bagi pendukung Sevilla. Sebab, apa yang dia lakukan di Sevilla tentu sulit diulangi orang lain.
Sevilla kini duduk di posisi kedua klasemen La Liga dengan nilai 39, hanya tertinggal satu angka di belakang pemuncak klasemen, Real Madrid. Apiknya performa Sevilla musim ini tak lepas dari tangan dingin pelatih mereka, Jorge Sampaoli, serta kontribusi pemain-pemain anyar yang, siapa lagi kalau bukan, Monchi datangkan.
ADVERTISEMENT