Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Film 'Joker ' akan segera tayang di bioskop pada 4 Oktober mendatang. Film garapan Todd Phillips ini amat ditunggu, mengingat beberapa media internasional rata-rata memberikan review positif usai press screening-nya beberapa waktu lalu di AS.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, 'Joker' juga mendapat sambutan meriah di Venice Film Festival 2019. Di acara tersebut, film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix ini mendapatkan standing ovation selama 8 menit usai penayangannya.
'Joker' berkisah tentang Arthur Fleck, seorang komedian yang sakit mental, miskin, dan diabaikan oleh masyarakat.
Ketidakberhasilannya di dunia hiburan pun mengubahnya menjadi seorang penjahat yang menganut nihilisme. Nantinya, 'Joker' akan mempertontonkan proses perubahan Arthur Fleck menjadi badut berambut hijau yang sinting.
Ada yang sudah tidak sabar untuk melihat proses tersebut, ada juga yang tak ingin proses tersebut diperlihatkan. Mereka adalah keluarga dan kerabat dekat para korban kasus penembakan di Aurora, Colorado, pada tahun 2012. Tepatnya, di acara screening film 'The Dark Knight Rises'.
ADVERTISEMENT
Kasus penembakan di Aurora dilakukan oleh seorang pria bernama James Eagan Holmes yang pada kala itu, rambutnya dicat hijau dan menyebut dirinya sebagai Joker . Dia masuk ke dalam bioskop saat film 'The Dark Knight Rises' tengah diputar dengan mengenakan helm dan rompi anti peluru, dan menembaki orang-orang secara acak.
Penembakan secara membabi buta itu menewaskan 12 orang dan melukai 70 orang, salah satunya warga negara Indonesia.
Dilansir Variety, orang-orang khawatir film tersebut dapat menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan atau kejahatan lainnya. 'Joker ' adalah film tentang proses manusia menjadi gila karena kecewa dengan dirinya sendiri, dan bagaimana dalam jangka waktu tertentu, manusia bisa berubah drastis karenanya.
Selain itu, mereka juga tidak ingin ada James Eagan Holmes ke-2 di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Keluarga dan kerabat para korban penembakan di Aurora pun mengirim sebuah surat terbuka untuk Ann Sarnoff, CEO Warner Bros. selaku rumah produksi 'Joker'. Surat tersebut meminta Warner Bros. menggunakan kekuatan mereka di industri film, untuk mengkampanyekan anti kekerasan menggunakan senjata api.
“Kami meminta Anda menggunakan platform besar dan pengaruh Anda, untuk bergabung dengan kami dalam perjuangan kami membangun komunitas yang lebih aman dengan lebih sedikit (penggunaan) senjata.”
“Kami meminta Anda untuk menjadi bagian suara dari para pemimpin perusahaan, yang paham bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial untuk menjaga keamanan masyarakat,” bunyi surat tersebut.
Meski demikian, mereka tidak meminta 'Joker ' untuk tidak ditayangkan di bioskop.
Warner Bros. pun merespons surat terbuka tersebut. Dalam pernyataan tertulis, rumah produksi itu mengatakan bahwa 'Joker' tidak menyokong kekerasan.
ADVERTISEMENT
“Jangan salah: karakter fiksi Joker maupun filmnya, tidak mendukung kekerasan di dunia nyata dalam bentuk apa pun. Itu bukan tujuan film, pembuat film, atau studio untuk mengangkat karakter ini (Joker) sebagai pahlawan.”
“Kekerasan senjata api di masyarakat kita adalah masalah kritis, dan kami menyampaikan simpati terdalam kami kepada semua korban dan keluarga yang terkena dampak tragedi ini. Perusahaan kami memiliki sejarah panjang dalam memberikan donasi kepada para korban kekerasan, termasuk Aurora.”
“Beberapa minggu terakhir, perusahaan induk kami bergabung dengan para pemimpin bisnis lainnya untuk meminta para pembuat kebijakan memberlakukan undang-undang untuk mengatasi 'epidemi' ini. Di saat yang sama, Warner Bros. percaya bahwa salah satu fungsi storytelling, adalah untuk memancing sebuah percakapan sulit tentang berbagai masalah-masalah yang cukup kompleks,” bunyi jawaban Warner Bros.
Sebelumnya, Todd Phillips dan Joaquin Phoenix sudah bicara soal kemungkinan terburuk dari film 'Joker '. Kata Phillips sebagai sutradara, filmnya tidak memberikan pembelaan untuk karakter seperti Joker.
ADVERTISEMENT
"Film ini adalah sebuah pernyataan akan kurangnya cinta, trauma masa kecil, dan kurangnya kasih sayang di dunia. Aku pikir, orang-orang paham akan pesannya," ujarnya pada IGN.
Sedangkan Phoenix--yang sempat meninggalkan ruangan untuk berdiskusi dengan PR Warner Bros. saat ditanya soal hal yang sama'-- mengatakan bahwa penonton film 'Joker' sudah cukup pintar untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
"Aku tidak berpikir itu tanggung jawab pembuat film untuk mengajarkan moralitas penonton, atau, perbedaan antara yang benar dan yang salah. Maksudku, bagiku, aku pikir itu sudah jelas," katanya.