Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pratinjau Lazio vs Milan: Waspadai Kepakan Sayap
26 Februari 2019 17:14 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Tiga kali beruntun Lazio dan AC Milan bermain imbang di waktu normal. Di pentas Serie A November lalu, bentrokan keduanya berakhir 1-1. Sementara dua pertemuan sisanya tercipta pada babak semifinal Coppa Italia edisi 2017/2018. Pada akhirnya, Milan yang keluar sebagai pemenang via drama adu penalti --setelah dua kali bermain sama kuat 0-0.
ADVERTISEMENT
Rabu (27/2/2019) dini hari WIB, Lazio kembali dipertemukan dengan Milan di Coppa Italia, pada babak semifinal pula. Namun, kali ini situasinya tak sama. Setidaknya, sulit bagi Lazio untuk mengimbangi produktivitas Milan yang lagi bagus-bagusnya sekarang.
Lazio: Krisis Keseimbangan
Lazio punya setumpuk masalah. Tiga laga terakhir mereka lalui dengan kekalahan, termasuk dua kali takluk dari Sevilla yang membuat Biancoceleste tersingkir dari Liga Europa. Parahnya lagi, sudah lima gol yang bersrang ke gawang Lazio dalam rentang waktu tersebut.
Bagai api dengan asap, jebloknya performa Lazio beriringan dengan komposisi lini tengah mereka, khususnya para gelandang. Bukan rahasia lagi bila lini tengah jadi nyawa dalam skema tiga bek yang diusung Simone Inzaghi. Lucas Leiva sebagai jangkar, dibantu oleh gelandang box-to-box macam Marco Parolo, dan dilengkapi oleh Sergej Milinkovic-Savic.
ADVERTISEMENT
Konstelasi semacam ini yang sulit untuk ditemukan padanannya, karena ia membutuhkan gelandang yang punya kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya. Sialnya, Inzaghi tak kunjung menemukan formula yang pas untuk menambal kelemahan itu. Menjadi makin parah karena badai cedera kencang menerpa gerombolan bek mereka, Luiz Felipe, Bastos, dan juga Wallace.
Kekalahan 0-2 dari Sevilla di leg kedua lalu misalnya, berasal dari ringkihnya barisan pertahanan dan kealpaan di lini tengah. Ketinggalan satu gol di pertemuan pertama memaksa Lazio bermain ofensif. Sistem demikian yang membuat mereka terlihat makin pincang, mengingat absennya Parolo dan Leiva. Alhasil, Lazio kerap terlambat pada transisi dari menyerang ke bertahan.
"Lini pertahanan kami ada dalam kondisi darurat dan kami sedang memperbaikinya. Kami sedang mempersiapkan beberapa perubahan dan saya sedang mencari-cari siapa yang bisa beradaptasi dengan sistem baru ini," kata Inzaghi sebagaimana dilansir Football Italia.
ADVERTISEMENT
Oke, Milan Badelj memang tak buruk-buruk amat dalam melindungi back-four. Namun, Romulo serta Danilo Cataldi bukanlah gelandang oportunis yang piawai dalam mengkreasi sekaligus menciptakan peluang, seperti Parolo dan Sergej.
Dengan kondisi demikian, praktis hanya Luis Alberto dan/atau Joaquin Correa yang jadi kreator serangan Lazio--selain mengfungsikan sepasang wing-back. Itulah mengapa keran produktivitas Lazio menjadi pampat karena cuma mengukir sebiji gol dari tiga pertandingan.
Sebenarnya, Inzaghi sudah mengakali situasi tersebut dengan menurunkan dua penyerang sekaligus, Ciro Immobile dan Felipe Caicedo, saat melawat ke markas Sevilla tengah pekan lalu. Akan tetapi, hasilnya nihil. Jangankan mencetak gol, tak adai satu pun dari keduanya yang mampu melepaskan tembakan ke arah Tomas Vaclik.
ADVERTISEMENT
Milan: Menanti Tuah Piatek
Nah, kondisi Milan saat ini berbanding terbalik dengan Lazio. Dalam lima laga terakhir, sudah 12 gol yang sudah diproduksi oleh pasukan Gennaro Gattuso itu atau 2,4 gol bila dirata-rata per laga.
Tak lain tak bukan, Krzysztof Piatek yang jadi aktornya. Pemain yaang diboyong dari Genoa itu tak pernah absen mencetak gol dalam lima laga ke belakang. Bila ditotal, sudah 7 gol yang dibuatnya bersama Milan di berbagai ajang.
Selain tajam, Piatek juga punya nilai plus lain: Ia andal bergerak ke dalam serta ke sisi tepi. Kemampuan demikian yang mendongkrak produktivitas Milan secara signifikan.
Toleh saja bagaimana dinamisnya pergerakan Piatek saat timnya bertandang ke markas Atalanta pada pekan ke-24 Serie A. Pergerakannya yang vertikal memberikan ruang lebih bagi Suso dan Hakan Calhanoglu untuk mengeksploitasi sisi tengah.
ADVERTISEMENT
Padahal, Gattuso saat itu mengaplikasi gaya bermain yang defensif dengan garis pertahanan rendah. Pun demikian dengan sepasang full-back Milan, Davide Calabria dan Ricardo Rodriguez, yang tak terlalu intens dalam melakukan overlap. Nah, efektifnya sistem Gattuso ini terbantu dengan akktifnya Piatek dalam menjemput bola ke lini tengah.
Kabar baiknya, Suso yang absen karena akumulasi saat bersua Empoli lalu sudah bisa kembali tampil. So, Gattuso punya banyak opsi winger yang bakal menjadi tandem Piatek nantinya, selain Calhanoglu dan Samu Castilejo. Nama yang disebut belakangan tengah dalam kondisi on-fire setelah sukses menyumbang masing-masing satu gol dan assist di laga termutakhir.
Besar kemungkinan, Inzaghi akan kembali kepada pakem satu penyerang dini hari nanti. Immobile sebagai striker utama akan Correa serta Parolo dan Sergej di lini kedua. Kendati aspek kreativitas tetap terjaga, Lazio bakal kesulitan mencetak gol andai Milan menerapkan garis pertahanan rendah, sebagaimana yang mereka pakai di laga terakhir.
ADVERTISEMENT
Sementara Milan, berpotensi besar untuk memanfaatkan buruknya koordinasi barisan pertahanan Lazio, khususnya via penetrasi dari tepi. Perlu diketahui, Francesco Acerbi dan kawan-kawan selalu kesulitan untuk mencegah serangan dari sisi sayap. Nyatanya, 4 dari 5 gol terakhir yang masuk ke gawang mereka lahir dari situasi demikian.
Kebetulan sekali, kepakan sayap Milan sedang kencang-kencangnya sekarang. Total 6 gol terakhir mereka seluruhnya lahir melalui aksi di sayap.
===
*Laga leg pertama semifinal Coppa Italia 2018/19 antara Lazio dan AC Milan akan digelar di Stadion Olimpico pada Rabu (27/2/2019). Sepak mula akan berlangsung pada pukul 03:00 WIB.