Pratinjau Lazio vs Roma: Upaya Memaksimalkan Lini Kedua

28 Februari 2019 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Para pemain Lazio merayakan kemenangan. Foto: Miguel MEDINA / AFP
Lazio cuma bermain dengan skor kacamata saat menjamu AC Milan pada leg pertama semfinal Coppa Italia, Rabu (27/2/2019) dini hari WIB. Bila menilik dari skor akhir, hasil imbang ini tidaklah buruk. Toh, secara matematis Milan lebih diunggulkan ketimbang mereka. Selain berbekal tren kemenangan beruntun di tiga laga sebelumnya, produktivitas Rossoneri juga mentereng dengan mencetak total 9 gol.
ADVERTISEMENT
Nota manis ini berseberangan dengan Lazio yang rutin melalui tiga pertandingan dengan kekalahan. Parahnya lagi, Marco Parolo dan kawan-kawan sudah kebobolan 5 kali dan cuma mampu mencetak sebiji gol dalam durasi tersebut.
Oke, Lazio memang mampu membendung agresivitas Milan, dan itu layak diapresiasi mengingat absennya dua bek utama mereka, Stefan Radu yang terkena suspensi dan Wallace yang ditepikan karena cedera. Bahkan, Lazio juga lebih intens dalam menuai ancaman ketimbang tim tamu, khususnya di babak kedua. Sebagai gambaran, Lazio sukses melancarkan 7 tembakan, jauh lebih banyak daripada Milan yang cuma mengukir 3.
Gelandang AC Milan, Hakan Calhanoglu, menerima adangan pemain Lazio dalam laga semifinal Coppa Italia. Foto: Dok. AC Milan
“Kami tidak membiarkan Milan untuk melakukan apa pun, untuk sepak pojok sekalipun. Namun, penyesalannya adalah bahwa kami tidak berhasil mencetak gol. Setidaknya jika kami bermain imbang di kandang, 0-0 adalah hasil terbaik," kata Inzaghi sebagaimana dilansir Rai Sport.
ADVERTISEMENT
Well, tetap saja, Simone Inzaghi masih punya masalah laten dalam timnya: Produktivitas. Itu mesti diselesaikan dengan segera. Pasalnya, Lazio akan melakoni laga super penting versus AS Roma di panggung Serie A pada Minggu (3/2) dini hari WIB.
Selain beradu gengsi sebagai sesama tim asal ibu kota Italia, aroma rivaliatas keduanya juga tertuang jelas di tabel klasemen Serie A sejauh ini. Roma berada di peringkat lima dengan 44 angka, unggul 6 poin ketimbang Lazio yang berada satu setrip di bawahnya.
Kebetulan Biancoceleste masih menyimpan satu laga lebih banyak. So, bisa disadari betapa tingginya urgensi Lazio itu untuk memetik kemenangan pada Derby della Capitale--berbeda dengan duel melawan Milan di Coppa Italia lalu yang terbagi menjadi dua leg.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah Lazio mampu membenahi lini serangnya saat berhadapan dengan Roma?
Tak bisa dimungkiri bila faktor cedera menjadi biang mandeknya produktivitas Lazio. Kendati demikian, hal itu tak membuat Inzaghi berpaling dari pakem tiga bek yang diusungnya. Lagipula, lewat sistem itu pula Lazio berhasil menjadi tim terproduktif di Serie A musim lalu lewat lesakan 89 golnya.
“Lebih dari sistem, saya percaya interpretasi itu penting. Lazio adalah tim terproduktif di Italia musim lalu dengan sistem yang sama. Kami memiliki kualitas untuk mencetak gol di setiap pertandingan, tetapi karena beberapa alasan, itu tidak terealisasi saat ini."
Inzaghi intens menggunakan pakem 3-5-2 dan 3-5-1-1 di musim ini. Dari sini terlihat bagaimana gelandang memainkan peran penting dalam sistemnya--sebagai penyeimbang dalam aksi menyerang dan juga bertahan.
ADVERTISEMENT
Parolo (kiri) dan Daniele De Rossi. Foto: AFP/Filippo Monteforte
Lucas Leiva sebagai jangkar dibantu Marco Parolo yang aktif menyisir lini tengah. Sedangkan, Sergej Milinkovic-Savic diutus untuk intens membantu serangan. Kombinasi semacam ini yang kemudian turut memengaruhi ketajaman Ciro Immobile di garda terdepan.
Masalahnya, Inzaghi tak bisa memaksimalkan sektor andalannya itu lantaran terpaan badai cedera. Ketiadaan trio gelandang itu pula yang membuat Lazio kudu menelan tiga kekalahan beruntun--dua kali dari Sevilla dan Genoa.
Bukan cuma melemahkan pertahanan, tetapi juga berdampak kepada ketajaman lini serang. Keran gol Immobile menjadi pampat. Bahkan, cuma satu gol yang diciptakan topskorer Serie A musim lalu itu dalam 6 laga termutakhir.
Kabar baiknya, Inzaghi sudah bisa mengerahkan Parolo, Sergej, dan Leiva untuk berjibaku melawan Roma, sebagaimana yang dilakukannya dalam tiga perjumpaan terakhir. Ketiganya akan diwadahi dalam format 3-5-1-1. Sementara Immobile akan dibantu Joaquin Correa di garda terdepan.
ADVERTISEMENT
Selebrasi gol Ciro Immobile. Foto: AFP/Tiziana Fabi
Secara garis besar, Roma memiliki tipikal sama dengan Milan, yakni mengandalkan kekuatan fisik gelandang dan sisi tepi sebagai jalur serangan. Dengan format 4-3-3 yang dipakainya, Eusebio Di Francesco juga bertumpu pada peran full-back selain kedua winger-nya. Dalam hal ini, Aleksandar Kolarov layak untuk diwaspadai karena sudah mengemas 7 gol dan 2 assist di Serie A.
Untuk memenangi duel lini tengah, besar kemungkinan Di Francesco menduetkan Steven Nzonzi dan Daniele De Rossi sebagai poros ganda. Lalu Stephan El Shaarawy dan Nicolo Zaniolo diplot untuk mengakomodir Edin Dzeko sebagai penyerang utama.
Sementara itu, Bryan Cristante dan Lorenzo Pellegrini bisa dijadikan opsi dari lini kedua. Total 6 gol dan 6 assist yang sudah dibuat keduanya bisa dijadikan rujukan.
ADVERTISEMENT
Variasi serangan di berbagai lini, demikian kira-kira gambaran ideal untuk tipikal permainan Roma. Tengok saja keberhasilan mereka mengemas 10 gol dalam 4 laga ke belakang.
Di sisi lain, tingginya aktivitas menyerang memunculkan celah tersendiri di barisan pertahanan. Itulah mengapa kuantitas gol Roma berbanding lurus dengan intensitas kebobolan. Jala gawang Gialorossi bahkan dua kali bergetar saat bersua Frosinone pekan lalu--sekaligus jadi gol keempat mereka dalam tiga laga termutakhir.
Kerapnya overlap yang dilakukan Kolarov berdampak pada lemahnya sisi tepi. Total 3 dari 4 gol terakhir yang masuk ke gawang Lazio berawal dari sisi kiri pertahanan mereka.
Selebrasi gol Kolarov di laga Chievo vs AS Roma. Foto: Cuplikan pertandingan via Serie A Youtube
Lazio akan memainkan skema yang sama seperti saat bersua Milan dengan memprioritaskan keseimbangan ketimbang agresivitas, mengingat banyaknya opsi serangan yang dimiliki Roma.
ADVERTISEMENT
Memang langkah ini akan berdampak pada ketajaman Immobile sebagai juru gedor. Akan tetapi, Inzaghi masih bisa memaksimalkan para gelandang mereka sebagai objek serangan. Sebagai gambaran, Leiva berhasil melepaskan 2 tembakan sasaran ke gawang Milan kemarin, lebih banyak ketimbang Immobile. Cukup merepresentasikan bagaimana Inazghi berusaha mengakali tumpulnya lini serang timnya.