Selamat Ulang Tahun, Messi! Kami Punya Kado Untukmu

25 Juni 2019 16:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Messi di Copa America 2019. Foto: Reuters/Diego Vara
zoom-in-whitePerbesar
Messi di Copa America 2019. Foto: Reuters/Diego Vara
ADVERTISEMENT
Lionel Messi dan Didi Kempot punya satu persamaan. Meski terus-terusan merasakan sakit hati tak terperi, mereka menolak untuk berhenti. Justru, rasa sakit itulah yang menjadi bahan bakar mereka untuk terus berkarya. Messi berkarya di lapangan bola, Didi berkiprah di panggung hiburan.
ADVERTISEMENT
Mengasosiasikan Messi dengan rasa sakit hati sebetulnya memang kurang pas. Bagaimanapun, dia adalah pesepak bola terbaik dunia dan sudah punya koleksi banyak sekali trofi di kabinetnya. Namun, di antara trofi-trofi tadi tak satu pun dia raih bersama Tim Nasional Argentina. Inilah sumber rasa sakit bagi Messi.
Kata orang, Messi dikutuk. Mereka bisa jadi benar, bisa juga asal bicara. Yang jelas, Messi punya beban berat untuk memutus dahaga prestasi Argentina. Terakhir kali Albiceleste mampu menjadi juara adalah pada 1993, ketika Messi masih bocah, di ajang Copa America. Setelahnya, Argentina selalu menelan pil pahit.
Kutukan untuk Messi itu bermula sejak dia masih remaja. Karena tubuhnya terlalu kecil, dia harus menjalani terapi hormon di Spanyol. Terapi hormon itu dia jalani sebagai siswa La Masia, akademi milik Barcelona. Dua hal itu, pada akhirnya, mampu menjadikannya pesepak bola terhebat sejagat.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat yang bersamaan, keharusan Messi untuk hijrah sejak masih remaja itu membuatnya kehilangan akar di Argentina sana. Tak seperti Carlos Tevez yang begitu dicintai rakyat Argentina karena lahir dan besar di sana, Messi dianggap sebagai orang asing di negeri sendiri.
Messi pun menjadi seperti tentara bayaran. Dia tidak dicintai karena dirinya sendiri, melainkan karena kemampuan fantastisnya. Maka, ketika terus-menerus gagal membawa Argentina jadi juara, Messi pun menjadi figur yang dibenci. Dia dianggap tak berguna. Talentanya dilihat sebagai sesuatu yang sia-sia.
Usia Messi kini tak lagi muda. Kemarin, Senin (24/6/2019), dia berulang tahun yang ke-32. Di usia sekian, seorang pesepak bola sudah memasuki senjakala kariernya. Sebagai catatan, Zinedine Zidane dulu pensiun di usia 34 tahun. Messi tentu saja bisa bertahan lebih lama daripada itu tetapi tak menutup kemungkinan pula dia bakal berhenti dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
Bicara soal kemampuan, Messi tak ada duanya. Namun, kegagalan demi kegagalan bersama Argentina tentu membuatnya merana. Oleh karenanya, kumparanBOLA pun berinisiatif untuk mempersembahkan pelipur lara. Kami punya beberapa ide hadiah ulang tahun bagi Messi untuk mengurangi beban di pundaknya.
1) KTP Baru
Di sini kita tidak berbicara soal pergantian dari KTP biasa menjadi E-KTP. Di sini kita berbicara soal memberi Messi identitas yang sama sekali baru. Jika menjadi seorang Argentina sedemikian sukarnya, tak ada salahnya Messi berpindah kewarganegaraan.
Karena tumbuh besar di Spanyol, Messi sebenarnya sudah memiliki KTP negara tersebut. Namun, Messi sebenarnya tidak cuma bisa memegang kewarganegaraan Spanyol. Dia adalah keturunan imigran Italia dan itu artinya Messi berhak untuk jadi warga negara di sana.
ADVERTISEMENT
Bagi Messi, sangatlah menguntungkan untuk membuat identitas baru sebagai warga negara Italia. Saat ini Timnas Italia sedang menjalani masa regenerasi—proses yang tak kunjung terlaksana di Timnas Argentina—menjanjikan di bawah asuhan Roberto Mancini.
Mancini kala mendampingi Italia di laga uji tanding melawan Amerika Serikat. Foto: AFP/John Thys
Timnas Italia yang sekarang tak lagi memainkan sepak bola defensif seperti dulu dan Messi bakal mendapat peran sentral di sistem permainan Mancini. Selain itu, dia juga cocok untuk menjadi pembimbing bagi pemain-pemain berbakat Italia macam Federico Chiesa atau Moise Bioty Kean.
Menjadi warga negara Italia adalah sebuah opsi yang tidak bisa tidak dipikirkan oleh Messi. Akan tetapi, untuk melakukan itu, dia harus memalsukan dulu kematiannya dan mengarang origin story yang tepercaya agar tak dicurigai FIFA.
2) Mesin Waktu
ADVERTISEMENT
Ini adalah opsi kedua. Memberi mesin waktu kepada Messi adalah sebuah cara untuk memastikan kebahagiaan.
Lewat alat ini, Messi bisa kembali ke masa lampau untuk membatalkan keputusannya membela Argentina. Menjatuhkan pilihan kepada Spanyol sesungguhnya merupakan langkah bijak bagi Messi untuk berburu gelar di level internasional.
Ketika Spanyol merajai Eropa dan dunia antara 2008 dan 2012, ada banyak rekan-rekan Messi di Barcelona yang jadi bagian penting Timnas. Kita sudah tidak perlu lagi memperdebatkan bagaimana hebatnya Barcelona pada era tersebut. Alangkah indahnya bagi Messi jika dia mampu merasakan gelar juara bersama kawan-kawan yang dia cintai.
Timnas Spanyol, adikuasa terakhir sepak bola. Foto: AP Photo/Bernat Armangue
Messi bisa berpesta bersama Carles Puyol, Gerard Pique, Cesc Fabregas, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Pedro Rodriguez jika memilih Spanyol sebagai negara yang dibelanya. Sekarang, Messi harus merasakan akibat memilih Argentina dengan bermain bersama petani-petani macam Franco Armani, Juan Musso, atau Milton Casco.
ADVERTISEMENT
So?
3) Neymar
Oke, Messi memang sudah merasakan banyak gelar juara di Barcelona, tetapi dalam beberapa tahun terakhir mereka selalu gagal mendapatkan gelar Liga Champions. Dalam dua musim terakhir Barcelona bahkan selalu tersingkir secara menyakitkan. Padahal, membawa Si Kuping Besar kembali ke Camp Nou adalah misi utama Messi sejak ditunjuk menjadi kapten Barcelona.
Terakhir kali Barcelona mampu menjuarai Liga Champions adalah ketika memiliki Trio MSN di lini depan. Messi, bersama Neymar dan Luis Suarez, mampu mengacak-acak pertahanan Juventus di final 2015 untuk meraih gelar Liga Champions kelima.
Maka, memulangkan Neymar kembali ke Messi adalah sebuah langkah yang tidak ada salahnya dicoba. Neymar, tentu saja, merupakan pemain yang lebih baik ketimbang Ousmane Dembele atau Malcom. Kans Messi menjuarai Liga Champions lagi niscaya akan lebih besar.
ADVERTISEMENT
4) Kos-kosan di Sekitar UGM
Ini adalah opsi hadiah terakhir. Ketika semuanya sudah tak bisa lagi membuat Messi bahagia, tak ada pilihan lain baginya untuk gantung sepatu dan menikmati hidup di Yogyakarta.
Penyambutan Mahasiswa Baru UGM. Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Mengapa Yogyakarta? Ya, karena kota itu ukurannya pas. Tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil. Tidak terlalu tergesa, tidak juga terlalu santai. Ini adalah tempat yang cocok untuk pensiunan muda seperti Messi.
Nah, untuk menjaga agar duit di rekening Messi tidak kunjung habis, ada baiknya dia mempertimbangkan bisnis kos-kosan eksklusif di sekitar UGM. Mengapa UGM dan bukan UNY, UMY, atau UAD? Karena mahasiswa-mahasiswa UGM biasanya lebih tajir. Penghuni kos eksklusif pun biasanya mahasiswa dari kampus pelat merah itu.
ADVERTISEMENT
Dengan membuka usaha kos-kosan, Messi tak perlu khawatir uangnya habis karena mahasiswa akan datang setiap tahunnya. Belum lagi kalau ada mahasiswa yang tidak lulus-lulus. Aliran uang dijamin lancar.
Dengan demikian, setiap pagi Messi bisa menikmati jajan pasar dan soto panas yang jadi menu sarapan andalan warga Yogya tanpa dilanda rasa khawatir. Selain itu dia juga bisa mulai memelihara burung hias karena apalah artinya jadi kaya di tanah Jawa tanpa burung peliharaan untuk klangenan.
***
Nah, itulah empat opsi hadiah ulang tahun yang cocok untuk situasi Messi saat ini. Ingat, Messi sudah tidak muda. Akan ada banyak momen now or never yang bakal dia jalani dalam waktu dekat ini. Dengan pertaruhan yang begitu besar, hadiah-hadiah ini bisa memberinya jaminan untuk hidup yang lebih bahagia.
ADVERTISEMENT