3 Tips Mengonsumsi Makanan Kalengan agar Lebih Sehat

18 Oktober 2019 9:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Makanan kaleng biasanya dipilih karena praktis dan mudah mengolahnya. Bagi kamu yang sibuk, makanan ini bisa jadi alternatif favorit untuk mengisi perut yang lapar. Ada kornet, sarden, tuna, hingga sayur, dan buah, semua dikemas dengan kaleng.
ADVERTISEMENT
Rupanya, tidak semua makanan kaleng punya perlakuan yang sama, lho. Ini diungkapkan juga oleh Chef Deden Gumilar, Executive Chef dari Riva Grill Bar & Terrace yang kumparan temui, Kamis (17/10).
"Hati-hati beli makanan jangan karena diskonnya saja terus tergiur. Sementara orang paling pertama kalau beli makanan hanya melihat tanggal kedaluwarsa saja. Bagaimana kalau ada penyok atau karatan? Tentu ini menunjukkan, bahwa makanan tersebut sudah berubah dari bentuk, suhu, dan rasa, maka saya sarankan sebaiknya tak dikonsumsi," ujar Chef berusia 50 tahun itu.
Bukan hanya itu, lebih lanjut chef Deden menjabarkan soal beberapa hal yang penting diperhatikan ketika mengonsumsi makanan kaleng. Apa saja? Berikut tipsnya dari chef yang sudah melanglang buana selama 24 tahun di dapur perhotelan tersebut.
ADVERTISEMENT
1. Tanggal kedaluwarsa
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
Memang tanggal kedaluwarsa adalah hal yang utama diperhatikan ketika membeli makanan. Tanggal tersebut bertujuan sebagai pengingat sampai kapan makanan tersebut bisa awet. Sehingga makanan kaleng tersebut masih bisa aman untuk kita konsumsi.
"Jadi, kaleng yang digunakan telah di-treatment sedemikian rupa, sehingga bisa menyimpan makanan dalam waktu tertentu. Dengan syarat tentunya; tidak berubah bentuk, suhu, dan tidak dibolak-balik. Ada juga peringatan agar tidak boleh diinjak, atau dimiringkan. Consider dengan apa yang ada di dalamnya," terang chef Deden.
2. Kondisi kemasan
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
Berlanjut ke tips kedua, chef Deden menjelaskan, meski sudah di packaging, masih ada bakteri dalam makanan yang turut tumbuh meski sudah kedap dari oksigen. Bakteri pun jenisnya macam-macam; ada yang tumbuh memerlukan oksigen (aerob) dan adapula yang tidak (anaerob). Anaerob bakterial inilah yang disebut bakteri jahat, bahkan mematikan jika ia tumbuh dengan pesat.
ADVERTISEMENT
Makanya, chef Deden menyarankan, ketika makanan kaleng kondisi packaging-nya sudah rusak; penyok atau karatan sebaiknya jangan dikonsumsi lagi. Karena bisa jadi, jumlah bakteri yang tumbuh semakin banyak.
Sekalipun makanan tersebut telah tertutup rapat, namun ketika membukanya bakteri bisa dengan cepat mengkontaminasi makanan lewat udara yang masuk.
"Makanya, saat membeli barang yang begini kita harus wise. Kalau makanan divacum, juga kalau ada lubang satu sentimeter saja jangan dibeli. Meskipun plastiknya pakai seal, tetap bakteri sudah masuk ketika sudah dibuka," tambahnya.
3. Proses memasak
Ilustrasi makanan kaleng Foto: dok.shutterstock
Tips terakhir yakni perhatikan juga proses memasaknya. Rupanya, tidak semua jenis makanan kaleng dimasak dengan cara yang sama, lho. Agar tak bingung, chef Deden menyarankan untuk mengikuti anjuran yang biasanya sudah tertera di kemasan makanan kaleng.
ADVERTISEMENT
"Proseslah sesuai dengan aturan baku memasak, itu tergantung direction-nya. Biasanya tertera di kemasannya, ada yang cuma dimasak di microwave, ada yang dimasak sekian menit, dan lain-lain. Misalnya kornet, biasanya saya masak sampai matang, setidaknya di atas suhu 74 derajat celcius, supaya bakteri benar hilang. Karena, bakteri tumbuh dan semakin berkembang cepat di suhu 57-21 derajat celcius," tutupnya.