Romelu Lukaku: Dari Beban Menjadi Pahlawan

7 Maret 2019 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
"Will the real Rom Lukaku please stand up?" Foto: REUTERS/Christian Hartmann
zoom-in-whitePerbesar
"Will the real Rom Lukaku please stand up?" Foto: REUTERS/Christian Hartmann
ADVERTISEMENT
Stempel pemain gede badan doang sempat menempel di tubuh Romelu Lukaku selama paruh pertama musim ini. Semua gara-gara penyerang berkebangsaan Belgia itu kesulitan menyelesaikan umpan yang diberikan rekan-rekannya di Manchester United, bahkan dalam situasi paling menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Seperti ketika United takluk 0-3 dari Tottenham Hotspur di Old Trafford, Agustus 2018. Pada menit 15, Lukaku melakukan manuver yang membuat kiper Hugo Lloris mati langkah. Namun, ketika dihadapkan dengan gawang kosong, Lukaku melancarkan tendangan lengser yang mengarah ke luar gawang.
Akan tetapi, peruntungan Lukaku itu berubah semenjak manajer United berganti dari Jose Mourinho ke Ole Gunnar Solskjaer. Tentu saja kota semegah Roma tak dibangun dalam semalam, dan begitu pula dengan citra Lukaku di United era Solskjaer.
Hingga laga berakhir 0-0 melawan Liverpool pada akhir Februari silam, Lukaku hanya mencetak 2 gol dalam 8 penampilan. Namun, setelah laga bertajuk North West Derby itu, Lukaku melepas stempel buruk yang melekat di tubuhnya dan menunjukkan wujud aslinya.
ADVERTISEMENT
Lukaku mencetak dua gol ketika United menang 3-1 atas Crystal Palace. Skenario serupa terjadi juga ketika United menang 3-2 atas Southampton. Menariknya, dua laga itu berjalan sengit dan gol terakhir Lukaku tercipta di menit akhir.
Ya, gol tersebut tak hanya menunjukkan ketajaman, tapi juga kekuatan mental eks penyerang Everton itu. Menyadari itu, Solskjaer menurunkan Lukaku dalam susunan kesebelasan United saat menghadapi Paris Saint-Germain dalam laga leg II babak 16 Liga Champions di Parc des Princes, Kamis (7/3/2019).
"Terima kasih, Tuhan," kata Lukaku. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Lukaku jelas sadar situasinya: United takluk 0-2 dari Les Parisiens di laga putaran pertama. Maka, dia pun tak berniat untuk basa-basi. Laga baru berjalan 111 detik, Lukaku telah berhasil membuat Gianluigi Buffon bertekuk lutut.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, gol tersebut merupakan gol Liga Champions tercepat United di Liga Champions setelah gol Wayne Rooney ke gawang Bayern Muenchen pada Maret 2010. Setelahnya, United sempat tergelincir, dan Juan Bernat bisa mencetak gol ketika laga berjalan 12 menit.
Namun, ketika laga menginjak usia 30 menit, Lukaku berhasil mencetak gol lagi. Sayangnya, lampu sorot untuk Lukaku ini beralih ke aksi a la russian roulette dari Marcus Rashford di menit akhir.
Walau tak pernah menendang penalti di laga kompetitif, penyerang berkebangsaan Inggris itu memberanikan diri menjadi eksekutor. Dengan tendangan keras, Rashford berhasil membuat Buffon dan para pemain PSG lainnnya tertunduk lesu.
Selebrasi dari Romelu Lukaku. Foto: REUTERS/Christian Hartmann
Meski begitu, Lukaku tak ingin memusingkan perkara itu secara berlebihan. Baginya, ada hal yang lebih penting untuk dilakukan: Merayakan kemenangan 3-1 atas PSG itu bersama rekan-rekan sejawat dan, tentu saja, Solskjaer. Kemenangan ini sendiri memastikan The Red Devils melangkah ke babak perempat final.
ADVERTISEMENT
“Ketika kamu melihat tim ini, akan kamu temukan sekelompok pemain yang percaya dengan dirinya. Tapi, dia (Solskjaer) memberikan kami kata-kata yang tepat di masa yang paling dibutuhkan. Dan itulah yang saya butuhkan,” ucap Lukaku, sebagaimana dilansir Goal International.
“Terkadang sebagai pemain muda, kamu perlu seseorang yang bisa menamparmu hingga tersadar. Tapi, kamu juga butuh lengannya untuk bersandar. Itulah yang dia lakukan: Dia memiliki kepribadian yang sempurna imbangnya,” lanjutnya.