Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah cukup terkenal dengan ragam makanan khas , pun dengan namanya yang unik. Di Purworejo misalnya sempat terkenal panganan bernama nyeleneh yakni es dawet jembut kecabut .
ADVERTISEMENT
Nyaris sama, di Semarang juga tersohor panganan tradisi yakni ketupat jembut. Ketupat ini aslinya bernama ketupat taoge dan hanya muncul sekali setahun, dalam tradisi Syawalan.
Tradisi Ketupat Jembut ini dapat dijumpai di beberapa titik, salah satunya di Kampung Jaten Cilik, Pedurungan Tengah, Kota Semarang.
Tradisi tersebut memang dilakukan orang dewasa dan diperuntukkan bagi anak-anak. Para dewasa menyiapkan ketupat untuk dibagikan kepada generasi yang lebih muda.
"Ketupat ini berisi taoge sambal kelapa. Tapi ada juga yang diisi uang receh. Makanya untuk rebutan anak-anak," kata salah satu tokoh masyarakat setempat, Munawir, Rabu (12/6).
Tradisi bagi-bagi ketupat ini, kata Munawir, sudah ada sejak tahun 1950-an. Bermula setelah warga asli Jaten Cilik pulang kampung pasca mengungsi akibat perang dunia kedua.
ADVERTISEMENT
"Sempat berhenti dua tahun, waktu dulu ramai-ramai ada PKI itu," tuturnya.
Perang dunia kedua saat itu mengharuskan warga itu hidup dalam kesederhanaan. Sehingga setelah melewati Ramadhan, warga Jaten Cilik yang kala itu masih ingin mengungkapkan rasa syukur, berinisiatif menggelar upacara syukuran sepekan setelah Idul Fitri. Dalam upacara yang disebut juga Syawalan ini, mereka membagikan ketupat taoge tanpa opor.
"Itu simbol kesederhanaan. Adanya cuma taoge, kelapa, dan lombok. Jadi isinya ya taoge sama sambal kelapa. Pesannya ya Lebaran Cilik (Syawalan) ini tidak harus dengan opor," jelasnya.