Tur Pramusim sebagai Taman Impian untuk Para Pemain Muda

11 Juli 2017 17:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jordan Pickford mencuat di pramusim 2016/17. (Foto: Reuters/Craig Brough)
zoom-in-whitePerbesar
Jordan Pickford mencuat di pramusim 2016/17. (Foto: Reuters/Craig Brough)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selalu ada dua sisi untuk segala sesuatunya. Orang boleh saja mengatakan bahwa tur pramusim adalah jalan pintas untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kocek para penggemar dan energi para pemain. Akan tetapi, ada sisi lain yang sebenarnya sama sekali tidak buruk.
ADVERTISEMENT
Di sini kita bicara soal pemain muda. Sebagai anggota skuat yang belum penting-penting amat, para pemain ini pada akhirnya lebih kerap "dikorbankan" untuk turun berlaga di laga-laga pramusim. Sedangkan, para seniornya hanya bermain di waktu-waktu tertentu saja.
Manchester United, misalnya, pada tur pramusim ke Amerika Serikat kali ini membawa serta 27 pemain. Meski masih didominasi nama-nama yang sudah biasa bermain di tim utama, ada enam alumni akademi yang diberi kesempatan unjuk gigi oleh Jose Mourinho. Keenam nama tersebut adalah Joel Pereira, Timothy Fosu-Mensah, Axel Tuanzebe, Demetri Mitchell, Scott McTominay, dan Andreas Pereira.
Perlu dicatat sebelumnya bahwa nama-nama tersebut bukannya sama sekali tidak berpengalaman di tim utama. Fosu-Mensah, misalnya, sudah memperkuat tim utama United sejak era Louis van Gaal. Kemudian, ada pula nama Andreas Pereira yang pada musim lalu tampil reguler bersama Granada di La Liga. Sedangkan, nama-nama lainnya diberi Mourinho kesempatan tampil di pengujung musim lalu.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pramusim 2017/18 inilah kesempatan terbesar bagi mereka untuk unjuk gigi. Apalagi, ada beberapa nama di tim utama United yang sudah tak lagi meyakinkan seperti Phil Jones, Chris Smalling, dan Ashley Young. Jika anak-anak muda itu mampu meyakinkan Mourinho, tidak ada alasan bagi sang gaffer untuk terus mempertahankan para pemain utama yang menurun itu.
Kita ambil contoh lagi musim lalu. Para penggemar Premier League pasti sudah cukup familiar dengan nama Jordan Pickford, Reece Oxford, Demarai Gray, Matthew Pennington, dan Rob Holding. Satu persamaan di antara mereka adalah bahwa nama-nama tersebut mencuat di ajang pramusim 2016/17.
Dari kelima nama tersebut, nama Pickford dan Holding tentu yang paling sering terdengar di kuping. Pickford menjadi kiper termahal Inggris, sedangkan Holding menjadi salah satu alasan di balik keberhasilan Arsenal memperbaiki performa di akhir-akhir musim.
ADVERTISEMENT
Jika masih belum teryakinkan, pernahkah Anda mendengar nama Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro? Kalau belum, sebaiknya Anda tutup laman ini dan cari bacaan yang lebih sesuai dengan selera Anda.
Ronaldo datang ke MU karena pramusim. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo datang ke MU karena pramusim. (Foto: Wikimedia Commons)
Oke, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro adalah seorang... ah, sudahlah. Saya yakin Anda pasti tahu siapa dia.
Walau akhirnya menjadi satu dari dua pesepak bola terbaik dunia bersama Real Madrid, bukan rahasia lagi jika Ronaldo besar di Manchester United. Nah, kisah kedatangan Ronaldo ke United itu tidak bisa dilepaskan dari performa menawannya di ajang pramusim 2002/03 silam.
Ketika itu, Ronaldo sanggup membuat barisan belakang United kalang kabut dengan aksi-aksinya. Konon, para pemain senior United sampai meyakinkan Alex Ferguson untuk segera mencomot sang pemain muda dari Sporting CP dan sisanya adalah sejarah.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, tak selamanya ajang pramusim ini menjanjikan hal-hal seperti yang akhirnya didapat Pickford, Holding, atau Ronaldo. Sebagai contoh, salah satu pemain muda paling bersinar di kubu Juventus pada pramusim 2016/17, Grigoris Kastanos, hingga kini belum sanggup mencuri kepercayaan pelatih Massimiliano Allegri.
Pemain muda Juventus, Grigoris Kastanos. (Foto: Instagram/Grigoris Kastanos)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain muda Juventus, Grigoris Kastanos. (Foto: Instagram/Grigoris Kastanos)
Kastanos memang baru berusia 19 tahun dan masih punya banyak kesempatan untuk membuktikan diri. Akan tetapi, di Pescara, tempatnya dipinjamkan musim lalu, pun dia hanya mampu bermain sebanyak enam kali. Artinya, memang tidak ada jaminan apa-apa dari hal-hal yang kita saksikan di pramusim.
Ada pula nama Federico Dimarco, mantan bek Internazionale yang kini telah dilepas ke klub Swiss, Sion. Kisah Dimarco ini bahkan lebih ngenes lagi dibanding narasi milik Kastanos.
ADVERTISEMENT
Lahir dan besar di Milan, Dimarco adalah produk akademi Inter yang hebat itu. Well, hebat dalam arti mereka seringkali menjuarai turnamen-turnamen usia muda seperti NextGen Series dan semacamnya. Nah, setelah melakoni debut tahun 2014 lalu, pemain yang kini berusia 19 tahun itu selalu disertakan dalam pramusim Inter.
Pada International Champions Cup 2016 lalu, Dimarco dipercaya tampil sebagai bek kiri utama Inter. Celakanya, ketika melawan Bayern Muenchen, Dimarco muda harus menghadapi penggiring bola terbaik se-Benua Biru, Douglas Costa.
Dimarco saat berkostum Empoli. (Foto: Instagram/Federico Dimarco)
zoom-in-whitePerbesar
Dimarco saat berkostum Empoli. (Foto: Instagram/Federico Dimarco)
Dimarco pun babak belur dan Inter akhirnya kalah 1-4. Ketika musim sudah benar-benar dimulai, Dimarco kemudian diasingkan ke Empoli, di mana dia hanya bermain 12 kali dan kini, pemuda yang juga piawai mengeksekusi sepakan bebas itu bahkan tak lagi berstatus pemain Inter.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, ajang pramusim ini memang tak ubahnya taman impian bagi para pemain muda ini. Berjalan-jalan ke negeri orang seraya menjadi selebritas dadakan dan semacamnya. Belum lagi kans menghadapi klub-klub raksasa lain.
Akan tetapi, satu hal yang kerap dilupakan orang adalah bahwa ada dunia nyata yang menanti para pemuda itu sekembalinya di rumah. Tak ada pelangi atau kuda sembrani di sana, melainkan kerja keras yang seperti tak berujung.
Celakanya, di dunia nyata inilah kinerja mereka baru benar-benar dihitung. Tampil bagus di pramusim tetapi angin-anginan di markas latihan, ya, silakan terima konsekuensinya. Kira-kira begitu.