Salah Kaprah Suporter Indonesia...

16 Agustus 2018 11:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
63
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendukung Timnas Indonesia memberikan dukungan dalam laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendukung Timnas Indonesia memberikan dukungan dalam laga Indonesia vs Palestina di Stadion Patriot, Bekasi, Rabu (15/8). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Salah kaprah. Sebuah frasa yang tampaknya tepat untuk melukiskan pemandangan yang terpampang di Stadion Patriot Candrabhaga, Rabu (15/8/2018), ketika Timnas Indonesia U-23 bertemu Palestina U-23 di ajang Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Tak seperti biasanya, suporter Indonesia yang terkenal galak, kali ini mendadak berubah menjadi ramah. Tak ada sorakan yang biasanya membahana untuk menjatuhkan mental lawan, tak terdengar pula nyanyian yang mengejek lawan. Malam itu, pendukung Timnas U-23 terlihat begitu santun.
Usut punya usut, sikap di luar kebiasaan itu rupanya tak lepas dari lawan yang dihadapi. Ya, kedekatan emosional antara Indonesia dengan Palestina membuat sikap sebagian suporter Indonesia berubah 180 derajat. Bahkan, di dalam stadion, tak hanya Merah-Putih, tetapi juga banyak bendera Palestina yang tersemat di dinding tribune.
Faktor itu pula yang membuat tak adanya sorakan ketika lagu kebangsaan Palestina berkumandang--sebuah sikap yang sebenarnya harus ditunjukkan kepada negara mana pun. Puncaknya, dukungan suporter Indonesia kepada Palestina ditunjukkan secara terang-terangan manakala Palestina mencetak gol pertama ke gawang Timnas U-23.
ADVERTISEMENT
Betul, ada sebagian penonton yang bertepuk tangan ketika Oday Dabbagh menggetarkan jala gawang Andritany Ardhiyasa usai memanfaatkan bola rebound hasil tendangan penalti pada menit ke-17.
Bagi mereka yang kerap mendukung langsung perjuangan Timnas Indonesia di stadion, apa yang dilakukan oleh sebagian penonton itu tentunya membuat geleng-geleng kepala.
Betapa tidak, ketika gawang Timnas U-23 dibobol, penonton yang memakai jersi Merah-Putih itu kok bisa-bisanya malah bersorak kegirangan. Bukankah seharusnya sedih karena skuat 'Garuda Muda' jadi tertinggal? Entah apa yang terbersit di benak Andritany ketika gawangnya kebobolan malah disambut sorak gembira oleh pendukung sendiri.
Bisa dipahami, mereka menaruh hormat kepada Palestina. Tapi, kalau caranya seperti itu, rasanya terlalu berlebihan. Cukup hormati tim lawan, misalnya dengan tak melakukan tindakan anarkis atau mencemooh lagu kebangsaannya.
ADVERTISEMENT
Namun, begitu berada di atas lapangan selama 90 menit, tugas kita--suporter Indonesia--ialah memberikan dukungan total bagi para pemain. Berteriak lantang, bersorak riuh, dan bernyanyi hanya untuk mereka.
Karena, Timnas Indonesia bukan lah sebatas tim sepak bola, melainkan sudah menjadi representasi bangsa. Ada lambang Garuda di dada mereka.
Kiper Timnas U-23, Andritany Ardhiyasa (tengah), menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' jelang pertandingan menghadapi Taiwan. (Foto: ANTARA/INASGOC/Ary Kristianto)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Timnas U-23, Andritany Ardhiyasa (tengah), menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' jelang pertandingan menghadapi Taiwan. (Foto: ANTARA/INASGOC/Ary Kristianto)
Kalau perlu, berikan teror kepada tim lawan sehingga mereka merasa tak nyaman saat bertanding. Karena memang itu keuntungan sebagai tuan rumah, bukan?
Lucunya, sebagian suporter Indonesia itu seakan baru tersadar dengan istilah 'tak ada kawan di atas lapangan hijau' saat pemain Palestina mulai bertingkah aneh. Ketika sudah unggul 2-1, mereka terlihat mencoba mengulur-ulur waktu. Disentuh sedikit, jatuhnya guling-gulingan.
ADVERTISEMENT
Hal itu lantas membuat kesal suporter. Lalu, terdengarlah, "Huuuuuu....". Loh, tadi ke mana aja?
Kalau Palestina berpikir Timnas U-23 adalah kawan mereka di atas lapangan, maka Bagas Adi Nugroho dan Irfan Jaya juga tak akan terkapar. Bahkan, Bagas harus dilarikan ke rumah sakit karena kakinya ditebas pemain Palestina.
Penyerang Timnas U-23, Irfan Jaya, dijegal oleh pemain Palestina. (Foto: Hery Sudewo/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Penyerang Timnas U-23, Irfan Jaya, dijegal oleh pemain Palestina. (Foto: Hery Sudewo/Antara)
Lantas, apakah pemain Palestina salah? Tentu saja tidak. Karena, sekali lagi, di atas lapangan hijau, lawan adalah lawan. Silakan bertempur meraih kemenangan, toh ada wasit yang menjaga permainan tetap di dalam koridor Law of The Game.
Begitulah, football is football. Jika Anda menaruh hormat kepada tim lawan, maka hormatilah seperlunya. Jangan bawa hal-hal di luar sepak bola ke dalam lapangan hijau, karena hanya akan menjadi rancu. Dan, pemandangan semalam di Stadion Patriot sudah menjelaskan itu semua.
ADVERTISEMENT
Oke, kalau Anda masih ngotot mau dukung Palestina, ya, silakan saja. Tapi, jangan waktu lawan Timnas Indonesia dong...