Tak Ada Kata Terlambat untuk Joaquin

4 September 2018 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joaquin, kebanggaan Real Betis.  (Foto: CRISTINA QUICLER / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Joaquin, kebanggaan Real Betis. (Foto: CRISTINA QUICLER / AFP)
ADVERTISEMENT
Hanya satu sentuhan yang dibutuhkan Joaquin Sanchez Rodríguez untuk memberikan kemenangan berarti untuk seluruh publik Stadion Benito Villamarin. Sundulan kepalanya di menit 80, lima menit setelah dia menginjak lapangan, menggoyak jala Sevilla yang dijaga Tomas Vaclik.
ADVERTISEMENT
Joaquin kemudian berlari ke tepi lapangan, euforianya terhampar hampir ke semua sudut stadion. Jersi yang ditanggalkannya menyibakkan kulit-kulit yang mulai mengeriput. Tapi tidak untuk semangatnya, determinasi yang menuntun Real Betis memenangi Seville Derby untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir.
Joaquin adalah Betis, pun begitu sebaliknya. Dia bergabung dengan Los Verdiblancos saat masih remaja dan melakoni debut seniornya di usia 19 tahun. Padahal, saat itu Betis masih terdampar di Segunda Division.
Namun, dari sanalah pendar Joaquin mulai tampak. Apalagi dia berhasil membawa Betis promosi ke La Liga semusim berselang. Posisinya nyaris tak tergantikan, liukannya dari sisi tepi rutin menghiasi sayap-sayap Betis. Hingga akhirnya Copa del Rey musim 2004/2005 jadi trofi pertamanya, juga titel satu-satunya yang dipersembahkannya untuk Betis hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Ya, Betis bukanlah tim mewah. Setidaknya, bukan wadah ideal untuk memburu gelar. Bahkan eksistensi mereka dibandingkan Sevilla, sebagai sesama klub asal Andalusia, juga cukup senjang. Alih-alih meraih titel begengsi, untuk bertahan di level teratas Spanyol pun Betis ngos-ngosan.
Dan Joaquin, seperti manusia lainnya, sulit untuk menampik godaan dari kesebelasan yang lebih besar. Secara mengejutkan, dia mengumumkan keinginannya untuk angkat kaki dari Stadion Benito Villamarín. Padahal, sebulan sebelumnya Jose Leon selaku presiden klub mengatakan bahwa Joaquin masih ingin menunjukkan kesetiaannya.
Romansa keduanya pun retak, Betis yang murka sempat berencana menghukum Joaquin dengan meminjamkannya ke Albacete Balompie. Namun, keputusan Joaquin sudah bulat, di sisi lain Valencia juga menyodorkan tawaran mengguirkan, 25 juta euro. Jumlah yang membuatnya menjadi pemain termahal 'Kelelawar Mestalla' saat itu.
ADVERTISEMENT
Bersama Valencia, Joaquin mendapatkan apa yang tak diraihnya dengan Betis: konsistensi mentas di Liga Champions. Kendati demikian, ujung-ujungnya tak berbeda jauh dengan sebelumnya. Hanya titel Copa del Rey yang digamitnya saat berseragam Valencia.
Di musim 2011/2012, Joaquin melanjutkan petulangannya ke Malaga. Kala itu La Rosaleda tengah naik daun setelah diakusisi oleh pegusaha asal Qatar, Abdullah Al Thani. Namun, kiprah Joaquin tak lama di sana. Dua musim bersama Malaga, dirinya memilih melancong ke Italia untuk begabung bersama Fiorentina.
Memulai karier di negeri orang dengan usia yang sudah menginjak 32 tahun adalah keputusan yang absurd. Meski Vincenzo Montella tergolong rutin memainkannya. Selama dua musim di Serie A, hanya 4 gol dan 5 assist yang dibukukannya.
ADVERTISEMENT
Menukil kata-kata dari penyair asal Amerika Serikat, Oliver Wendell Holmes, sulit untuk betul-betul melepaskan sesuatu yang kita sebut rumah. "Kekasih yang kita cintai adalah rumah, meski kaki telah melangkah, hati kita akan tetap tertinggal."
Seberapa jauh Joaquin pergi, akhirnya dia tetap kembali ke rumahnya, Betis. Tepatnya di edisi 2015/2016, seiring kembalinya mereka ke La Liga.
Bersama Betis, Joaquin kembali menemukan performa terbaiknya. Total 5 assist dibukukannya di musim perdananya. Kontribusinya makin menjadi di periode selanjutnya dengan torehan 3 gol serta 4 assist.
Dan musim 2017/2018 jadi puncaknya setelah menyumbangkan 4 gol dan 7 assist di pentas liga. Hebatnya lagi, Joaquin mengemas menit bermain sebanyak 2.478. Torehan spesial untuk ukuran pemain berusia 36 tahun. Usaha yang berbuah manis karena Betis finis di peringkat keenam. Sekaligus menjadi hasil terbaik sejak 2004/2005, musim terahir Joaquin sebelum hijrah ke Valencia.
ADVERTISEMENT
Sebelum mencetak gol tunggal kemenangan ke gawang Sevilla, Joaquin sendiri sebenarnya dirundung keraguan lantaran terjangkit cedera. Hal itu yang jadi alasan Quique Setien menepikannya dalam dua laga awal La Liga.
Terlebih, usianya juga tak lagi muda. Fisiknya lebih rentan ketimbang Sergio Canales atau Aissa Mandi yang dinamis. Namun, soal pengalaman melakoni Seville Derby, Joaquin tak tertandingi. Joaquin sudah merobek jala Sevilla 16 tahun lalu, saat usia kiper Betis, Pau Lopez, belum genap 10 tahun.
"Ketika saya melihat mereka menyanyikan nama saya, kasih sayang yang mereka berikan pada saya, saya tahu saya bisa meninggalkan sepakbola sebagai pria yang bahagia, ” ungkap Joaquin seperti dilansir Guardian.
ADVERTISEMENT
Kini, Joaquin melanjutkan apa yang sempat ditinggalkannya. Pulang ke rumah dan menabur kebahagiaan, kembali mencetak gol di usia yang menginjak 37 tahun 43 hari. Karena tak ada kata terlambat untuk pulang ke rumah.