Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Makna Filosofis di Balik Rasa Rendang hingga Sate Padang
20 September 2018 14:54 WIB
Diperbarui 24 April 2019 15:37 WIB
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak suka dengan masakan Padang ? Masakan yang berasal dari kawasan Minangkabau, Sumatera Barat, ini bukan hanya dikenal di daerahnya namun, di wilayah Indonesia lain dan bahkan hingga ke luar negeri. Cita rasa masakannya yang kaya akan rempah membuat siapapun yang menyantapnya jadi ketagihan. Apalagi, masakan ini bisa dinikmati kapan pun dan di mana pun.
ADVERTISEMENT
Dalam penyajiannya, masakan Padang memiliki cara khas yakni dihidangkan dalam satu piring dengan aneka lauk pilihan mulai dari lauk utama, sayuran, sambal hingga siraman kuah yang melimpah. Ragam aneka lauk terebut berasal dari daerah yang berbeda-beda pula sehingga dirasa wajar jika cita rasa masakan Padang sangat kaya. Sebut saja rendang, dendeng batokok, gulai, pangek padeh dan masih banyak lagi.
Bukan hanya itu, menurut pakar kuliner Arie Parikesit yang dihubungi kumparanFOOD Selasa (18/9) menjelaskan, jika masakan Padang lebih tepat disebut dengan masakan Minangkabau. Ini dikarenakan, masakan tersebut dibuat oleh suku Minangkabau. Selain itu, setiap sajian pada masakan Minangkabau juga memiliki filosofis tersendiri, berikut ulasannya.
Rendang
Bukan hanya sekadar sajian makanan tradisional saja, menurut Arie, rendang merupakan makanan dengan nilai filosofi tertinggi. Di balik rasanya yang menggugah selera, rupanya rendang berasal dari beragam budaya yang menjadikannya kaya makna. Bagi masyarakat Minangkabau, rendang merupakan makanan terhormat yang melambangkan musyawarah dan mufakat.
ADVERTISEMENT
Filosofi mengenai rendang juga tersimpan dalam bahan masakannya. Misalnya saja, dagiang atau daging sapi melambangkan 'niniak mamak' atau pemimpin suatu suku. Dalam membuat rendang, juga membutuhkan santan yang berasal dari kelapa atau 'cadiak pandai' yang berarti kaum intelektual. Sementara, lado atau cabai merupakan lambang 'Alim Ulama' yang tegas dalam mengajarkan agama. Dan, untuk penggunaan bumbu lainnya melambangkan keragaman masyarakat Minangkabau.
Sate Padang
Sate Padang merupakan masakan khas Minangkabau yang juga memiliki banyak penggemar. Sama halnya dengan lauk nasi Padang yang lain, sate ini berasal dari berbagai daerah. Bahkan perbedaannya bisa dilihat dan dirasa langsung ketika menyantapnya. Tiga daerah asal Sate Padang berada di pusat kota Padang sendiri, Padang Panjang dan Padang Pariaman.
ADVERTISEMENT
Ketiga daerah tersebut khas dengan sajian satenya yang dapat dibedakan dari warna kuahnya. Mengutip laman Indonesia Kaya, sate Padang Panjang memiliki kuah kekuningan dikarenakan penggunaan bumbu kunyit yang lebih banyak. Sedangkan, Sate Padang Pariaman kuahnya agak kemerahan karena penggunaan cabai yang lebih banyak. Untuk sajian Sate Padang kota merupakan percampuran budaya dari keduanya, sehingga kuahnya cenderung kecokelatan.
Bahan utama dari Sate Padang adalah potongan daging dan lidah sapi. Hanya saja, terkadang Sate Padang juga dibuat menggunakan jeroan sapi sebagai variasi sajian. Ciri khas lain dari Sate Padang yakni cita rasa kuat dari rempah-rempah yang digunakan. Bukan tanpa alasan, ragam jenis kuah Sate Padang ini bermakna kekayaan kuliner Minangkabau dan kelihaian masyarakat Minangkabau dalam meracik bumbu pada setiap sajiannya.
ADVERTISEMENT
Gulai
Kekayaan rasa dari masakan Padang lainnya yang patut telusuri adalah gulai. Berkuah kental nan gurih, banyak bahan masakan yang cocok jika dihidangkan dengan cara digulai. "Gulai melambangkan keanekaragaman Suku Minangkabau yang sangat menghormati alam." lanjut Arie.
Seperti pepatah 'di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung,' masyarakat Minangkabau dikenal gemar memanfaatkan hasil kekayaan alam. Misalnya, pada bahan masakan gulai yang digunakan sesuai dengan musimnya, sehingga rasanya sangat mudah diterima oleh lidah. Sajian gulai yang ramah rasa bagi masyarakat Tanah Air pun banyak ragamnya seperti Gulai Cubadak (nangka muda), Gulai Rabuang (rebung), hingga gulai lobak Singgalang yang biasa disantap bersama ketupat.
Bukan hanya masakan di atas saja, masyarakat Padang juga masih memiliki warisan kuliner lain yang patut dilestarikan. Terutama kekayaan rasa pada masakan Padang yang menjadi makna kuat di balik nikmatnya kuliner khas Minangkabau. Lamak bana!
ADVERTISEMENT