Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Film 'Sultan Agung' Diprotes Anak Sultan Hamengkubuwono X, GKR Bendara
7 Maret 2018 17:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Proyek film terbaru Hanung Bramantyo yang berjudul 'Sultan Agung' mendapatkan protes keras dari salah satu anggota keluarga Kraton Yogyakarta. Adalah Gusti Kanjeng Ratu Bendara yang merupakan putri bungsu dan anak kelima dari Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas mengungkapkan kekecewaannya terhadap film tersebut.
ADVERTISEMENT
Ia menilai pakaian atau kain batik yang digunakan oleh pemeran Sultan Agung tidak sesuai dengan pakem yang berlaku di Kraton Yogyakarta. Hal tersebut diungkapkan oleh GKR Bendara melalui akun Instagram pribadinya, @gkrbendara.
Wanita berusia 31 tahun ini mengunggah salah satu adegan di film 'Sultan Agung' dan memperlihatkan batik yang dikenakan oleh Sultan Agung. Pemeran tersebut mengenakan batik dengan motif Parang kecil dan berwarna biru.
"Aduuuh duh duh... hancur hati ku... yg memerankan Sultan Agung kok ya pake parang yg kecil dan warna nya biru pula... padahal yg membuat Parang Barong adalah Ibu beliau," tulis GKR Bendara, Rabu (7/3).
GKR Bendara juga menyoroti kain batik yang dipakai oleh pemeran Abdi dalem di film tersebut yang malah mengenakan batik Parang berukuran besar.
ADVERTISEMENT
"Malah yg memerankan Abdi dalem di belakangnya yg pake Parang lbh besar. Iki piye iki piye jal. Check di FB kratonjogja aja ada loh referensinya. Baru minggu lalu sy bicara tentang Parang Barong di Pameran Taman Pintar. Sedih saya lihatnya," lanjutnya sambil mengunggah foto batik yang seharusnya dipakai oleh Sultan Agung di slide berikutnya.
Kekecewaannya itu membuat wanita yang akrab dipanggil Jeng Reni ini kembali memposting sebuah foto dan menuliskan sebuah keterangan panjang yang menjelaskan pakem penggunaan kain batik yang menunjukkan status keluarga Kraton. Kain batik Parang memang hanya boleh untuk kerabat Kraton dengan ukuran-ukuran yang sudah diatur.
"Rijksblad atau pranatan dalem, tercantum larangan-larangan motif-motif tertentu di dalam Kraton. Pengunaan Parang hanya boleh untuk kerabat Kraton. Yg berukuran 12 cm hanya diperuntukan Raja, yg ber ukuran 8 cm untuk Permaisuri dan yg lebih kecil lagi untuk putri dan Pangeran. Sumber: @kratonjogja," tulisnya.
ADVERTISEMENT
Protes GKR Bendara terhadap film garapan Hanung Bramantyo yang melanggar pakem Kraton ini pun langsung menarik perhatian netizen. Banyak dari mereka yang akhirnya menyayangkan Hanung dan tim produksi terutama tim wardrobe yang tidak melakukan riset secara mendalam terkait penggunaan kain batik.
"@hanungbramantyo kalo mau mengangkat budaya jawa mohon riset dulu, jangan trus motif bagus keliatan trendi n kebetulan batik dibilang ini jogja atau budaya jawa. Motif batik itu ada filosofinya. Membuat film tentang budaya itu SUANGAT BAGUS tapi ya ke depannya coba dibarengi sama riset yg mendalam. Yang kasian nanti klo film itu booming trus pada suka motifnya rame2 cari motif itu padahal motif buat jarik dijadikan baju, misalnya seperti itu," tulis akun @yosisuharno.
ADVERTISEMENT
"@yosisuharno leres mas. @hanungbramantyo cok nek kowe duduk wong jowo ra sah keminter su. Ngisin ngisini ae dapuranmu iku," tulis @adhimas_tjahjo.
"Mas @hanungbramantyo ,terima kasih telah mengangkat film yg bernilai budaya dan saya sangat mengapresiasinya. Tapi lain kali tolong pakem nya diperhatikan gih mas Hanung. Kita pasti sama2 tidak mau kalau kebudayaan bergeser hanya karena sedikit kesalahan ini. Nggih kan mas Hanung. Tapi tetap saya mengapresiasi dan terimakasih kepada mas Hanung," tulis akun @satriyo_asmoro.
Dalam salah satu komentar yang membanjiri postingan foto GKR Bendara tersebut, terselip sebuah komentar yang diduga merupakan salah satu tim yang ikut selama proses syuting film 'Sultan Agung' berlangsung. Akun bernama @toniharyo tersebut menjelaskan memang ada kesalahan dari tim terkait kostum pemain.
ADVERTISEMENT
"Saya yg langsung terlibat shoting sebetulnya kesalahan crew,,,,,,,crew yg g mudeng tatanan jarik,,,,,,it kebetulan yg dandani saya,,,,,,pertama sudah pas jarik dan beskapnya,,,,tp tahu2 di suruh ganti jarik dan saya tdk tahu,,,,,,crew yg g bertanggung jawab,,,,,,mas hanung tdk lihat detail karena konsen di kamera," tulis akun @toniharyo.
"Itu saja debat masalah kostum sebelum proses shoting lama lo," lanjutnya.
Hingga berita ini diturunkan kumparan (kumparan.com) telah mencoba untuk menghubungi Hanung Bramantyo, namun belum mendapatkan respons.