Apa Perbedaan Pemanis Sukrosa, Glukosa, dan Fruktosa?

22 Agustus 2019 9:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kopi dan gula Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kopi dan gula Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kamu mungkin tak asing dengan sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Ya, ketiganya kerap ditemukan pada deretan bahan (komposisi) makanan kemasan. Ketiganya juga berperan sebagai pemanis makanan sehingga rasanya lebih menggugah selera.
ADVERTISEMENT
Karena sering ditemukan dalam makanan kemasan, pernahkah kamu bertanya, apakah pemanis ini baik untuk kesehatan? Apalagi jika dikonsumsi terlalu sering. Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, mari simak ulasan mengenai perbedaan sukrosa, glukosa, dan fruktosa berikut ini.
Sukrosa
Ilustrasi gula Foto: Pixabay
Dari ketiganya mungkin sukrosa paling asing untukmu. Sebenarnya, sukrosa adalah nama ilmiah dari gula meja (pasir) yang sering kita konsumsi. Pada dasarnya, sukrosa terdiri dari dua molekul; yakni glukosa dan fruktosa. Dalam penyerapannya, sukrosa dipecah oleh tubuh menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa disimpan jadi energi (glikogen), sementara fruktosa jadi lemak.
Sukrosa alami bisa ditemukan dalam banyak jenis buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Namun pemanis ini juga kerap ditambahkan pada makanan kemasan; seperti permen, es krim, sereal, makanan kaleng, soda, dan minuman manis lainnya.
ADVERTISEMENT
Sukrosa dalam makanan kemasan biasanya menggunakan manis dari tebu atau bit. Rasanya tak terlalu manis dari fruktosa, namun lebih manis dari glukosa.
Glukosa
Ilustrasi Singkong Foto: Luis Echeverri Urrea/Shutterstock
Jika sukrosa terdiri dari dua molekul, maka glukosa hanya punya satu sehingga lebih sederhana. Glukosa menjadi pondasi utama karbohidrat yang sering ditemukan pada; jagung, kentang, gandum, dan singkong.
Pada makanan kemasan biasanya glukosa sudah diekstrak menjadi tepung jagung. Selain itu, ada juga yang dibuat menjadi sirup. Sayangnya menurut data US Department of Agriculture, sirup glukosa tidak mengandung vitamin dan mineral sehingga manfaat kesehatannya lebih sedikit dibandingkan glukosa alami.
Bahkan mengonsumsi terlalu banyak sirup glukosa dapat berakibat; kegemukan, naiknya gula darah, kesehatan gigi memburuk, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung. Jadi, sebaiknya pastikan bahwa glukosa yang terserap tubuhmu adalah yang alami.
ADVERTISEMENT
Fruktosa
Ilustrasi perkebunan tebu Foto: JamesDeMers/Pixabay
Pemanis yang terakhir ini sering ditemukan dalam buah, madu, dan sebagian dari sayuran akar. Fruktosa juga hanya memiliki satu molekul, namun rasanya lebih manis dari glukosa. Bahkan dari ketiganya, fruktosa punya rasa paling manis.
Beberapa yang juga termasuk sumber alami fruktosa adalah tebu, bit, dan jagung. Maka tak heran, jika kamu juga akan menemukan fruktosa berupa sirup jagung. Pemanis ini kini cukup sering dipakai pada makanan atau minuman kemasan.
Tapi, kamu perlu berhati-hati terhadap lonjakan gula darah jika terlalu sering mengonsumsi fruktosa. Menurut beberapa penelitian, kelebihan fruktosa dapat mengakibatkan resistensi insulin, diabetes tipe 2, obesitas, penyakit hati berlemak dan sindrom metabolik. Bahkan mengutip jurnal PubMed tahun 2015, fruktosa diklaim sebagai pemanis yang paling berbahaya.
ADVERTISEMENT