Kopi, Candu Masa Kini

23 Juni 2018 13:08 WIB
clock
Diperbarui 16 Oktober 2019 11:56 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nongkrong di coffee shop. (Foto: Instagram @fillmorecoffeejkt)
zoom-in-whitePerbesar
Nongkrong di coffee shop. (Foto: Instagram @fillmorecoffeejkt)
“Iced Latte satu ya, Mas.”
Doni memesan kopi favoritnya sambil mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan. Ia mencari kursi kosong yang paling dekat dengan colokan listrik.
Begitu menemukannya, Doni berjalan ke tempat itu, duduk santai, dan mengeluarkan laptop dari dalam tas yang semula ia panggul. Ia memasang headset, membuka laptop, dan memaku mata pada layar komputer jinjing itu.
Sampai satu jam kemudian, mata Doni tak lepas dari monitor, dan jari-jarinya beradu dengan keyboard, mengetik kata demi kata.
Tak berapa lama, pesanan Doni datang. Ia menyesap latte–kopi bercampur susu dengan lapisan busa tipis pada permukaannya–sambil mengecek ponsel, kalau-kalau ada email masuk dari klien atau atasannya.
Di meja belakang Doni, sekelompok anak muda asyik mengobrol. Sesekali mereka mengangkat ponsel dan berfoto selfie bersama dengan wajah gembira.
Doni dan anak-anak muda itu hanya sejumlah kecil dari banyak orang yang kini gemar menghabiskan waktu di kedai kopi. Mereka tak cuma datang untuk menikmati kopi, tapi juga sekadar nongkrong bahkan bekerja (jangan khawatir bakal ngantuk, sebab kafein dalam kopi akan membantumu sempurna terjaga)
Inilah salah satu gaya hidup urban masa kini. Bisnis kedai kopi tengah berjaya. Ia menjamur di mana-mana dan digandrungi banyak orang, terutama anak muda kekinian.
Mengenal 10 Jenis Espresso (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal 10 Jenis Espresso (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Coffee shop di Indonesia mengalami angka pertumbuhan pesat. Data Euromonitor pada 2016 menunjukkan, jumlah kedai kopi retail dan specialty coffee meningkat dua kali lipat sepanjang lima tahun terakhir, masing-masing sebanyak 1.025 dan 1.083 buah.
Sementara berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia tahun 2016, terlihat konsumsi kopi Indonesia juga melonjak selama enam tahun terakhir. Bila pada 2010 konsumsi kopi Indonesia ialah 80 gram per kapita, kini angka tersebut naik hampir 50 persen menjadi 1,15 kg per kapita per tahun.
Bahkan, data Euromonitor memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi kopi di Indonesia beberapa tahun terakhir berada di peringkat ketiga tertinggi di dunia, mencapai 682 ribu ton pada 2016.
Data-data tersebut menegaskan pamor kopi yang terus melambung di Indonesia. Tak bisa tidak, sebab kopi amat lekat dengan keseharian masyarakat. Misalnya, kalau dulu kopi lebih menyasar pasar orang tua, kini ia jadi milik semua kalangan dan segala usia.
Coba saja hitung ada berapa orang yang merasa aktivitas hariannya tak lengkap bila belum meminum kopi. Pasti banyak. Kamu juga, mungkin. Sadar atau tidak, dunia kini mencandu kopi–yang diolah makin beragam dan mutakhir.
Peta Kopi Nusantara (Foto: Faisal Nu'man/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Peta Kopi Nusantara (Foto: Faisal Nu'man/kumparan )
Kopi bukan komoditas baru di Indonesia. Ia budaya nusantara. Tersedia di dapur sebagian besar penduduk Indonesia. Apakah pagi hari sebelum berangkat kerja, atau sore dan malam hari sepulang dari bekerja, kopi bubuk akan diseduh, menguarkan harum khas ke udara.
Bedanya, kini ritual minum kopi naik ‘kelas’. Tak hanya dilakukan di rumah atau warung kopi lingkungan sekitar, tapi bahkan bisa di mana pun dan kapan pun dengan kemunculan kedai-kedai kopi modern. Di satu mal atau satu area saja, gerai kopi bisa lebih dari satu.
“Ini bukan sekadar tren, tapi sudah perubahan lifestyle. Saat meminum kopi, orang akan selalu mencari sesuatu yang lebih, baik rasa maupun kredibilitas sosial,” kata Arief Said, pakar kopi dan pemilik jasa berlangganan kopi Gordi Indonesia, kepada kumparan.
Ia melanjutkan, “Katakanlah dulu orang hanya minum kopi saset di rumah. Nah, seiring waktu, orang itu ingin naik level dan mulai mencicipi kopi di coffee shop.”
Kedai kopi jadi sarana bergaul dan berkumpul bersama kawan. Bahkan menyesap kopi seorang diri di kedai kopi tak mengurangi kenikmatan, karena fasilitas WiFi yang tersedia membuat pengunjung asyik berselancar di jagat maya, bahkan mengerjakan tugas kuliah dan kantoran.
“Biasanya dateng ke coffee shop itu, selain cari kopi, juga cari suasana. Suasana di coffee shop itu bikin produktif, jadi gampang dapet inspirasi,” ujar Farhan, pelanggan salah satu kedai kopi di ibu kota.
Kedai kopi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kedai kopi. (Foto: Thinkstock)
Bergesernya kebiasaan minum kopi dari kegemaran semata menjadi gaya hidup, terlihat dari perubahan kata ajakan untuk bertemu atau nongkrong yang kerap dilontarkan anak-anak muda atau sesama rekan kerja.
Kini, alih-alih berucap “yuk, ngumpul” atau “ketemuan, yuk”, pilihan kata “ngopi, yuk” jadi lebih populer digunakan. Seakan-akan, momen berkumpul bersama teman dan rekan tak terasa komplet tanpa suguhan kopi.
Pengaturan keuangan pun ikut berubah seiring kebutuhan akan kopi. Sebagian orang menyediakan anggaran tersendiri untuk ngopi.
Sebuah survei yang dilakukan Acorns–aplikasi untuk melacak pengeluaran–misalnya menunjukkan, mayoritas milenial menghabiskan uang mereka untuk membeli kopi ketimbang ditabung untuk dana cadangan di masa depan.
“Sebanyak 44 persen wanita milenial berusia 18 hingga 35 tahun menghabiskan lebih banyak uang untuk memperbaiki pagi mereka (dengan kopi) ketimbang menyisihkannya (untuk ditabung),” demikian hasil survei Acorns seperti dimuat di VICE, 17 Januari 2017.
Ilustrasi kopi. (Foto: Instagram @saysomethingcoffee)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kopi. (Foto: Instagram @saysomethingcoffee)
Tingginya produktivitas dan padatnya aktivitas masa kini juga berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi kopi di masyarakat. Sebab kandungan kafein dalam kopi yang mampu menjaga konsentrasi, kerap dimanfaatkan untuk mendongkrak performa kerja dan bertahan dari serangan kantuk.
Penelitian Endang Wiji Lestari yang dituangkan dalam tesisnya membuktikan hal tersebut. Dalam risetnya, terlihat bahwa responden yang memiliki aktivitas tinggi cenderung mengonsumsi kopi lebih banyak, yakni 2-3 kali sehari.
Terang, kopi telah jadi candu masa kini. Kamu juga mencandunya, bukan?
=================
Mari singgah ke kedai kumparanFOOD untuk menikmati sajian kisah lengkap Candu Kopi ;)