Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tertampar Pedasnya Sambal Tempong Khas Banyuwangi
4 September 2018 11:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Kota Malang tak hanya identik dengan sajian baksonya, namun juga makanan bercita rasa pedas yang menggoda. Ya, saat berkunjung ke kota wisata berhawa sejuk ini, kamu akan dihadapkan dengan berbagai pilihan kuliner yang memberikan sensasi lidah terbakar.
ADVERTISEMENT
Maklum saja, masyarakat Malang memang menggandrungi makanan pedas, apapun itu jenisnya. Salah satu makanan pedas yang telah cukup melegenda di kota Malang adalah Sambal Tempong. Sejatinya, Sambal Tempong merupakan makanan khas Banyuwangi, namun diboyong ke kota Malang dan malah digemari oleh masyarakatnya.
Tempong sendiri memiliki arti ‘tampar’. Sehingga, saking pedasnya, saat lidah kita bertemu dengan sambal ulek tersebut, seakan-akan kita merasa seperti sedang ditampar. Kepedasannya itu sudah melegenda, apalagi kuliner tersebut memang sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu.
Untuk menikmati sambalnya yang khas, kita bisa memadukan dengan aneka lauk pauk, mulai dari udang goreng, tahu isi, ikan wader, ayam, hingga ikan pari. Saat bertandang ke kios Sambal Tempong yang ada di area Pucuk Coolinary Festival Malang , kumparanFOOD pun mencoba merasakan sensasi tertampar dari sajian Sambal Tempong.
Kami memesan beberapa lauk yang terdiri dari udang goreng, ikan wader, serta ayam potong. Sepiring nasi hangat dengan lauk pauk (dan tak lupa, sambal tentunya) dihargai Rp 40 ribu. Tak begitu mahal, mengingat porsi nasinya cukup banyak, dan lauk yang disajikan pun cukup melimpah.
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali menyentuh lidah, sensasi pedas tak terlalu terasa, dan justru dominan dengan rasa tomat. Namun, lama kelamaan, rasa pedas tersebut mulai meningkat dan membuat kami berkeringat. Ya, ‘tamparan’ dari Sambal Tempong tersebut dirasakan perlahan, yang semakin meningkatkan efek kepedasan.
Salah satu pegawainya mengungkapkan, jenis cabai yang digunakan adalah jenis cabai rawit merah biasa, bukan cabai setan. Pantas saja, lidah tak langsung terbakar begitu sambal disantap.
Sedangkan, untuk udang dan ikan wadernya digoreng hingga kering dan renyah. Bercita rasa gurih, keduanya menyatu dengan sempurna saat dilahap bersama cocolan sambal.
Dan, untuk ayamnya, meski merupakan jenis ayam potong, namun dagingnya terasa empuk dan lembut. Dikombinasikan bersama nasi ‘pera’ yang teksturnya sedikit kering, perpaduan seluruh elemen dalam seporsi penyetan Sambal Tempong tak cuma melenyapkan rasa lapar, tapi juga berhasil memberikan sensasi nan nikmat pada lidah.
ADVERTISEMENT
Tertarik merasakan sensasi ‘tertampar’ dari kuliner pedas kota Malang ini?