Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Zdenek Zeman: Si Revolusioner itu Kembali
21 Februari 2017 20:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Pescara gagal menunjukkan penampilan memuaskan pada gelaran Serie A musim 2016/17. Dalam 25 pertandingan yang sudah dijalani, Pescara meraih 17 kekalahan dan duduk di posisi paling buncit dalam klasemen sementara Serie A.
ADVERTISEMENT
Keputusan pun diambil oleh manajemen tim berjuluk Delfini ini. Tiga hari setelah memecat Massimo Oddo, manajemen resmi mengangkat sosok baru yang memiliki pengalaman panjang menjadi pelatih di Italia, Zdenek Zeman.
Pemilihan Zeman sebagai pelatih Pescara memang cukup beralasan. Selain memiliki pengalaman melatih di klub Italia selama 37 tahun, Zeman juga paham rasanya mendidik pemain muda. Dari klub yang dia latih, beberapa nama pemain muda ikutan moncer, seperti Jose Chamot, Alessandro Nesta, dan Francesco Totti.
Perjalanan karier kepelatihan Zeman sebenarnya cukup menarik. Sejak masih muda, dia memang tertarik untuk menjadi juru taktik sebuah tim ketimbang tampil di depan layar sebagai pemain. Pada usia 27 tahun, dia bahkan telah tercatat menangani kesebelasan, kendati baru di level junior.
ADVERTISEMENT
Kariernya terus melanjak setelah itu. Kendati belum pernah mendapatkan gelar juara Serie A, namun Zeman tercatat telah memiliki dua gelar juara Serie B dan satu gelar C2. Paling bagus, Zeman tercatat pernah menjadi pelatih Lazio, AS Roma, dan Napoli.
Melihat perjalanan kariernya, hal paling fenomenal yang pernah dicatatkan oleh Zeman adalah ketika dia menjadi pembesut Foggia pada 1989-1990. Musim tersebut berjalan begitu indah bagi Zeman karena dia membawa Foggia naik ke dua kelas sekaligus, Serie C dan Serie B hanya dalam dua musim.
Prestasi tersebut jelas mengangkat nama Zeman dan Foggia tentunya. Zeman bahkan mememproklamirkan era tersebut dengan “Zemanlandia”. Keberhasilan “Zemanlandia” ditutup dengan membawa Foggia melaju hingga babak kualifikasi Piala UEFA.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan Zeman tidak dapat dipisahkan dari formasi dan taktiknya yang begitu menarik. Di saat klub Italia lainnya menggunakan formasi 3 bek, Zeman dengan gayanya yang beringas berani melakukan revolusi dengan memasang empat bek, yang seringnya dia kombinasikan dalam formasi 4-3-3.
Sistem ini ia tunjang dengan kemampuan bergerak pemainnya. Dia meminta pemainnya untuk sesegera mungkin mendapatkan bola sesaat setelah bola dikuasi oleh lawan. Tidak heran, dibandingkan pola pressing yang diterapkan oleh Marcelo Bielsa , pola Zeman terlihat lebih rapi dan wajib ditunjang oleh insting bermain setiap pemainnya.
Pria kelahiran Praha ini menjelaskan bahwa taktik ini dipilih karena dia bukanlah sosok yang penyabar. “Saya tidak menyukai permainan berbasis penguasaan bola karena itu memberikan lawan waktu untuk melakukan transisi bertahan dan menutup ruang kosong,” katanya seperti dilansir oleh Backpage Football.
ADVERTISEMENT
“Saya lebih menyukai pemain yang memindahkan bola ke depan secepat mungkin saat mendapatkan bola. Saya lebih suka melihat pemain bekerja keras dengan terus berlari, memainkan permainan dengan intensitas tinggi, dan melakukan pressing dalam kondisi apapun untuk mengeksploitasi kelemahan lawan.”
Zeman menjelaskan, dalam formasinya tiga orang penyerang memiliki kewajiban untuk berada di dalam kotak penalti ketika tim sedang menyerang. “Dua atau gelandang bertugas untuk menutup ruang kosong di luar kotak penalti. Dengan hal tersebut kami memiliki peluang mencetak gol yang tinggi karena memiliki lebih banyak orang di sekitar kotak penalti.”
Dalam suatu kondisi ketika tim asuhannya kalah, Zeman bahkan pernah terlihat menaruh delapan pemainnya di garis tengah lapangan. Sementara dua lainnya dia tempatkan sejajar untuk mengirim umpan jauh.
ADVERTISEMENT
Zeman ibarat sosok revolusioner yang sikapnya kerap mengundang tanda tanya. Dia dikenal sebagai sosok yang sesekali melemparkan isu panas hingga sikap tak wajar di dalam lapangan.
Salah satu kutipan menariknya adalah soal tim yang sering menelan kekalahan dalam sepak bola. Menurutnya tim yang kalah tidak melulu buruk. “Kadang-kadang tim yang kalah jauh lebih berpikir ketimbang tim yang memenangkan pertandingan. Oleh karena itu, saya lebih suka berpikir dan melakukan hal yang berbeda dalam sepak bola.”
Tak hanya itu, dia juga memberikan komentar soal komersialisasi sepak bola. ”Dalam pikiran saya, dulu, sepak bola semakin populer bukan karena perusaahan farmasi dan pajak, tetapi juga karena keberadaan orang-orang yang memainkannya. Tetapi, sekarang sepak bola sudah tidak lagi seperti itu. Sekarang sepak bola lebih industrialis dan bahkan kehilangan esensinya sebagai sebuah permainan.”
ADVERTISEMENT
Selamat datang kembali, tuan Zeman.