Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Dinobatkan sebagai makanan terenak ke-14 versi CNN pada tahun 2017 silam membuat kelezatan sate semakin terkenal di muka pecinta kuliner dan masyarakat di dunia. Memadukan potongan daging sapi atau kambing yang lembut dan bumbu rempah gurih, tak heran hidangan sate selalu laris diburu sebagai menu santapan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari cita rasanya, sate juga memiliki garis sejarah yang cukup panjang. Berawal dari suatu ketidaksengajaan, sate kini menjelma menjadi primadona dari menu olahan daging. Dilansir dari berbagai sumber, asal mula terciptanya sate dicetuskan oleh santri Sunan Gresik bernama Satah.
Pada suatu hari, ia memotong daging kecil-kecil kemudian agar mudah dibakar, Satah pun menusukkan seluruh daging potongannya ke sebilah batang bambu. Setelah dagingnya matang, Satah membagikannya pada masyarakat sekitar, dan tak disangka masyarakat sangat menyukai hidangan yang dibuatnya. Kendati demikian, sayangnya masih sedikit literatur yang membahas tentang hal tersebut.
Informasi lain menuturkan sate muncul sekitar abad ke-19. Pada saat itu, hidangan daging bakar tersebut mulai populer di sekitaran Pulau Jawa. Konon, masuknya sate ke dalam menu santapan zaman dulu tak terlepas dari pengaruh kebab, yakni kuliner khas Timur Tengah yang dibawa oleh pedagang Muslim Tamil dan Gujarat saat berdagang ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut pakar kuliner, Arie Parikesit, sejarah versi Tamil merupakan asal mula sejarah sate yang paling mendekati kenyataan.
“Yang alurnya lebih mendekati dari fakta zaman dahulu kala adalah versi Tamil. Orang Indonesia dulu memasak dengan berbagai cara, salah satunya adalah memanggang. Setelah munculnya pendatang luar ke Tanah Air, termasuk Tamil maka terjadilah pertukaran budaya, termasuk kuliner,” jelas Arie saat dihubungi kumparanFOOD, Jumat, (24/8).
Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menyimpulkan bahwa kata 'sate' diduga berasal dari 'catai', yang berarti daging dalam Bahasa Tamil. Seiring berjalannya waktu, kelezatan sate pun mulai menyebar ke seluruh pelosok nusantara.
Selain itu, hadirnya budaya kuliner bangsa luar juga menciptakan asimiliasi. Hidangan sate khas Tamil dan Gujarat biasa disajikan dengan tusukan besi panjang, namun di Indonesia besi tersebut diubah menjadi tusukan yang terbuat dari bambu.
ADVERTISEMENT
“Biasanya mereka memanggang daging dengan tusukan besi. Sementara di Indonesia karena lebih banyak bambu jadi dimanfaatkan. Dan cita rasanya pun disesuaikan dengan rasa lokal,” tambahnya.
Tak hanya sajian daging bakar sederhana, sate pun terus berkembang hingga menghasilkan jenis dan cita rasa baru yang menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Mulai dari sate rembiga, sate Padang, sate klatak, dan sate Madura. Selain di Indonesia, sate juga menyebar ke wilayah lainnya, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Beberapa sumber lainnya menyatakan, kehadiran sate berasal dari istilah Hokkian, yakni 'sa tae bak', yang berarti tiga potong daging. Meski banyak yang meyakini hal ini, namun beberapa golongan tak mengikutinya di kehidupan nyata, setusuk sate daging selalu menyisipkan minimal empat potong daging.
ADVERTISEMENT