Prancis vs Jerman: Tentamen Produkvitivas 'Die Mannschaft'

16 Oktober 2018 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kesedihan pemain Jerman. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
zoom-in-whitePerbesar
Kesedihan pemain Jerman. (Foto: Reuters/Dylan Martinez)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Prancis dan Jerman akan kembali bersua pada UEFA Nations League A Grup 1, Rabu (17/10/2018) dini hari WIB. Juara Piala Dunia dalam dua edisi terakhir itu bakal menebus kegagalan setelah cuma bermain dengan skor kacamata di perjumpaan pertama.
ADVERTISEMENT
Well, Prancis sebagai tuan rumah sedikit diunggulkan dalam duel yang digelar di Stade de France. Secara performa, Paul Pogba dan kawan-kawan masih lebih baik ketimbang Jerman yang tiga hari lalu dihantam Belanda tiga gol tanpa balas di ajang yang sama.
Joachim Loew terang-terangan mengatakan bahwa penyelesaian akhir jadi biang kekalahan timnya dari Belanda. Cuma 4 yang mengenai sasaran dari total 21 tembakan yang dilayangkan Jerman dalam laga tersebut.
Perkataan Loew tak sepenuhnya salah. Jerman sukses melepaskan empat tembakan sebelum akhirnya tertinggal lewat gol Virgil van Dijk di menit 30. Gol yang kemudian memengaruhi kepercayaan diri tim.
Bila ditarik ke belakang, minimnya produktivitas Die Mannschaft juga tertuang saat bermain imbang 0-0 dengan Prancis di matchday pertama. Dari 13 tembakan hanya 6 di antaranya yang menggapai sasaran. Bila dikalkulasi, cuma 10 shot on target dari 34 upaya yang dilepaskan Jerman dalam dua laga awal UEFA Nations League. Ironisnya lagi, tak ada satupun yang berujung gol.
ADVERTISEMENT
Oke, Jerman memang berhasil memetik kemenangan perdana pasca-Piala Dunia. Akan tetapi itu cuma lahir dari Peru yang notabene bukan merupakan tim kuat.
Duel sengit Frenkie De Jong dengan Joshua Kimmich kerap terjadi di lini tengah. (Foto: REUTERS/Piroschka Van de Wouw)
zoom-in-whitePerbesar
Duel sengit Frenkie De Jong dengan Joshua Kimmich kerap terjadi di lini tengah. (Foto: REUTERS/Piroschka Van de Wouw)
Sejatinya krisis gol yang dialami Jerman berkaitan erat dengan problem mereka di Rusia lalu. Sayangnya, Loew tak melakukan perombakan dari komposisi lini depan. Terhitung cuma Mark Uth yang jadi muka baru di garda terdepan.
Penyerang yang sukses mengemas 14 gol dan 8 assist untuk Schalke di Bundesliga musim lalu itu diplot sebagai tandem Thomas Mueller dan Timo Werner. Ya, Loew memang sedang mencari penyerang idealnya setelah Miroslav Klose gantung sepatu. Sebelumnya pelatih berusia 58 tahun itu pernah bereksperimen dengan Nils Petersen dan berakhir alpa.
ADVERTISEMENT
Sialnya lagi, Mueller yang rutin jadi mesin gol juga sedang mengalami penurunan performa. Hanya sepasang gol yang diproduksinya bersama Bayern Muenchen sejauh ini.
Werner lebih parah lagi, karena tak kunjung mencetak gol sejak gelaran Piala Dunia termurtakhir. Berbanding terbalik dengan torehan 4 golnya bersama RasenBallsport Leipzig sejauh ini.
Masalahnya, Werner berada dalam wadah dua penyerang kala berseragam Die Bullen. Berbeda dengan Loew yang rutin menerapkan format satu atau tiga penyerang.
Dengan jebloknya performa stok penyerang yang ada, Leroy Sane akan jadi pilihan ideal bagi Loew. Mengingat pemain berdarah Senegal itu belum mendapatkan jam terbang cukup sejak didepak dari skuat Jerman di Piala Dunia.
Lagipula, kredibilitas Sane sebagai pencetak gol dan pencipta assist terpapar jelas bersama Manchester City musim lalu. Selain Sane, tak menutup kemungkinan juga Julian Draxler dan Julian Brandt juga diturunkan sejak menit awal.
ADVERTISEMENT
Leroy Sane beraksi untuk Timnas Jerman pada laa persahabatan menghadapi Austria. (Foto: AFP/Joe Klamar)
zoom-in-whitePerbesar
Leroy Sane beraksi untuk Timnas Jerman pada laa persahabatan menghadapi Austria. (Foto: AFP/Joe Klamar)
Prancis
Lain Jerman lain pula Prancis. Bila Loew sedang meraba rancangan terbaiknya --khususnya di lini depan-- Didier Deschamps justru sudah menemukan pakem terbaiknya. Hasil imbang dari Islandia Jumat (12/10), makin memperkuat anggapan tersebut.
Deschamps melakukan sedikit percobaan dalam duel tersebut meski pilar utama macam Hugo Lloris, Raphael Varane, Paul Pogba, Antoine Griezmann, dan Olivier Giroud tampil sejak menit pertama. Ada tiga titik yang dirombak mantan arsitek AS Monaco tersebut: full-back kiri, gelandang bertahan, dan sektor depan.
Lucas Digne mengisi pos yang biasa dihuni Lucas Hernandez, N'Golo Kante digantikan Steven Nzonzi, dan Florian Thauvin menempati area operasi Kylian Mbappe. Dua sektor yang disebutkan belakangan jadi biang kegagalan Prancis menaklukkan tim tamu.
ADVERTISEMENT
Ketiadaan Kante membuat keseimbangan Prancis goyah. Gol pembuka Islandia cukup merepresentasikan kegagalan N'Zonzi untuk menggantikan peran Kante. Sementara Thauvin tak cukup klinis untuk mengimbangi produktivitas Mbappe.
Dengan hasil negatif tersebut, kemungkinan besar Deschamps akan meminimasir perombakan skuatnya. Di satu sisi, cederanya Raphael Varane bakal menjadi titik rawan Prancis. Masalahnya, Les Bleus tak memiliki banyak stok bek sentral yang mumpuni. Selain Presnel Kimpembe, mereka cuma punya Mamadou Sakho atau Kurt Zouma. So, menjadi lebih bijak bagi Deschamps untuk menggeser Benjamin Parvard ke pos bek tengah dan memercayakan Djibril Sidibe di sektor full-back kanan.
Perayaan gol Kylian Mbappe ke gawang Belanda. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan gol Kylian Mbappe ke gawang Belanda. (Foto: REUTERS/Charles Platiau)