Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Indro 'Warkop' Ungkap Rasa Bangganya Kepada Polri
24 Juni 2018 15:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan itu, komedian berusia 60 tahun tersebut mengungkapkan bahwa dirinya mulai bangga kepada anggota kepolisian Tanah Air. Ia juga bercerita soal mendiang ayahnya yang pernah menjabat sebagai seorang jenderal kepolisian di tahun 1960-an.
"Jadi konon ini, saya dengar bukan hanya dari keluarga, tapi dengar dari Pak Awaloedin Djamin, mantan anak buah bapak saya dulu, beliau selalu bilang, 'Ndro, bikin buku dong mengenai bapak lu, karena itulah zaman kejayaan Polri dan zaman kejayaan intelijen'," cerita Indro ketika dijumpai usai acara.
"Sementara saya tahu keadaan itu, bagaimana ayah saya, misalnya masuk, lihat ada penghormatan, ada yang enggak beres, dia datang. Dihukum itu semuanya, ayah saya jenderal waktu itu, dan ikut lari waktu menghukum mereka. Jadi, betapa kelihatan Polri waktu itu," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Bintang film 'Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss' tersebut sempat melihat keberadaan kepolisian Indonesia di era sekarang yang terkenal dengan kehidupan mewah dan mendapatkan pangkat dari emas, berbeda dengan zaman dulu. Selain itu, ia juga merasa juga kini kehadiran polisi justru ditakuti oleh masyarakat.
"Dulu bapak saya punya konsep gini, 'Polisi itu, kecuali Infanteri atau Brimob, enggak boleh di asrama, dia harus ada di masyarakat luas, karena dia abdi negara'. Jadi, polisi itu kalau yang lain pakai pakaian dinas, polisi enggak. Polisi itu enggak pakai pakaian dinas pun, dia polisi dan abdi negara," jelas Indro.
Namun, seiring berjalannya waktu, Indro melihat jika anggota kepolisian kini mulai bertambah baik. Mereka bahkan semakin disegani dan memiliki banyak penggemar.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat Tim Jaguar itu fans-nya banyak banget. Mana pun ada Jaguar, ada Prabu dan itu keren banget. Nah, ini sudah mulai nih dan saya lihat mereka juga dekat dengan para fans-nya. Ini sudah mulai kelihatan kayak dulu, betapa (masyarakat merasa) 'polisi itu milik gue juga lho, gitu'," terangnya.
Menurut Indro, polisi itu merupakan ujung tombak dan cerminan moral suatu bangsa. Oleh karena itu, keberadaan polisi harusnya disambut hangat oleh masyarakat, bukannya malah ditakuti.
"Polisi itu sebetulnya cerminan pemerintahan.Keadaan lalu lintas di sebuah negara, itu cerminan moral dari sebuah negara. Keadaan lalu lintas di sebuah negara, cerminan administrasi atau manajemen kepolisian di negara itu. Lalu lintas juga cerminan pemerintah di negara itu. Jadi, semuanya kaitannya sama polisi kan. Polisi itu ujung tombak, makanya harus dimiliki, bukan ditakuti," kata Indro.
ADVERTISEMENT
"Kalau ditakuti, ya itu, orang melanggar karena enggak ada polisinya. Nah, itu yang harus kita ubah. Mungkin kita bisa mengubah dengan cara ketertiban di lalu lintas, sedikit demi sedikit mengubah moralitas kan," imbuhnya.
Mengenai tawaran untuk menggarap buku mengenai kehidupan sang ayah saat menjadi polisi, serta bagaimana perbedaan kondisi anggota kepolisian zaman dulu dan sekarang, Indro mengaku belum tahu apakah akan betul-betul membuatnya atau tidak.
"Saya memang tidak mengerti betul harus mulai dari mana, bagaimana. Apalagi berbicara mengenai teori intelijen kan. Ya enggak ngertilah saya. Kalau Pak Awaloedin tuh saya bilang, 'Om saja deh yang bikin, saya kan enggak ngerti, masih kecil', saya bilang, 'Ya kan kau dengar-dengar segala macam'. Saya bilang, 'Ya enggak tahu saya cuma baca bukunya Om Hoegeng, (bapak saya) komandannya Om Hoegeng, komandannya Om (Awaloedin), saya enggak ngerti om', gitu saja," tutupnya.
ADVERTISEMENT
Ayah Indro adalah Inspektur Jenderal Moehammad Oemargatab, Kepala DPKN (Dinas Pengawasan Keamanan Negara, kini menjadi Intelkam Polri). Ia juga menjadi pendiri BKAK yang artinya Badan Kesenian Angkatan Kepolisian. Meskipun merupakan anggota kepolisian, namun darah seni ada dalam diri ayah Indro yang kemudian diturunkan ke putranya tersebut.