Pratinjau: Kekurangan Bayern, Kekurangan Liverpool

19 Februari 2019 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Bayern Muenchen usai menundukkan Augsburg. Foto: Reuters/Andreas Gebert
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Bayern Muenchen usai menundukkan Augsburg. Foto: Reuters/Andreas Gebert
ADVERTISEMENT
Bayern Muenchen adalah klub yang paling dibenci orang Jerman,” tulis Philip Oltermann di The Guardian pada 2013 silam. Dalam tulisannya itu, penulis buku 'Keeping Up With the Germans' tersebut menyajikan dua alasan.
ADVERTISEMENT
Pertama, karena Kota Muenchen merupakan daerah paling makmur di Jerman. Kedua, dan terutama, karena dominasi telak Bayern di lapangan. Bagi Oltermann, kebencian orang-orang Jerman terhadap Bayern terasa seperti sinisme orang-orang Inggris terhadap Manchester United era Sir Alex Ferguson.
Saat Ferguson masih menjadi manajer, fan-fan rival kerapkali menggunakan istilah Fergie Time untuk gol menit akhir yang membawa United selamat dari skenario terburuk. Istilah semacam ini juga ada untuk Bayern, saking seringnya mereka mencetak gol menit akhir: Bayerndusel.
Namun, Bayern sempat tak begitu peduli dengan kebencian yang muncul. Mereka punya kredo: Mia San Mia — kami adalah kami. Selama bertahun-tahun, kalimat itu dihayati di dalam dan di luar lapangan. Dengan percaya diri — jika arogan terasa berlebihan — mereka menjadikan treble sebuah keharusan karena Bayern yakin mereka yang terbaik, tak hanya di Jerman, tapi di dunia.
ADVERTISEMENT
Situasi ini terus begini hingga hingga Jupp Heynckes kembali mundur dari kursi pelatih Bayern dan kembali pensiun. Kemudian Niko Kovac ditunjuk sebagai penggantinya pada musim panas 2018.
Niko Kovac memimpin sesi latihan Bayern Muenchen jelang laga kontra Liverpool. Foto: Reuters/Lee Smith
Sekarang Bayern berada di posisi kedua dengan ketertinggalan 3 poin dari Borussia Dortmund. Padahal, di musim-musim sebelumnya di bulan Februari, Bayern selalu memimpin klasemen dengan keunggulan poin sangat jauh dari lawan-lawannya.
Perbedaan taktik Kovac dan Heynckes, selain juga telatnya Bayern melakukan regenerasi pemain, merupakan dua sebab 'kemunduran' mereka.
Kondisi ini membuat para pemain Bayern menjadi membumi. Bayern sendiri dijadwalkan akan menghadapi Liverpool dalam laga putaran pertama babak 16 Liga Champions di Anfield, Rabu (20/2/2019) dini hari WIB. Sebelum menyaksikan laga itu, simak pernyataan Joshua Kimmich dalam wawancara pralaga.
ADVERTISEMENT
“Liverpool merupakan tim favorit pada laga ini karena mereka hanya kalah satu laga liga dan cuma kebobolan 15 gol di liga musim ini. Lalu lihat kami, penampilan kami tak sekonsisten musim-musim sebelumnya,” kata eks pemain RB Leipzig itu, sebagaimana dilansir The Guardian.
Selain Kimmich, ada juga Manuel Neuer dan Arjen Robben yang mengeluarkan pernyataan serupa. Kimmich sendiri merupakan pemain muda paling dipandang, sementara Neuer dan Robben merupakan dua pemain senior yang suaranya paling berpengaruh di ruang ganti.
Lantas, seberapa serius masalah Bayern, dan apakah Liverpool lebih baik?
Apa Masalah Bayern?
Bayern Muenchen menutup laga melawan Freiburg dengan kekecewaan. Foto: REUTERS/Andreas Gebert
Berbeda dengan Heynckes yang suka betul skema serangan balik dengan formasi 4-2-3-1, Kovac senang sekali timnya menguasai bola dengan formasi 4-3-3. Dalam formasi ini, tiga gelandang menjadi motor utama serangan Bayern.
ADVERTISEMENT
Thiago Alcantara selalu dipercaya mengisi posisi gelandang bertahan. Sementara, gelandang kanan biasanya dihuni Leon Goretzka. Kemudian gelandang kiri menjadi milik James Rodriguez. Ketiganya memiliki peranan berbeda dalam sistem ini.
Thiago mendapatkan peran sebagai deep-lying playmaker karena memiliki kemampuan melepas umpan yang bagus. Ketika menyerang, Thiago akan berada sejajar dengan bek tengah. Sementara, dua bek tengah Bayern melebar demi meminimalisir cela yang muncul akibat majunya dua full-back.
Untuk Goretzka, dia mendapatkan peran box-to-box dengan fokus untuk mencetak gol. Sehingga, tak jarang mantan gelandang Schalke 04 itu pergi meninggalkan posisi aslinya untuk meramaikan kotak penalti lawan.
Langkah ini sendiri diambil Kovac karena kinerja Robert Lewandowski sebagai striker menurun drastis. Jika musim lalu, Squawka mencatat, penyerang berusia 30 tahun itu mencetak 1,2 gol per laga, musim ini angkanya menurun menjadi 0,7 per laga.
ADVERTISEMENT
Leon Goretzka, Kingsley Coman, dan David Alaba merayakan kemenangan Bayern atas Augsburg. Foto: Reuters/Andreas Gebert
Kondisi serupa juga menimpa penyerang-penyerang Bayern yang lain. Kingsley Coman —yang mulai menjadi andalan di sayap kiri — baru mencetak 4 gol dan 1 assist di seluruh kompetisi musim ini. Di sayap kanan, ada Serge Gnabry yang baru mencetak 6 gol dan 3 assist.
Untungnya, Goretzka mampu mengemban tugas mencetak gol dengan baik. Sebagai bukti, pemain berkebangsaan Jerman ini telah mencetak 4 gol dalam 6 penampilan terakhirnya.
Sementara, Rodriguez menjadi playmaker. Dalam peran ini, pemain berkebangsaan Kolombia itu tak hanya boleh melepas umpan terobosan ke kotak penalti. Tapi, juga dipersilakan untuk bergeser ke tepi kiri lapangan demi membangun situasi 3 lawan 2 agar serangan Bayern tak mandek.
Sistem ini bukannya tanpa cela. Jika tiga gelandang ini berhasil dimatikan, maka matilah serangan Bayern dalam skema open play. Atau, jika hal tersebut terlalu sulit dilakukan, tim lawan bisa saja hanya fokus dengan menutup langkah penyerang-penyerang Bayern dan gelandang kiri demi menimbulkan efek serupa.
ADVERTISEMENT
Melawan Liverpool nanti, Goretzka diragukan tampil karena masih menderita cedera engkel. Corentin Tolisso merupakan gelandang setipe dengan Goretzka, tetapi dia masih merasakan nyeri di ligamennya. Dengan begitu, tertutup satu opsi favorit Bayern untuk mencetak gol.
Di posisi penyerang, Bayern juga akan ditinggal sejumlah pemain. Thomas Mueller mendapatkan akumulasi kartu, sehingga tak bisa menjadi opsi lainnya ketika Lewandowski mandek. Arjen Robben mengalami cedera paha, alhasil Gnabry merupakan satu-satunya opsi di sayap kanan.
Di sayap kiri, Kingsley Coman diragukan tampil sejak awal karena mengalami cedera engkel. Maka, ada kemungkinan Franck Ribery yang sudah berusia 35 tahun itu tampil menjadi starter.
Gol Mats Hummels ke gawang Ajax Amsterdam disambut perayaan para pemain Bayern Muenchen. Foto: Andreas Gerbert/Reuters
Absennya pilar ini tentu saja akan menggerus ketajaman Bayern secara drastis. Tapi, itu bukan satu-satunya masalah mereka, mengingat Kovac juga peru memikirkan lini pertahanan tim berjuluk Die Roten itu yang ringkih.
ADVERTISEMENT
Dari ketiga gelandang andalan Bayern, tak satu pun yang memiliki atribut menonjol ketika bertahan. Padahal, Kovac masih memiliki gelandang bertipe destroyer seperti Javi Martinez dalam skuatnya. Absennya Martinez membuat cela besar di lini tengah ketika Bayern diserang.
Hal ini merupakan masalah besar, mengingat dua bek dan dua full-back Bayern suka telat untuk kembali merapatkan lini pertahanan. Liverpool sendiri memiliki sejumlah penyerang yang bisa bertukar posisi, dan bisa jadi cela ini membuat Bayern menanggung malu di Anfield.
Dengan kabar cederanya Goretzka, belum tentu juga Kovac menurunkan Martinez di pos gelandang bertahan dan Thiago dengan peran lebih menyerang. Mengingat keduanya memiliki hubungan tak baik musim ini, dan catatan bermain 60 menit per laga untuk Martinez merupakan imbasnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut bukan satu-satunya masalah di lini belakang. Ada juga absennya Jerome Boateng karena sakit, sehingga Bayern kembali harus bertumpu dengan Niklas Suele yang performanya musim ini kurang stabil. Hingga kiper Manuel Neuer yang baru sembuh dari cedera tangan.
Pening betul sepertinya, ya, menjadi Kovac saat ini.
Apakah Liverpool Lebih Baik?
Penggawa Liverpool rayakan gol. Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
Ya, Bayern memang mendapatkan masalah serius sebelum menghadapi Liverpool. Tapi, Liverpool juga memiliki masalahnya sendiri. Virgil van Dijk, Dejan Lovren, hingga Joe Gomez tak bisa tampil karena alasan yang berbeda. Sehingga, Joel Matip menjadi satu-satunya bek yang tersedia untuk Liverpool.
Dengan begini, kemungkinan besar manajer Juergen Klopp akan menandemkan Matip dengan Fabinho Tavares yang ditarik dari pos gelandang bertahan. Fabinho memang pernah dicoba menjadi bek tengah Liverpool, tapi paling sering ditandemkan dengan Van Dijk.
ADVERTISEMENT
Van Dijk sendiri tak hanya bek yang jago dalam urusan bertahan dan membangun serangan tim dari bawah tapi juga vokal menjaga fokus lini pertahan tim. Absennya Van Dijk berarti absennya pemimpin lini belakang Liverpool dan kondisi ini bisa saja membuat kiper Alisson Becker bekerja lebih keras daripada biasanya.
Selain itu, ada masalah lain jika Fabinho diturunkan menjadi bek. Yakni, dipasangnya Jordan Henderson sebagai gelandang bertahan. Henderson merupakan gelandang box-to-box yang lemah dalam membaca situasi ketika tim diserang.
Sehingga, bisa saja mindset kapten Liverpool ini bisa menimbulkan cela menganga di lini tengah, seperti kala Liverpool takluk 1-2 dari Paris Saint-Germain pada November lalu.
Ekspresi kebahagiaan kapten Liverpool, Jordan Henderson, setelah The Reds memastikan diri melaju ke babak 16 besar Liga Champions 2018/19. Foto: Paul ELLIS/AFP
Hal lain yang harus dipikirkan adalah ini: Liverpool takkan tampil dengan Roberto Firmino karena mantan pemain Hoffenheim itu dikabarkan trserang virus. Dalam sistem 4-2-3-1, Firmino mendapatkan peran di belakang striker. Untungnya, Liverpool masih punya Xherdan Shaqiri untuk menggantikan Firmino.
ADVERTISEMENT
Seperti Firmino, Shaqiri juga bisa sewaktu-waktu bertukar posisi dengan Mohamed Salah di posisi striker dan Sadio Mane di sayap kiri ketika menyerang. Mengingat ketiga pemain ini sama-sama pernah mengemban peran ‘nomor 10’ di masa lalu.
Kesamaan pengalaman ini tentunya membuat ketiga pemain ini menjadi lihai dalam memanfaatkan ruang di lini pertahanan lawan.
Selain faktor-faktor tadi, tentunya perlu disinggung hal tak kasatmata seperti betapa gilanya dukungan Liverpool di Anfield. Tim berjuluk The Reds itu tak pernah takluk ketika bermain di kandang sendiri di ajang Liga Champions pada musim ini.
Sehingga, dengan segala kekurangan itu, terlihat jelas Liverpool terlihat sedikit lebih menjanjikan daripada Bayern di laga nanti.