Jadi Pocong di Film, Surya Saputra Ingin Hilangkan Fobia

11 April 2019 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Surya Saputra di Konferensi Pers Film ‘Pocong The Origin’ Foto: Sarah Yulianti Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Surya Saputra di Konferensi Pers Film ‘Pocong The Origin’ Foto: Sarah Yulianti Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aktor Surya Saputra mengidap claustrophobia atau merasa takut ketika berada di ruangan sempit. Cara ia untuk menghilangkan fobianya itu, yakni dengan menerima tawaran bermain film ‘Pocong The Origin’.
ADVERTISEMENT
Dalam film karya Monty Tiwa itu, ayah dua orang anak ini harus rela tubuhnya dibalut dengan kain kafan. Sebab hampir di seluruh scene, Monty mengharuskannya menjadi pocong.
“Alasannya kenapa saya mau main film ini, ya, karena saya mau hancurin fobia ini, karena nyebelin banget. Kalau orang normal pasti, ‘Gue fobia, ngapain gue ambil.’ Tapi, gue mau satu hal yang ganggu ini hilang,” kata Surya saat ditemui di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (11/4).
Surya Saputra. Foto: Giovanni/kumparan
Bukanlah hal yang mudah bagi Surya Saputra ketika berperan menjadi pocong. Bahkan, suami Cynthia Lamusu itu, harus berulang kali mengambil gambar.
“Teman-teman sabar untungnya. Beberapa kali saya take karena saya tarik napas, kesempitan. Berusaha menahan dan mengatur napas saat take. Jadi, pas sudah kekunci, kita tahan napas semua. Ini memang dahsyat ngerasain jadi pocong,” ucap Surya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi fobianya, pria 43 tahun itu berusaha bersikap tenang. “Napas tenang, pikiran tenang. Sempat parno, awal-awal syuting saya teriak di dalam mobil,” tutur Surya.
Sayangnya, Surya belum mengetahui apakah fobianya sudah hilang atau belum. Sebab, belum ada lagi kejadian yang membuat dirinya harus tidak bisa bergerak dan merasa sempit.
Surya Saputra. Foto: Munady Widjaja/kumparan
Selain mengidap claustrophobia, rupanya Surya pernah memiliki fobia terhadap ketinggian dan kegelapan. Untungnya, ia sudah tidak merasakan lagi keduanya.
“Yang (fobia) tinggi, saya bungee jumping di Bali, sampai atas saya (bilang), ‘Ngapain bayar buat yang ginian doang.’ Tapi, alhamdulillah saya ambil semua itu, saya takut iya, saya harus lompat iya. Kenapa harus lompat? Saya sudah bayar. Dari situ saya coba nikmatin, hari itu juga naik dua kali, kedua kali lompat, alhamdulillah beres,” tutur Surya.
ADVERTISEMENT
Untuk menghilangkan fobia kegelapan, ia memutuskan masuk ke dalam lemari. "Bajunya saya keluarin. Saya rasain kalau gelap itu punya saya," tutup Surya Saputra.