Pintu Santiago Bernabeu Selalu Terbuka untuk Paul Pogba

31 Maret 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paul Pogba melindungi bola dari sergapan Bobby Firmino. Foto: Reuters/Lee Smith
zoom-in-whitePerbesar
Paul Pogba melindungi bola dari sergapan Bobby Firmino. Foto: Reuters/Lee Smith
ADVERTISEMENT
Bagi Zinedine Zidane, Paul Pogba adalah pemain spesial. Status Zidane sebagai pelatih Real Madrid tak membuatnya menutup mata akan keistimewaan Pogba. Itulah yang membuatnya tak ragu untuk mengirim sinyal tentang pintu Santiago Bernabeu yang terbuka bagi sang bintang Prancis.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat menyukai Pogba. Saya mengenalnya secara personal. Ia benar-benar pemain berbeda. Hanya sedikit pemain yang bisa melakukan apa yang dikerjakannya," jelas Zidane, dilansir Sky Sports.
"Ia adalah gelandang yang paham bagaimana caranya bertahan dan menyerang sekaligus. Pada intinya, ia bisa melakukan segalanya," ucap mantan penggawa Timnas Prancis itu.
Bermain di mana pun, Pogba acap menjadi daya tarik. Dalam situasi tak sedap saat dipimpin Jose Mourinho pun, pendarnya tetap tak redup. Mourinho boleh menuding Pogba sebagai pemain tidak profesional dan apa pun. Tapi, Pogba berulang kali menjadi penyelamat United di saat genting.
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, kembali ke Santiago Bernabeu. Foto: Susana Vera/Reuters
Mourinho pergi, Pogba berpesta. Tentu tidak dengan membuat onar, tapi mencetak gol demi gol, merancang serangan demi serangan yang mengantarkan timnya pada kemenangan.
ADVERTISEMENT
Sistem tiga gelandang yang diusung oleh United memang memberikan ruang luas bagi Pogba. Terlebih, di periode kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer, Pogba difasilitasi dengan ritme serangan cepat dalam formasi 4-3-3.
Berbekal permainan seperti ini, Pogba acap menjadi senjata United. Tujuh assist dan sembilan gol di semua kompetisi ditorehkannya usai kepergian Mourinho. Meski tak dibebani tugas menggalang pertahanan, Pogba juga tak pasif-pasif amat. Total, ia membukukan 1,05 tekel sukses dan 0,7 intersep per laga di Premier League dan Liga Champions.
Catatan itu lantas ditambah dengan jiwa kepemimpinan Pogba. Ia boleh dicap sebagai pemain bertingkah aneh. Tapi, tak jarang, Pogba membuktikan bahwa ia adalah pemimpin tanpa ban kapten.
Apa yang dilakukannya di final Piala Dunia 2018 itu menjadi contoh. Bahkan Solskjaer mengakui sendiri bahwa anak asuhnya yang satu ini merupakan pemimpin di dalam dan luar lapangan.
ADVERTISEMENT
Zinedine Zidane kala memimpin sesi latihan Real Madrid. Foto: REUTERS/Juan Medina
Zidane bukan orang baru di lapangan bola. Apa-apa yang terjadi di pertandingan tim lain dan pergerakan pemain tim rival sekalipun akan selalu ada dalam pengamatannya. Di balik kritik yang acap mencekik Pogba, Zidane tahu bahwa pemuda Prancis ini bisa menjadi aset bagi tim manapun.
Kepulangan Zidane di musim ini mungkin terlambat bagi Madrid. Tapi, kompetisi 2019/20 bukannya tak mungkin melahirkan asa baru: Madrid kembali menjadi Madrid. Toh, misi itu pula yang diusung Zidane begitu ia kembali duduk di kursi kepelatihan Madrid.
Maka, perburuan pemain yang dianggap bisa mengubah nasib Madrid pun menjadi agenda utama Zidane dan tim kepelatihan. Tapi, perburuan tanpa pengintaian adalah kesalahan fatal.
Itulah sebabnya, musim 2018/19 belum usai pun, Zidane sudah mulai menargetkan siapa-siapa saja yang bisa dilirik oleh timnya--termasuk Pogba--walaupun di sisi lain ia sadar bahwa Pogba masih menjadi milik United. Melihat kontrak, Pogba masih akan bertahan di United--setidaknya--hingga 30 Juni 2021.
ADVERTISEMENT
"Tapi, Pogba bukan pemain saya. Sekarang ia masih di Manchester. Di sisi lain, ia selalu berkata bahwa setelah Manchester, Madrid adalah klub yang menarik baginya. Jadi, saat perjalanannya dengan Manchester sudah berakhir, mengapa tidak datang ke Madrid?" ujar Zidane.
Terlepas dari mustahil atau tidaknya keinginannya yang satu ini, memboyong Pogba ke Madrid tidak menjadi tugas Zidane. Yang menjadi tugasnya cuma satu: mempersembahkan kejayaan untuk Madrid. Dengan atau tanpa Pogba.