Tim Satelit: Mereka yang Haram Bersanding dengan Tim Utama

10 Juni 2019 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persib di ajang ISC A 2016 lalu. Foto: PT GTS/ISC A
zoom-in-whitePerbesar
Persib di ajang ISC A 2016 lalu. Foto: PT GTS/ISC A
ADVERTISEMENT
Persib Bandung membuat suatu gebrakan di sepak bola Indonesia. Juara Indonesia Super League musim 2014 itu dikabarkan telah mengakuisisi tim Liga 2, Blitar United.
ADVERTISEMENT
Melalui surat bernomor bernomor 1815/UDN/401/VI-2019 tertanggal 3 Juni 2019 yang diterima PSSI, Persib secara resmi memiliki dua klub. Keabsahan itu semakin kuat dengan pernyataan yang keluar dari mulut pelatih Persib, Robert Rene Albert.
"Bandung B bisa dikatakan adalah tim kedua Persib. Saya kira adanya tim ini jadi berguna juga untuk mengembangkan talenta pemain muda yang ada di Persib. Saya berpikir kalau langkah manajemen untuk memiliki dua klub juga baik," ujar Rene Alberts.
Well, berhasilnya Persib mengakuisisi Blitar United membuat mereka kini memiliki tim satelit. 'Maung Bandung' pun mencatatkan sejarah dengan memiliki tim satelit pertama di Indonesia.
Lantas apa itu tim satelit? Biasanya, tim satelit banyak terdapat di olahraga balap. Seperti Scuderia Toro Rosso yang didukung oleh Red Bull Racing atau Haas F1 Team yang dimiliki oleh Ferrari.
ADVERTISEMENT
Tim satelit sendiri merupakan tim yang terkait dengan tim induk atau tim yang memiliki dana lebih baik. Hubungan tim-tim itu meliputi kepemilikan, dukungan teknis, atau pembagian staf.
Di Sepak bola, tim satelit tak ubahnya seperti tim cadangan. Tim satelit juga tidak bisa naik ke kompetisi yang ditempati oleh tim utamanya. Akan tetapi, tim satelit berbeda dengan feeder club atau affiliated club yang banyak terjadi di sepak bola dunia.
Feeder club ini lebih kepada tim yang berada di divisi lebih bawah yang merupakan tempat latihan atau berkembangnya pemain-pemain muda. Chelsea misalnya, klub asal Premier League itu memiliki feeder club dari Belanda yakni Vittese Arnhem. Lucas Piazon merupakan pemain Chelsea yang pernah dipinjamkan ke klub Eredivisie itu.
ADVERTISEMENT
Di sepak bola Asia sendiri, tim satelit populer di sepak bola Malaysia. Dua tim tersohor Malaysia yakni Johor Darul Ta'zim (JDT) dan Terengganu FA memiliki tim satelit yang berlaga di Malaysia Premier League alias kompetisi level dua Malaysia.
JDT sendiri memiliki satelit bernama JDT II. Pada 2013, JDT II mulai tampil sebagai tim satelit dari JDT. Hal ini dikarenakan Tunku Ismail Ibrahim mengambil semua tim yang berada di Kota Johor.
Prestasi JDT II pun sangat baik di kompetisi Malaysia Premier League. Sejak musim 2015 lalu, JDT II selalu masuk lima besar kompetisi yang diikuti oleh 12 peserta.
Sementara, untuk ajang FA Cup, JDT II memiliki prestasi paling bagus yakni menembus perempat final pada 2015. Di tahun ini, JDT II juga berprestasi apik dengan menempati posisi dua Malaysia Premier League.
ADVERTISEMENT
JDT II mengemas poin yang sama dengan pimpinan klasemen Universiti Teknologi MARA FC (UiTM) dengan 26 angka. JDT II meraih tujuh kemenangan dan lima kali imbang dari 14 laga yang sudah dijalani.
Adapun Terengganu FC II, baru menjadi satelit tim dari Terengganu FC pada 2017 lalu. Terengganu FC II merupakan hasil kolaborasi dari Terengganu FA dan T-Team pada 21 November lalu. Keputusan merger ini sempat menjadi kontroversi di kubu T-Team lantaran klub dan pemain sudah berjuang sekuat tenaga untuk menyelamatkan T-Team di Liga Super Malaysia.
Kala itu, T-Team berada di posisi kesembilan dengan 22 angka. Hanya unggul satu angka dari Kelantan yang berada di zona degradasi. Pemain dan staf di T-Team merasa dikhianati kala itu. Rahmad Darmawan yang kala itu meramu taktik dari T-Team memilih mundur dan tak lagi ikut melatih di klub asal Malaysia itu.
ADVERTISEMENT
Prestasi dari Terengganu II di Malaysia Premier League malah mengkhawatirkan. Baru pertama kali berkompetisi, Terengganu II malah duduk di posisi 11. Terengganu II hanya mengumpulkan 11 angka dari 20 laga yang dijalani.
Di musim 2019, Terengganu II memiliki prestasi yang lebih baik. Saat ini, mereka duduk di posisi keempat klasemen sementara dengan 23 angka.
Langkah yang dilakukan Malaysia sejatinya merupakan upaya mengadopsi kebijakan tim-tim Eropa. Real Madrid menjadi salah satu tim yang memiliki klub satelit. Tim satelit Madrid yang berada di Segunda Division diberi nama Castilla.
Seperti peraturan yang ada, Castilla tak akan pernah bisa naik ke Primera Division karena Real Madrid berada di sana. Kendati begitu, Castilla masih bisa tampil di Copa del Rey dan ajang-ajang lainnya.
ADVERTISEMENT
Mariano Diaz mampu mengemban tanggung jawab sebagai pencetak gol Madrid di laga melawan Villarreal. Foto: REUTERS/Juan Medina
Malah, Real Madrid dan Castilla pernah bertemu di final Copa del Rey musim 1979/80. Saat itu, Madrid menang dengan skor telak 6-1. Berkat hasil itu, sebagai runner-up, Castilla berhak lolos ke Piala Winners (yang ketika itu mengusung fase gugur) dan bersua dengan West Ham United. Sayangnya, mereka kalah dengan agregat 6-4.
***
Well, tim satelit memang bukan barang asing di kancah sepak bola. Akan tetapi, bila Persib secara resmi menjadikan Blitar United sebagai tim satelitnya, maka ini akan semakin menambah warna di sepak bola Indonesia.
Meski demikian, hingga saat ini PT Liga Indonesia Baru (LIB) belum merilis regulasi serta manual liga yang mengatur mengenai tim satelit. Apakah regulasi yang diterapkan bakal serupa dengan Eropa? Menarik dinantikan.
ADVERTISEMENT