Kedai Kopi Melintasi Masa

23 Juni 2018 15:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Coffee shop modern (Foto: instagram/ @crematology)
zoom-in-whitePerbesar
Coffee shop modern (Foto: instagram/ @crematology)
ADVERTISEMENT
Dulu warung kopi, beberapa waktu lalu raksasa kopi modern Starbucks (kini masa keren waralaba kopi global asal AS itu redup dan Starbucks berencana menutup 150 gerainya), sekarang aneka kedai kopi kekinian dengan aneka istilah yang--buat orang awam--bikin pening: kedai kopi ‘biasa’, coffee shop, coffee house atau coffee roastery, coffee bar.
ADVERTISEMENT
Kedai kopi, dengan segala perubahan konsep gerai dan penyajiannya, adalah bisnis tak lekang zaman. Di antara pasang surutnya, kedai kopi selalu ada. Ia patah tumbuh hilang berganti. Kini bahkan meledak--menjamur dan tumbuh subur di mana-mana.
Merebaknya kedai kopi kekinian pun dianggap sebagai angin segar bagi industri kopi. Ia menawarkan modernitas tak sebatas pada fasilitas, tapi juga sajian kopi yang dikemas dan diolah menggunakan ragam metode, mulai espresso hingga manual brewing (teknik seduh) yang kini jadi tren. Sampai-sampai kursus seduh manual, baik untuk menjadi barista profesional maupun penyeduh rumahan, selalu membeludak peminatnya.
Menu kopi kekinian pun bermacam-macam. Untuk seduh manual, kita bisa memilih single origin atau blend. Untuk espresso, ada espresso murni dan espresso campuran. Espresso murni terdiri dari espresso (ekstrak biji kopi), ristretto, dan lungo. Sementara espresso campuran punya banyak turunan, mulai americano, cafe macchiato, cappucino, cafe latte, caffe affogato, sampai caffe mocha.
ADVERTISEMENT
Istilah-istilah tersebut lumayan memusingkan buat peminum kopi pemula, bukan? Sila klik kata-kata yang diberi tautan di atas untuk tahu masing-masing artinya. Atau kamu bisa lihat versi singkatnya di sini: Kamus Ringkas Istilah Kopi Kekinian.
Mengenal 10 Jenis Espresso (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal 10 Jenis Espresso (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Menjamurnya kedai kopi kekinian--apakah kedai kopi ‘biasa’, coffee shop atau coffee house--dianggap menjadi faktor utama dalam meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi kopi. Mereka yang semula mengikuti tren semata pun perlahan beralih menjadi penikmat kopi sungguhan.
Memang, awalnya adalah mencari suasana, di samping untuk menyesap kopi yang bisa mengusir kantuk dengan segera (hail, caffeine).
“Biasanya sih dateng ke coffee shop itu, selain nyari kopinya, emang nyari suasana. Nggak tau deh, suasana di coffee shop itu bikin produktif aja, jadi gampang dapet inspirasi,” ujar Farhan, pelanggan salah satu coffee shop di ibu kota kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Banyak juga pelanggan yang singgah ke kedai kopi untuk sekadar berkumpul atau duduk-duduk cantik nan eksis. Foto-foto anak muda kekinian sedang mengangkat cangkir kopi dengan gaya cool, atau menyesap kopi sambil duduk (sok) santai di pojok kedai, kerap wara-wiri di media sosial.
Kedai kopi kekinian jadi gaya hidup kaum urban--yang makin hype dengan banyaknya selebgram yang juga menggeluti dunia kopi, dan mengunggah seabrek foto terkait passion mereka itu di media sosial, sehingga menarik minat orang lain untuk ikut mencobanya.
Nongkrong di coffee shop. (Foto: Instagram @fillmorecoffeejkt)
zoom-in-whitePerbesar
Nongkrong di coffee shop. (Foto: Instagram @fillmorecoffeejkt)
Tak sedikit orang yang punya kedai kopi langganan, dan mengunjunginya secara teratur layaknya rutinitas meminum obat.
Imam, seorang barista di Bandung, bercerita memiliki pengunjung tetap yang setiap harinya selalu menyempatkan diri mampir ke kedai kopi tempatnya bekerja. Sambil menikmati kopi, ujar Imam, pelanggan setianya itu akan membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya yang belum rampung.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kreativitas akibat terpicu suasana nyaman di kedai kopi (karena produktivitas tak berhenti di kantor) jadi salah satu daya tarik coffee shop modern. Ia jadi ruang publik yang mampu mewadahi berbagai aktivitas, dan dengan demikian mematahkan anggapan, “Alah, minum kopi aja kok sampai beli mahal-mahal di coffee shop segala.”
Sebab pengunjung bukan cuma mencari kopi, tapi juga--sekali lagi: suasana.
Kopi adalah kultur, dan kedai kopi membentuk kultur baru dengan komunitas pencinta kopi sebagai penggeraknya. Alhasil, angka pertumbuhan industri kopi melonjak tinggi.
Peta Kopi Nusantara (Foto: Faisal Nu'man/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Peta Kopi Nusantara (Foto: Faisal Nu'man/kumparan )
Devvany Gumulya dan Ivana Stacia Helmi dalam jurnal mereka, Kajian Budaya Minum Kopi di Indonesia, menyebut bahwa acara minum kopi di Indonesia bersifat kasual, hangat, dan terbuka, tanpa menyimpan praduga terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, kopi bisa jadi sarana perekat--mendekatkan satu sama lain, pun misal mereka tak saling kenal sebelumnya.
Tak heran kopi terus memiliki penggemar dari zaman ke zaman.
=================
Mari singgah ke kedai kumparanFOOD untuk menikmati sajian kisah lengkap Candu Kopi ;)