Sedapnya Sate Kere di Pasar Beringharjo, Yogya

11 Agustus 2019 13:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu Dasinah, Penjual sate kere di Pasar Beringharjo, Yogya. Foto: Toshiko/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Dasinah, Penjual sate kere di Pasar Beringharjo, Yogya. Foto: Toshiko/kumparan
ADVERTISEMENT
Belum lengkap rasanya bila mampir ke Yogya, tanpa kulineran di Pasar Beringharjo. Pasar ini punya banyak sekali makanan enak hingga jajanan unik yang buka sejak belasan bahkan puluhan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja Ibu Dasinah (60) yang sudah jualan satu gajih dan kikil selama kurang lebih 30 tahun. Menemukannya tidak sulit, kepulan asap di ujung jalan jadi tandanya. Kamu bisa juga tanya ke salah satu pedagang pecel di muka Pasar Berhingharjo.
Kikil dan gajih diberi bumbu bawang putih, merah, dan gula jawa. Dibakarnya dengan arang sehingga cita rasanya makin unik.
Sate Kere di Pasar Beringharjo, Yogya. Foto: Toshiko/kumparan
Gajihnya terasa kenyal, sementara kikilnya sangat mudah digigit. Bumbu dominan manis pun meresap ke dalam; tercampur dengan aroma smokey dari arang. Sedap sekali!
Bagi yang enggak suka gajih atau kikil, Ibu Dasinah juga jualan sate daging sapi. Semua harga dipukul rata, Rp 10 ribu untuk tiga tusuk.
Ia juga menyediakan beberapa pendamping untuk makan sate unik dari Solo ini. Ada ketupat yang ukurannya kecil, ada pula talas. Agak unik karena di meja sate terdapat buah kecil berwarna hijau.
ADVERTISEMENT
Sate Kere di Pasar Beringharjo, Yogya. Foto: Toshiko/kumparan
“Itu buah ciplukan. Sedang ada, jadi saya jual. Manfaatnya banyak buat kesehatan. Bisa buat gula (diabetes) atau kolesterol,” katanya sambil memanggang sate.
Sate gajih dan kikil ini biasa disebut sebagai sate ‘kere’. Konon, istilah kere datang dari kalangan bawah yang tak mampu beli setusuk sate daging.
Kala itu, sate daging menjadi salah satu makanan mewah yang hanya bisa dinikmati golongan menengah ke atas. Sementara itu, istilah ‘kere’ mengacu pada kalangan bawah. Kalangan ‘kere’ ini tak mampu membeli sate.
Mereka akhirnya membuat bentuk lain dari sate. Bahannya dari jeroan. Ada pula yang dibuat dari tempe gambus —tempe dari ampas kedelai.
“Sate kere juga jadi bukti kalau orang Indonesia pintar mengolah limbah makanan. Dari ampas kedelai, jeroan, bisa jadi sate,” jelas Prof. Dr. Ir. Murdijati-Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, kini sate kere bisa dinikmati siapa saja. Bahkan, sate kere jadi kuliner khas yang harus kamu coba bila sedang berada di sekitar Yogya dan Solo.