Sudah Juara pada 2015 dan 2016, Kini Cile Bidik Copa America 2019

2 Juli 2019 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Cile memenangi adu penalti atas Kolombia di perempat final Copa America. Foto: Henry Romero/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Cile memenangi adu penalti atas Kolombia di perempat final Copa America. Foto: Henry Romero/Reuters
ADVERTISEMENT
Copa America 2019 telah mencapai babak semifinal, dan semua mata kini tertuju pada pertandingan Timnas Brasil versus Timnas Argentina di Estadio Mineirao, Rabu (3/7/2019) pagi WIB. Tak salah, mengingat kedua tim telah total menjuarai Copa America sebanyak 22 trofi dan memiliki sejarah rivalitas panjang pula.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam sunyi, Timnas Cile berani bermimpi untuk kembali menjuarai turnamen antarnegara Amerika Latin yang pertama kali digelar pada 1916 ini . Seperti yang terjadi di Copa America edisi 2015 dan edisi special centenary, yang hadir pada 2016 silam.
Kiprah Cile sejauh ini dapat dikatakan menyakinkan. Kekalahan 0-1 dari Timnas Uruguay pada laga terakhir Grup C merupakan hasil terburuk tim berjuluk La Roja itu sepanjang Copa America kali ini. Perlu diingat pula, di laga tersebut, Cile melakukan rotasi besar-besaran karena sudah pasti lolos bersama Uruguay ke babak perempat final.
Setelah sukses menaklukkan Timnas Kolombia 5-4 dalam babak adu penalti (skor 0-0 di babak normal), Cile kini menatap pertandingan semifinal melawan Timnas Peru, Kamis (4/7/2019) pagi WIB. Menariknya, untuk bisa melangkah sejauh ini, Cile masih bergantung pada sejumlah nama-nama lama seperti Alexis Sanchez dan Arturo Vidal.
ADVERTISEMENT
Alexis Sanchez merayakan gol Timnas Cile ke gawang Jepang. Foto: Ueslei Marcelino/Reuters
Nah, inilah menariknya: Baik Sanchez dan Vidal sama-sama menjalani musim 2018/19 dengan kurang mengesankan. Sanchez hanya mencetak 1 gol dan 3 assist untuk Manchester United -- sangat tidak sepadan dengan gajinya yang mahal. Sementara, Vidal kesulitan untuk tampil reguler bersama Barcelona.
Namun, lain ladang lain belalang. Bersama Cile, keran gol Sanchez begitu moncer. Tercatat eks pemain Udinese ini telah mencetak 2 gol dan 1 assist dalam empat pertandingan. Sementara, kehadiran Vidal di lini tengah begitu vital untuk Cile -- terutama dalam urusan defensif.
Lantas, apa musabab di balik moncernya dua pemain ini? Menurut Reinaldo Rueda, jawabannya sederhana: Cinta.
"Di negara, seorang pemain bakal mendapatkan kasih sayang yang lebih. Sehingga, pemain pun tak ingin untuk tak terlibat. Bahkan, ketika sang pemain baru saja menjalani musim yang bermasalah dengan klub, mereka tetap datang ke kami dengan komitmen penuh dan berusaha membangun grup yang kuat," ucap pelatih Cile itu, dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Inilah sebab di balik pemain seperti (Philippe) Coutinho, James (Rodriguez), dan Alexis (Sanchez), hingga Arturo (Vidal), terlihat tak cukup oke bersama klub mereka. Tetapi, di level internasional, mereka bisa merasa seperti diri mereka kembali," imbuh Rueda.
Vidal kala bersama Timnas Cile. Foto: Striner/Reuters
Nama terakhir yang disebut Rueda menyebut Cile memiliki mimpi besar di turnamen ini. "Kami, para pemain senior, ingin menitipkan sebuah warisan kepada para pemain muda. Yakni, status kampiun Copa America tiga kali beruntun. Makanya kami ingin memberikan yang terbaik saat melawan Peru nanti," ucap Vidal.
Sampai saat ini, hanya Argentina yang pernah merasakan menjadi juara Copa America tiga kali secara beruntun (1945-1947). Menarik ditunggu apakah mimpi Vidal dan Cile dapat menjadi kenyataan di Copa America edisi Brasil 2019.
ADVERTISEMENT