Permintaan Simeone kepada Atletico: Bermain dengan Rendah Hati

16 Mei 2018 6:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diego Simeone dan German Burgos (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
zoom-in-whitePerbesar
Diego Simeone dan German Burgos (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
ADVERTISEMENT
Kamis (17/5/2018) akan menjadi malam akbar bagi Atletico Madrid dan Olympique Marseille. Keduanya akan bertanding pada laga puncak perebutan gelar juara Liga Europa di Groupama Stadium, Lyon, Prancis.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi tiket final kelimanya di gelaran kompetisi Eropa. Musim 2011/2012, Simeone berhasil mempersembahkan trofi Liga Europa setelah membenamkan Athletic Bilbao dengan skor 3-0. Tahun 2012, gelar juara Super Cup menjadi miliknya setelah menang 4-1 atas Chelsea.
Simeone juga sudah dua kali menjejak di final Liga Champions, pada musim 2013/2014 dan 2015/2016. Sayangnya, kedua pertandingan itu berakhir dengan kekalahan dari Real Madrid, masing-masing dengan skor 1-4 dan 4-6 (waktu normal berakhir imbang 1-1 dan berlanjut pada babak adu penalti 3-5).
Atas dasar rekam jejak itulah, Simeone menegaskan kepada para pemainnya untuk memasuki laga final melawan Marseille dengan sikap benar. Simeone memang tak ingin anak-anak asuhnya memasuki pertandingan sebagai inferior. Namun, di satu sisi, selayaknya pertandingan final, apa pun bisa terjadi di Lyon.
ADVERTISEMENT
Maka, masukilah pertandingan dengan rendah hati. Tak boleh ada kepongahan, yang ada hanya semangat bertanding.
"Kami bermain di pertandingan final. Yang namanya final, ia akan dipenuhi dengan emosi dan kegembiraan, tapi di atas segalanya, kerendahan hati menjadi yang terpenting."
"Saat Anda bermain, Anda harus memiliki keteguhan hati untuk bekerja keras. Pengalaman itu memang penting, tapi tidak menentukan hasil pertandingan," tegas Simeone dalam konferensi pers jelang pertandingan, dilansir ESPN.
Bila Simeone menyinggung pengalaman, maka ia mengacu pada fakta bahwa belum ada klub asal Prancis yang memenangi gelar Liga Europa. Sepanjang sejarah, ini menjadi keempat kalinya klub asal Prancis berhasil merebut tiket final Liga Europa. Namun, di tiga laga sebelumnya, klub asal Prancis selalu mengakhiri turnamen dengan menyandang status sebagai runner up.
Griezmann merayakan gol ke gawang Celta. (Foto: REUTERS/Javier Barbancho)
zoom-in-whitePerbesar
Griezmann merayakan gol ke gawang Celta. (Foto: REUTERS/Javier Barbancho)
Partai final kali ini menjadi pertandingan spesial bagi Simeone. Berbeda dengan final-final sebelumnya, ia dilarang untuk mendampingi timnya saat melawan Marseille nanti. Larangan ini merupakan bentuk hukuman yang diterima Simeone terhadap aksi indispliner pada leg pertama babak semifinal saat berhadapan dengan Arsenal di Emirates Stadium.
ADVERTISEMENT
Pelatih asal Argentina ini melakukan protes keras kepada wasit karena bek Sime Vrsalklo diganjar kartu kuning kedua pada menit ke-10. Simeone juga dinilai bersalah karena melontarkan penghinaan kepada ofisial pertandingan.
Akibatnya, wasit menghadiahinya dengan hukuman larangan mendampingi empat pertandingan Liga Europa plus denda sebesar 10.000 euro. Karena hukuman inilah, asisten pelatih Atletico, German Burgos, yang dilimpahi tugas mendampingi tim saat pertandingan berlangsung.
"Walaupun saya sedih karena tidak bisa mendampingi mereka, saya memiliki kesan yang baik dengan German (Burgos). Kami saling mengenal di sepanjang hidup kami. Di laga leg kedua, tim tampil mengesankan. Padahal, saya juga masih dihukum. Kami mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Saya percaya kepada German," ungkap Simeone.