Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tahukah Kamu, Beda Daerah Beda Juga Rasa Kecapnya
20 Oktober 2018 11:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Meski sama-sama hitam dan manis, tapi sebenarnya rasa kecap dari berbagai daerah di Indonesia tidak sama lho. Itu makanya sering kali kita mendapati semur daging di suatu daerah begitu khas, sehingga rasanya beda dengan semur daging dari daerah lain.
ADVERTISEMENT
Ya, jika kamu mencoba makan sate ayam yang dibeli di warung sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke tempat kerja atau tempat kuliah, pasti rasanya beda-beda. Tidak ada yang benar-benar sama.
Simak yuk, berbagai perbedaan kecap daerah di Indonesia.
1. Racikan bumbu yang beda
Sebagai seorang food developer, Diah Didi, sering berkreasi di dapur. Nah, baginya, kecap juga menjadi salah satu bumbu yang wajib ada.
"Saya sudah mencoba kecap berbagai daerah, yang menonjol adalah racikan bumbunya. Kalau kecap modern cenderung manis aja, kalau kecap dari berbagai daerah ini unik. Masing-masing punya ciri khas rasa dan aroma yang berbeda-beda," tutur Didi, panggilan akrabnya, kepada kumparanFOOD.
Didi yakin setiap perusahaan kecap lokal punya rahasia khusus dalam meracik bumbu rempahnya. Didi berpendapat kecap daerah sangat unik dan kaya cita rasa.
ADVERTISEMENT
"Kecap tradisional minimal difermentasi satu bulan atau bisa berbulan-bulan. Kalau kecap tradisional menggunakan gula aren atau gula merah tradisional, bukan gula tebu buatan yang dikaramel," sambung Didi.
Misalnya saja, Ketjap Masak Ikan Lele asal Pati yang enggan mengungkap rahasia dapur pembuatan kecapnya yang dimulai sejak 1954. Yang pasti, kecap yang dirintis oleh Go Tjwan Hok ini menggunakan campuran gula kelapa.
"Rasanya manis agak asin. Beda misalnya dengan kecap di Kudus, kecapnya seperti juroh (kuah dari gula merah)," jelas Budi Santoso, pengelola Ketjap Masak Ikan Lele.
2. Beda kecap, beda pula jodoh masakannya
Chef Alifatqul Maulana yang juga pengajar di Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti menegaskan rasa kecap di masing-masing daerah berbeda. Menurutnya ada kecap yang pas bila digunakan untuk memasak makanan tertentu. Chef Alif, panggilan akrabnya, mencontohkan di Bekasi ada Kecap Kental dengan gambar entok di labelnya yang cocok banget untuk memasak semur. Kecap ini sering disebut sebagai Kecap Entok.
ADVERTISEMENT
"Kalau masak semur khas Betawi dengan kecap ini, semurnya jadi lebih medok (pekat dan kental karena banyak bumbunya)," jelas Chef Alif.
Diah Didi menimpali ada kecap lokal Semarang, Mirama, yang khusus untuk tumisan atau nasi goreng dan mi goreng. Alhasil hampir semua pedagang nasi goreng atau mi goreng pakai kecap tersebut.
"Tapi jika untuk masak seperti semur, kurang cocok, lebih cocok kecap cap Lele, karena bumbu rempahnya lebih terasa kalau kecap Lele. Kalau kecap Mirama cenderung ke warna masakan jadi lebih gelap dan bagus," terang Didi.
3. Beda kecap, beda juga budayanya
Dalam sebotol kecap, ada budaya yang mengalir. Nggak heran, menurut Chef Alif, dari kecap-kecap lokal Nusantara, kita sangat bisa mempelajari budaya suatu daerah. Bagi produsen kecap sendiri, sepertinya menjadi kebanggaan tersendiri bila bisa bertahan di usianya yang cukup tua. Bahkan banyak kecap lokal yang mengklaim produknya sebagai yang nomor satu.
ADVERTISEMENT
Ketjap Masak Ikan Lele produksi Pati misalnya, menuliskan di kemasan sebagai kecap masak nomor satu. Nggak hanya Ketjap Masak Ikan Lele, bila kamu membeli kecap Benteng di Museum Benteng Heritage Tangerang, maka di kemasannya akan didapati tulisan bahwa Ketjap Benteng selalu nomor satu. Seolah memang tidak ada kecap nomor dua, nomor tiga dan seterusnya.
Bicara kecap lokal berarti bicara juga tentang budaya turun-temurun. Budi Santoso bilang, Ketjap Masak Ikan Lele merupakan usaha keluarga yang diturunkan ke beberapa generasi. Cara pembuatan kecap ini sudah ada pakemnya dan dijaga kerahasiaannya demi cita rasa khas yang dipelihara.
Sementara itu Chef Alif menuturkan, rasa kecap masing-masing daerah berbeda karena menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Jika kecap itu tumbuh di daerah dengan budaya China yang kuat seperti di kawasan Benteng, Tangerang, maka akan menyesuaikan dengan kebiasaan memasak warga sekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Seperti Kecap SH cocok untuk bakaran, karena dulu di sana banyak yang bikin babi bakar," terang Chef Alif.
Kecap membuat aneka masakan di Indonesia punya keunikan dan sentuhan rasa yang berbeda-beda. Bisa jadi karena beda jenis bumbunya, atau karena beda jenis kecap yang digunakan. Kalau kamu, apa makanan berkecap yang paling disukai?
Simak selengkapnya konten spesial kumparan dalam topik Sejuta Rasa Kecap .