Arbani Yasiz Bangga Jadi Salah Satu Dubber Film Animasi Asli Indonesia
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurutnya, menekuni dunia akting dan dubbing sama-sama mempunyai gairah yang asyik. Namun, harus diakui bahwa berakting memang lebih melelahkan dibandingkan dengan dubbing.
"Akting 'kan, semua bermain. Tapi, semua asyik, jadi gue mengenal apa itu dunia dubber. Bangga juga karena jadi salah satu dubber film kartun original Indonesia pula," ungkapnya usai konferensi pers film 'Kiko In The Deep Sea' di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, belum lama ini.
Pria berusia 24 tahun tersebut juga senang terlibat dalam film animasi garapan MNC Animation tersebut. Menurutnya, menjadi seorang pengisi suara merupakan pengalaman pertama baginya.
"Ini pengalaman pertama, kayak ada perasaan 'Gue tuh ngeraguin enggak, ya? Gue nanti bagus enggak, ya?'. Jadi, perasaan campur aduk," ujar Arbani Yasiz .
ADVERTISEMENT
Ia mengaku sudah 'terkontaminasi' dengan dunia kartun di televisi sejak kecil. Sehingga, saat menerima tawaran untuk menjadi dubber film animasi, Arbani mengaku sangat antusias.
"Kebagian proyek dubbing film kartun itu sangat excited dan gue jadi tahu kalau ternyata susah jadi dubber, pemain kartun," katanya.
Sebelum mendapatkan kesempatan mengisi suara pada film animasi tersebut, pemain film 'Rompis The Movie' ini juga melakukan casting dengan cara mengirim voice note ke pihak produksi film.
Usai diinformasikan bahwa dirinya lolos casting, Arbani malah mendapatkan kesulitan saat harus mengisi suara dalam salah satu karakter animasi film tersebut. Ia membutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Kesulitan itu malah lebih ke rasa, kita lihat juga ekspresi Jeff (karakter yang diperankan Arbani) ini kayak gimana, sama mulut kita sama Jeff harus sama. Ternyata, ribet juga. Terus, suaranya, volumenya down banget, jadi harus lebih kuat lagi," terangnya.
ADVERTISEMENT
Meski baru pertama kali merasakan sensasi menjadi seorang pengisi suara, pemain sinetron 'Rain' itu juga semakin mengetahui perbedaan antara berakting dengan dubbing.
"Kalau di film sudah kayak ada guide-nya dari dialog kita sendiri, jadi mungkin kita tahu. Jadi, pas akting lebih dapat. Kalau di sini (dubber), kita enggak tahu apa-apa, kita hanya tahu dialognya, dan reaksinya beda," pungkas Arbani Yasiz .