Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak datang pada 2001 silam sebagai pemain, Zidane seperti sudah ditakdirkan untuk selalu mengukir sejarah bersama Real Madrid. Untuk memboyong pria kelahiran 23 Juni 1972 ini dari Juventus , Madrid harus memecahkan rekor transfer senilai 77,5 juta euro.
Sebagai pemain, Zidane berhasil berkontribusi untuk enam trofi yang diraih Madrid dalam kurun waktu 2001 s/d 2006. Di antara itu semua, yang paling bergengsi tentu saja adalah gelar Liga Champions 2001/02.
Pada partai final Liga Champions 2001/02 itu, Madrid bermain menghadapi tim kuda hitam Bayer Leverkusen di Hampden Park. Zidane tidak ketinggalan mencatatkan sejarah di situ lewat golnya pada menit ke-45. Ketika itu, skor sama kuat 1-1. Raul Gonzalez mencetak gol lebih dulu pada menit ke-8. Lima menit berselang, Lucio menaklukkan Cesar Sanchez untuk menyamakan kedudukan.
ADVERTISEMENT
Saat laga babak pertama sudah di masa pengujung, Roberto Carlos mengirimkan sebuah umpan yang terkesan asal-asalan dari sayap kiri. Namun, Zidane bukan pemain biasa. Seperti Yesus yang mampu mengubah air menjadi anggur, Zidane mengubah keputusasaan dalam bola kiriman Carlos itu menjadi sebuah mahakarya.
Sekitar setengah meter sebelum bola menyentuh tanah, Zidane menghajar bola itu kuat-kuat dengan tempurung kaki kirinya. Bola pun kemudian meluncur deras ke sisi kanan atas gawang tanpa bisa diselamatkan Butt yang terlambat sepersekian detik.
Gol! Leverkusen 1, Real Madrid 2. Real Madrid menjadi juara Liga Champions untuk kali kesembilan.
Pada 2006, Zidane akhirnya gantung sepatu. Laga terakhirnya sebagai pemain memang tidak dia lakoni sebagai pemain Madrid, melainkan pemain Tim Nasional Prancis . Akan tetapi, di laga terakhirnya bersama Madrid, sambutan hangat tetap diberikan publik Santiago Bernabeu yang begitu bersyukur bisa memiliki pemain sekelas dirinya.
ADVERTISEMENT
Selepas pensiun sebagai pemain, Zidane tidak pernah jauh-jauh dari sepak bola. Pada 2009 lalu, Zidane sebetulnya sempat kembali ke Real Madrid sebagai konsultan. Oleh Presiden Florentino Perez, dia diharapkan bisa menjadi pengambil keputusan kunci di Real Madrid bersama Jorge Valdano dan Miguel Pardeza. Dua tahun berselang, dia diangkat menjadi direktur olahraga.
Ketika Carlo Ancelotti datang pada 2013, Zidane akhirnya terjun ke dunia manajerial. Suami Veronique ini beralih jabatan dari direktur olahraga menjadi asisten Don Carlo. Kerja sama dua orang ini menghasilkan La Decima bagi Real Madrid yang diraih pada musim 2013/14.
Ancelotti sendiri bertahan sampai musim 2014/15 di Real Madrid, tetapi pada musim itu dia tak lagi didampingi oleh Zidane di sisinya. Pada musim tersebut, Zidane ditunjuk untuk membesut tim lapis dua Real Madrid yang dikenal sebagai Castilla. Di sinilah dia berkenalan dengan sejumlah pemain muda seperti Borja Mayoral yang kini jadi anggota tim utama.
ADVERTISEMENT
Setelah satu setengah tahun melatih Castilla, Zidane diberi kesempatan untuk menangani tim utama Real Madrid, tepatnya pada Januari 2016. Pemecatan yang dialami Rafael Benitez jadi pemicunya. Benitez dianggap tidak becus dalam menangani ego pemain dan Zidane diharapkan mampu melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Benitez.
Harapan itu menjadi kenyataan. Hanya setengah musim melatih Real Madrid, gelar Liga Champions langsung didapat. Una decima kata mereka. Gelar kesebelas.
Una decima itu ternyata merupakan awal dari sebuah masa yang begitu indah. Bahkan, boleh dibilang masa kepemimpinan Zidane sebagai pelatih ini hampir sama hebatnya dengan era kepelatihan Miguel Munoz di era 1950-an dulu.
Dua setengah musim melatih Real Madrid, Zidane berhasil mempersembahkan tiga trofi Liga Champions. Selain itu, satu gelar La Liga, satu Piala Super Spanyol, dua Piala Super Eropa, dan dua Piala Dunia Antarklub pun menyusul.
ADVERTISEMENT
Trofi Liga Champions termutakhir Zidane diraih pada Minggu (27/5/2018) lalu di Stadion Olimpiade Nasional Kiev. Menghadapi Liverpool, Real Madrid menang 3-1 . Zidane pun menjad pelatih pertama yang menjuarai tiga Liga Champions secara beruntun.
Akan tetapi, kejutan kemudian datang pada Kamis (31/5) petang WIB. Lewat konferensi pers mendadak yang dihelat di kamp latihan Madrid di Valdebebas, Zidane menyatakan mundur dari jabatannya sebagai pelatih. Alasannya, dia merasa bahwa Real Madrid butuh perubahan . Zidane tidak mau memimpin tim yang bakal terjebak dalam stagnansi dalam beberapa waktu ke depan. Padahal, pria asal Marseille ini masih punya kontrak sampai 2020.
Keputusan Zidane itu pun disambut Perez dengan raut muka muram. Ya, habis mau bagaimana? Ketika pelatih terbaik yang pernah dimiliki memutuskan untuk mundur, wajar jika Perez pusing bukan kepalang. Pekerjaan rumah menggantikan Zidane pun wajib dilakukan secepatnya kalau Perez ingin masa kejayaan Madrid, khususnya di Eropa, bertahan.
ADVERTISEMENT
Yang jadi masalah, siapa pun yang menggantikan Zidane nanti punya beban luar biasa berat. Bayangkan, siapa yang sanggup menggantikan pelatih yang membawa tim jadi juara Eropa tiga kali?
Namun, itu urusan nanti. Sekarang, mari kita bersama-sama mengucap selamat tinggal pada salah satu era terbaik dalam sepak bola ini. Adieu, Zizou!