Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Lola Amaria Gandeng 4 Sutradara di Film 'LIMA'
25 Mei 2018 11:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Setelah memproduksi empat film dalam lima tahun terakhir, Lola Amaria kembali merilis sebuah film berjudul ‘LIMA’ . Film tersebut rencananya akan tayang di seluruh bioskop Tanah Air pada 31 Mei mendatang. Bertemakan Pancasila dengan sedikit sentuhan konflik 1998, Lola mengakui bahwa ia sudah mengatur agar film yang diproduserinya itu bisa tayang satu hari sebelum Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni.
ADVERTISEMENT
“Kami dari awal memang menyinggung Pancasila dan sedikit tragedi 1998 tapi tidak dikonsepkan sampai sejauh itu. Kalau tayang dekat Hari Lahir Pancasila itu memang iya,” ungkap Lola saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).
Menurut Lola, saat ini kondisi penanaman nilai-nilai Pancasila sedang memprihatinkan. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai kejadian-kejadian tidak mengenakkan yang terjadi akhir-akhir ini, mulai dari aksi pembakaran maling hingga teroris penebar teror bom. Sedangkan, Pancasila yang seharusnya menjadi dasar negara, saat ini hanya menjadi salah satu bagian yang harus dihafal dan dilafalkan saat upacara bendera di sekolah.
“Karena sebenarnya kalau lima sila Pancasila itu diterapkan di kehidupan sehari-hari, enggak akan ada hal negatif yang kita lihat akhir-akhir ini,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Pada mulanya, Lola ingin membuat sebuah film yang merepresentasikan satu sila saja, namun anggaran dan waktu yang dibutuhkan akan terlalu besar dan lama untuk akhirnya bisa membuat satu film bertemakan Pancasila.
Akhirnya, perempuan berusia 40 tahun itu mengambil ide kreatif dengan mengajak serta empat sutradara lainnya, seperti Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Asugtriyandyah, dan Adriyanto Dewo, untuk masing-masing menyutradarai satu dari lima sila dan menjahitnya dalam satu film berjudul ‘LIMA’.
“Kalau satu sila dibuatkan satu film biayanya mahal, kalau lima sila dalam satu film, susah ya. Sampai ketemu dan ngobrol sama semua sutradara akhirnya jadi konsepnya dan ya berhasil,” ucap Lola.
Dikarenakan Pancasila merupakan sebuah ideologi dasar Indonesia, Lola tentu tidak boleh sembarangan dalam menggarapnya. Oleh karena itu, ia dan empat sutradara lainnya harus melakukan riset mulai dari Agustus hingga Oktober 2017 sebelum menyerahkan ide awal kepada dua penulis skenario, Sinar Ayu dan Titien Wattimena.
ADVERTISEMENT
“(Riset) Itu pasti, ya. Saat membahas sila pertama tentang ketuhanan, kita riset cukup lama ke pemuka-pemuka agama, membuat sila tiga tentang persatuan Indonesia, saya memang sengaja memilih media olahraga, jadi panjang banget risetnya ke olahragawan,” ujarnya.
Dari segi pemain, Prisia Nasution yang memerankan Fara mengaku dapat pengalaman baru selama proses syuting. Menurutnya, dengan lima sutradara proses kreatif balik layar film ‘LIMA’ lebih tak biasa dibandingkan film-film yang pernah ia perankan.
“Ternyata satu film dengan lima kepala bisa juga. Ini jadinya di balik layar itu kayak, pemain dan set-nya sama, tapi sutradara nanti pulang duluan dan ganti-gantian, biasanya kan kebalikannya, ya,” Prisia membeberkan.
Film ‘LIMA’ merepresentasikan ideologi Pancasila secara drama keluarga yang menarik. Latar digambarkan dari sebuah keluarga beda agama dengan tokoh ibu Maryam yang diperankan Tri Yudiman, serta tiga anaknya Fara (Prisia Nasution), Aryo (Yoga Pratama), dan Adi (Bagaskara Mahendra, juga pembantu rumah tangga bernama Bi Ijah (Dewi Pakis).
ADVERTISEMENT
Lima karakter utama tersebut menjalani lima kehidupan dengan prespektif yang berbeda-beda berusaha memecahkan setiap masalah kehidupan masing-masing dengan gambaran ideologi dari Pancasila, dasar negara Indonesia.