Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Adinia Wirasti Melihat Kesenjangan di Daerah Pelosok
7 November 2017 11:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Kerap mengunjungi sejumlah daerah pelosok, rupanya membuat pemain film Adinia Wirasti menemukan banyak cerita pada setiap perjalan. Kali ini, ia memiliki pengalaman ketika berkunjung ke daerah Sumba Timur.
ADVERTISEMENT
Meski Sumba Timur sudah menjadi salah satu lokasi yang kerap dikunjungi wisatawan, wanita yang kerap disapa Asti ini masih menemukan adanya kesenjangan dari warga sekitar.
"Ada satu desa yang (misal), ini tiba-tiba ada satu (di sini) terus ada lagi di ujung sana jauh-jauhan jarak," ujar Asti ketika ditemui di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (7/11).
Tak hanya jarak rumah yang lain saling berjauhan, wilayah di Sumba Timur bahkan memiliki masalah terbatasnya sumber air bersih. Sehingga, pemain film 'Critical Eleven' ini merasa miris ketika melihat kondisi tersebut.
"Mereka ngelihat kita bawa botol minum aja, itu sudah kayak it's a good previllage datang dari dewa," ucapnya merasa prihatin.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut membuat selebriti berusia 30 tahun ini menjadi berpikir, bagiamana kehidupan warga sekitar dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Apalagi, ketika melihat daerah-daerah yang sudah maju, banyak warga dengan mudah mendapatkan sumber air bersih dan berkumpul dengan orang-orang sekitar. Namun, justru warga di pelosok masih merasa kekurangan.
"Kita hidup di Indonesia yang perbedaannya segitu jauhnya ya. Kesenjangannya segitu. Karena saya sering syuting di daerah-daerah gitu, terus saya mikir, 'Apa jangan-jangan sebenarnya teman-teman yang ada di desa ini, tidak ada kesempatan untuk nongkrong seperti kita, dan teman-teman kita yang bisa brainstorming, ya?'" katanya.
Keterbatasan warga Sumba untuk mendapatakan fasilitas menimba ilmu masih minim. Sarana membaca disejumlah daerah seperti Sumba, Wakatobi, Ambon, dan beberapa wilayah lain masih kurang.
ADVERTISEMENT
Padahal, dengan menimba ilmu dan membaca, dapat meningkatkan wawasan warga untuk memperbaiki kehidupannya.
Pengalaman yang ditemukan Asti saat berkunjung ke Sumba dan beberapa daerah pelosok, memicu dirinya memikirkan sebuah ide untuk melakukan suatu kegiatan yang positif. Salah satunya ikut menjadi salah satu bagian dari kampanye 'Seribu Cerita PerpuSeru'.
"Dengan program yang diadakan oleh Perpuseru menurut saya, itu kayak mewakilkan kegelisahan saya selama ini. Ternyata sharing-nya bisa lewat sini loh. Yang perlu anak muda sekarang campaign adalah pentingnya membaca dan ketika sudah membaca, sharing lewat sosial media yang kita punya," tandasnya.
Kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan perpustakaan menjadi pusat belajar masyarakat, akan digelar di 7 kota di Indonesia hingga akhir November mendatang.
ADVERTISEMENT
Ketujuh kota tersebut adalah Lubuk Linggau, Pangkalan Bun, Semarang, Surabaya, Bali, Wakatobi dan Ambon.