Membandingkan Karier Jamrud dan Slank, Band Era 80-an yang Masih Eksis

16 Desember 2018 18:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komparasi Jamrud dan Slank. (Foto: Infografik: Sabryna Putri Muviola.)
zoom-in-whitePerbesar
Komparasi Jamrud dan Slank. (Foto: Infografik: Sabryna Putri Muviola.)
ADVERTISEMENT
Bagi penikmat musik Indonesia, nama Jamrud dan Slank tentu tak asing di telinga. Kedua band rock ini memang memiliki penggemar yang banyak tersebar di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lagu-lagu kedua band yang lahir pada dekade 1980-an ini, banyak digandrungi oleh penggemar musik keras dari berbagai usia. Tak hanya itu, kedua grup ini pernah terjebak dalam jeratan narkoba.
Sehubungan dengan masih eksisnya kedua band ini, kumparan mencoba membandingkan perjalanan serta jatuh bangun kedua band tersebut. Berikut rangkumannya.
1. Jamrud
Jamrud masih eksis di anggung off air (Foto: Giovanni)
zoom-in-whitePerbesar
Jamrud masih eksis di anggung off air (Foto: Giovanni)
Band ini terbentuk di Cimahi, Jawa Barat pada 1984. Jamrud sendiri awalnya didirikan oleh sang gitaris, Azis Mangasi Siagian bersama tiga rekannya, Ricky Teddy (bas gitar), Agus (drum), dan Oppi (vokal) dengan nama 'Jamrock'.
Oppi pun kemudian hengkang dan digantikan oleh Krisyanto. Sejak diawaki Krisyanto sebagai vokalis, pamor 'Jamrock' pun semakin meningkat.
Pada 1995, Jamrock mulai mencoba membuat demo lagu karya sendiri dan menawarkannya pada label rekaman Log Zhelebour. Mendapat sambutan yang baik, Log Zhelebour meminta agar nama 'Jamrock' diganti dengan 'Jamrud', sebelum album perdana mereka yang bertajuk ‘Nekad’ rilis pada 1996.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan album tersebut membuat Jamrud tak bisa berhenti menelurkan karya. Hanya dalam kurun waktu dua tahun setelah album ‘Nekad’, Jamrud sukses merilis album ‘Putri’ (1997) dan ‘Terima Kasih’ (1998) yang laku keras dipasaran.
Sejumlah single dari album tersebut seperti 'Putri', 'Ningrat', 'Berakit-rakit' dan 'Dokter Suster' pun akrab di telinga para penggemarnya. Namun, sekitar tahun 1999 band ini dirundung duka.
Dua orang personelnya, Fitrah (Gitar), dan Sandy (drum) meninggal dunia akibat over dosis obat-obatan terlarang. Namun, tak mau terlarut dalam kesedihan, akhirnya Herman pun menggantikan posisi Sandy sebagai Drummer.
Tak berhenti sampai di situ, album-album lainnya seperti 'Ningrat' (2000), 'Sydney 090102' (2002) serta 'BO 18+' (2004) juga banyak diminati para penggemarnya yang dikenal dengan sebutan 'Jamers'.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, kepopuleran musik rock dikalangan remaja pun mulai bergeser tergantikan oleh musik boyband yang menggaung di era 2000-an. Karena itu, Krisyanto memutar otak dan mulai mengundurkan diri. Ia merilis album pop solo bertajuk ‘Mimpi’ (2009).
Azis tak mau kalah dari Krisyanto dan memasukkan tiga personel baru sekaligus, Jaja ‘Donald’ Amdonal (vokal) yang menggantikan Krisyanto, Mochamad Irwan (gitar) dan Danny Rachman (drum) yang menggantikan Suherman. Mereka mampu mencipta album ‘New Performance’ pada 2009.
Tak lagi berseteru, Azis mengizinkan Krisyanto untuk kembali bergabung. Dengan dua orang vokalis, Jamrud menelurkan album ‘Energi + Dari Bumi dan Langit’ pada 2011. Sayang, kedatangan Krisyanto ternyata mengusik keberadaan Donald yang kemudian mengundurkan diri pada 2012.
Band Jamrud. (Foto: Instagram @jamrud_official)
zoom-in-whitePerbesar
Band Jamrud. (Foto: Instagram @jamrud_official)
Jarang tampil di televisi, ternyata Jamrud saat ini disibukkan dengan panggung-panggung off air. di berbagai kota di Indonesia. Krisyanto sang vokalis mengaku senang masih bisa terus disibukkan dengan berbagai kegiatan off air tersebut. Apalagi, penjualan album secara fisik saat ini tak bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT
“Pasti kita senang. Tanpa off air kita enggak ada income. Sekarang fisik penjualannya sudah agak sulit dan tidak bisa diandalkan. Satu-satunya income dari off air,” ungkapnya.
2. Slank
Slank (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Slank (Foto: Munady Widjaja)
Sementara itu, Slank sendiri terbentuk di kawasan Gang Potlot, Jakarta Selatan oleh Bimo ‘Bimbim’ Setiawan Almachzumi yang sebelumnya merupakan seorang penggebuk drum dari band Cikini Stones Complex (CSC). Dalam penampilannya, mereka membawakan lagu-lagu Rolling Stone.
Namun, lama-lama Bimbim pun bosan membawakan lagu-lagu Rolling Stone dan membubarkan CSC. Lalu, ia membentuk grup musik Red Devil bersama Kiki (gitar), Erwan (vokal), Bongky (gitar) dan Denny (bas gitar).
Setiap kali tampil, Red Devil sering membawakan lagu-lagu dari Van Hallen dan Rolling Stone. Akan tetapi, tingkah laku para personelnya yang slengekan, justru membuat lagu-lagu Van Hallen dan Rolling Stone yang mereka bawakan justru tak pernah memiliki mirip dengan versi aslinya.
ADVERTISEMENT
Nama Slank pun akhirnya tercetus untuk menggantikan nama Red Devil karena dirasa lebih cocok dan sesuai dengan kepribadian para personel. Untuk mengumumkan pergantian nama mereka, Slank pun tampil di festival band KMSS di Istora Senayan, Jakarta Selatan.
Setelah melalui berbagai perombakan formasi tanpa satu pun album, Slank akhirnya menelurkan album perdana bertajuk ‘Suit – Suit…He.. He.. Gadis Sexy’ pada 1989 bersama formasi ke-13, Kaka (vokal), Bimbim (drum), Bongky (bas gitar), Pay (gitar), dan Indra Q (keyboard).
Namun, formasi 13 itu akhirnya hancur setelah mengeluarkan 5 album. Kehancuran formasi tersebut disebabkan oleh kecanduan narkoba yang menimpa para personelnya.
Masih di bawah pengaruh candu putau, Bimbim secara sepihak memecat Bongky, Indra Q, dan Pay. Slank yang berjalan dengan dua personel, Bimbim dan Kaka, sempat menelurkan album ‘Lagi Sedih’ (1997).
ADVERTISEMENT
Jerat narkoba itu pun membawa band yang mempopulerkan lagu 'Balikin', 'Bang Bang Tut', dan 'Terserah' itu keambang kehancuran. Usai merilis album 'Lagi Sedih', Bimbim dan Kaka sempat berencana untuk membubarkan Slank.
Namun, secarik surat yang ditulis tinta darah oleh salah seorang Slankers--sebutan untuk penggemar Slank--membuat Bimbim terenyuh dan urung membubarkan Slank. Pada 1998, Slank kembali hidup dengan album ‘Tujuh’ bersama tiga personel baru, Ivan (bas gitar), Ridho (gitar), dan Abdee (gitar), yang tergabung dalam formasi ke-14.
Hingga kini, Slank masih terus mengudara dan Slankers pun bertambah banyak. Mereka telah menelurkan kurang lebih 25 album dan 4 album live.
Tidak hanya bermusik, Slank juga aktif berkecimpung di kegiatan sosial-politik membangun bangsa Indonesia. Pada Pilgub 2017, Slank menjadi tonggak terdepan pendukung pasangan Ahok-Djarot.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perjalanan karier Slank pun sempat difilmkan dengan judul 'Slank: Nggak Ada Matinya' pada tahun 2013 lalu. Tetapi, lagi-lagi cobaan pun datang menerpa Slank.
Abdee sang gitaris terpaksa vakum karena menderita penyakit gagal ginjal akut sejak 2015. Sehingga, Slank terpaksa menggunakan personel additional untuk mengisi posisi Abdee.
Namun, setelah menjalani operasi transplantasi ginjal, kondisi Abdee sudah berangsur membaik. Ia juga sesekali sudah mulai tampil bersama Slank, meski harus tetap menjaga kesehatannya.