Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Melihat Kembali Jejak Karier Pandji Pragiwaksono yang Sedang Ultah
18 Juni 2018 17:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Pandji Pragiwaksono berulang tahun ke-38 tahun pada hari ini, Senin (18/6). Lelaki kelahiran Singapura ini merupakan sosok yang amat mencintai Indonesia dan tak pernah malu untuk membagi pemikiran kritis tentang kenegaraan dan nasionalisme yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka hari ulang tahunnya, kumparan menyingkap perjalanan karier Pandji, selebriti multitalenta yang mampu membangun semangat cinta negara dalam diri pemuda-pemudi Indonesia.
1. Penyiar radio dan presenter televisi
Setelah lulus dari Institut Teknik Bandung (ITB) jurusan Desain Produk, Pandji Pragiwaksono nyatanya tidak bekerja sesuai dengan jurusannya tersebut. Sejak 2001, ia justru memilih untuk berkarier sebagai seorang penyiar di Hard Rock FM Bandung.
Selama dua tahun, Pandji dikenal sebagai duet Tike Priatnakusumah--perempuan yang saat ini lebih dikenal dengan duetnya bersama Ronald Surapraja di salah satu radio ternama di Jakarta.
Setelah hengkang dari Hard Rock FM Bandung, Pandji hijrah ke Jakarta. Ia mulai menjadi penyiar di Hard Rock Jakarta sejak 2003. Selama 10 tahun, lelaki berusia 38 tahun itu menjadi penyiar radio di sana, berduet dengan Steny Agustaf.
ADVERTISEMENT
Kepiawaian Pandji dalam memandu acara radio akhirnya membawa berkah baru ketika beberapa stasiun televisi swasta Indonesia memercayainya sebagai presenter di sejumlah acara, seperti ‘Kena Deh ’, ‘NBA’, dan ‘Sebelas Duabelas’.
2. Pemusik hiphop dan rap
Di sela-sela kesibukannya sebagai penyiar dan presenter televisi, Pandji mulai mencoba peruntungannya di skena hiphop Indonesia dengan menelurkan album rap perdana bertajuk ‘Provocative Proactive’ pada 2008. Menggandeng Tompi, Angga ‘Maliq & D’Essentials’, hingga Bayu Adi ‘Soulvibe’ sebagai rekan kolaborasi, album tersebut berisi 12 lagu yang bertema kritik sosial seputar pembajakan, nasionalisme, dan korupsi.
Setelah sukses mendulang banyak pengikut di Twitter, Pandji kembali menelurkan album rap bertajuk ‘You'll Never Know When Someone Comes In And Press Play On Your Paused Life’ pada 2009. Demi memberi apresiasi pada para pengikutnya di Twitter, Pandji bahkan membuat sayembara cipta lagu yang karya pemenangnya sukses menjadi dua single di album tersebut, yakni ‘GBK’ dan ‘Babyplum’.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang, nama Pandji di kancah musik hiphop tak kunjung meredup. Ia bahkan merilis album ketiga yang bertajuk ‘Merdesa’. Selain album, Pandji menggagas sebuah konser mini bertajuk ‘Twivate (Twitter Private) Corcert’ khusus untuk mempertemukan dirinya dengan para follower yang selama ini hanya bisa berinteraksi di dunia maya.
Meski ‘Twivate Concert’ merupakan konser tunggal milik Pandji, ia selalu ditemani oleh rekan-rekannya, termasuk sang istri, Gamila Mustika Burhan, serta rekan penyiarnya, Steny Agustaf, di panggung. Tanpa banyak penonton, konser bulanan tersebut menjadi cikal bakal terjunnya Pandji ke dunia stand up comedy yang kemudian mampu melambungkan namanya.
Album terakhir yang ditelurkan Pandji bertajuk ‘32’. Selain sebagai penanda lima tahun karier bermusiknya di industri hiburan Indonesia, album yang dirilis pada 2012 tersebut juga dibuat untuk merayakan reformasi, tepatnya 14 tahun lengsernya Soeharto.
ADVERTISEMENT
3. Stand up comedian
Sering melontarkan guyonan-guyonan saat menggelar ‘Twivate Concert’ membuat Pandji semakin dalam mempelajari seni stand up comedy yang saat itu sesungguhnya telah mati dan jarang dilakoni pelawak-pelawak Indonesia.
Mengajak serta Ernest Prakasa, Pandji secara independen membuat pertunjukan stand up comedy bertajuk ‘Bhinneka Tunggal Tawa’ di Teater Umar Ismail pada 2010. Meski hanya dihadiri ratusan orang, pertunjukan tersebut menciptakan tren baru di kalangan anak muda yang kemudian tertarik untuk belajar seni stand up comedy.
Demi memberi wadah bagi mereka, Pandji menggagas acara pencarian bakat ‘Stand Up Comedy Indonesia’ (SUCI) pada 2011. Hingga saat ini, SUCI telah berlangsung selama delapan musim dan menelurkan banyak stand up comedian yang tak hanya pandai melawak, namun juga piawai berakting, seperti Ge Pamungkas, Abdur, Fico, Indra Jegel, dan Dany Beler.
ADVERTISEMENT
Pandji juga merupakan seorang stand up comedian yang rajin membuat konser tunggal. Pada 8 Desember 2012, Pandji membuat konser tunggal bertajuk ‘INDONESIA:’ yang menggabungkan seni stand up comedy dan musik hiphop serta rap yang sudah lama ia tekuni. Dalam konser tersebut, Pandji sekaligus merilis abum ‘32’ serta buku ‘Berani Mengubah’.
Hanya berselang empat tahun, Pandji membuat gebrakan baru dengan melangsungkan tur dunia stand up comedy ke-24 bertajuk ‘Juru Bicara’ negara di lima benua. Meski harus melalui perjalanan yang melelahkan, Pandji mengaku senang melakukan tur dunia lantaran bisa berkumpul dan membangun semangat nasionalisme anak-anak muda Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan atau bekerja di luar negeri.
“Alasan saya tur di luar negeri adalah saya pengin ketemu sama mereka, cerita sama mereka, bikin mereka kangen dan cinta lagi dengan Indonesia, serta menyadarkan mereka bahwa ada banyak masalah yang belum terselesaikan,” tuturnya saat ditemui di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Setahun tahun berselang dari tur dunia ‘Juru Bicara’, Pandji seketika banyak dicibir orang lantaran ia semakin mendekatkan diri dengan dunia politik. Lebih dari itu, netizen semakin geram lantaran Pandji memasang baliho yang bertujuan untuk memberi tahu publik bahwa ia sedang berusaha mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Rupanya, unsur-unsur politik yang sering disinggungnya di media sosial serta baliho yang dipajang merupakan trik Pandji untuk menarik perhatian publik dalam rangka kembali membuat tur dunia bertajuk ‘Pragiwaksono’. Dimulai pada Juli 2018 hingga Januari 2019, pertunjukan tersebut akan dihelat di lima negara, yakni Filipina, Tiongkok, Jerman, Belanda, dan Indonesia.
4. Pemain, sutradara, dan penulis naskah film
Karena kepawaiannya dalam membuat guyonan berbobot, Pandji kemudian mendapat tawaran untuk berperan di sejumlah film layar lebar. ‘Make Money’ menjadi debutnya di dunia perfilman. Dalam film drama yang dirilis pada 2013 tersebut, ia beradu akting dengan Ray Sahetapy, Ence Bagus, dan David Saragih.
ADVERTISEMENT
Setelah membintangi film ‘Comic 8’ pada 2014, Pandji kebanjiran tawaran untuk bermain di sejumlah film komedi bersama para stand up comedian lain. Beberapa di antaranya, yakni ‘Marmut Merah Jambu’ (2014) besutan Raditya Dika, ‘Youtubers’ (2015) besutan Kemal Pahlevi, dan ‘The Underdogs’ (2017) yang diproduseri oleh Ernest Prakasa.
Enggan kalah dari para juniornya di kancah stand up comedy, Pandji merilis film ‘Partikelir’ pada 5 April lalu. Dalam film itu, ia mengemban tiga tugas sekaligus, yakni sebagai pemeran, sutradara, dan penulis naskah.
Meski tugasnya tampak cukup berat, Pandji mengaku Gamila, istrinya, sangat membantu dalam meringankan pekerjaannya selama proses terciptanya ‘Partikelir’. “Iya, dia comedy buddy saya, teman diskusi saya dalam nulis materi. Dia jauh lebih lucu daripada saya. Di rumah, anak-anak ketawanya sama dia, enggak sama saya,” ungkap Pandji.
ADVERTISEMENT
5. Penulis buku
Setelah meraih sukses sebagai artis multitalenta, Pandji tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan senang berbagi ilmu. Sejak 2011, ia menggelar kelas penyiar untuk anak-anak muda yang senang mempelajari ilmu jurnalistik dan ingin melatih kemampuan public speaking.
Selain itu, Pandji juga telah menulis sembilan buku sejak 2011 hingga 2017. Tiga buku pertama yang dibuatnya, ‘Nasional.Is.Me’, ‘Merdeka Dalam Bercanda’, dan ‘Berani Mengubah’, merupakan memoar Pandji dengan tiga subtema, yaitu cinta negara, stand up comedy, dan sifat bhinneka tunggal ika dari Indonesia.
Di samping itu, ada pula ‘How I Sold 1000 CD in 30 Days’, ‘Menghargai Gratisan’, dan ‘Indiepreneur’ yang dibuat Pandji sebagai buku panduan berbisnis di era modern yang cocok bagi anak-anak muda. Tiga karya terakhir yang ditulisnya, yakni ‘Menemukan Indonesia’, ‘Juru Bicara’, dan ‘Presisten’, merupakan buku yang secara khusus menceritakan bagaimana ia mampu menemukan nilai-nilai cinta Indonesia setelah menggelar tur dunia stand up comedy.
ADVERTISEMENT