Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Para Pemain Cerita Keseruan Syuting Film 'Sultan Agung'
23 Agustus 2018 17:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Film drama kolosal 'Sultan Agung : Tahta, Perjuangan, Cinta' diputar di bioskop-bioskop seluruh Tanah Air mulai hari ini, Kamis (23/8). Berkisah mengenai perjuangan Raja Mataram, Sultan Agung, dalam mempertahankan Nusantara dari penjajahan VOC, film garapan Hanung Bramantyo itu bertabur bintang.
ADVERTISEMENT
Empat di antaranya, yakni Marthino Lio, Anindya Kusuma Putri, Adinia Wirasti, dan Christine Hakim, belum lama ini bertandang ke kumparan. Mereka berbagi kisah mengenai film 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta' tersebut.
"Intinya, film ini menceritakan tentang sacrifice. Meski kita punya mimpi untuk menjadi sesuatu yang kita mau, tapi--demi kebaikan banyak orang--kita harus mengorbankan mimpi kita supaya bisa membantu orang banyak," ujar Lio mengawali perbincangan.
Proses syuting 'Sultan Agung : Tahta, Perjuangan, Cinta' berlangsung selama 40 hari. Lokasi pengambilan gambar terletak di Desa Gamplong, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selama syuting, mereka rupanya mengalami berbagai pengalaman seru dan tak terlupakan. Lio dan Asti, misalnya. Mereka harus merasakan berakting tanpa alas kaki di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
"Lokasinya tuh di gunung. Gunungnya itu tanahnya kapur gitu, jadi banyak banget yang tajam-tajam. Tapi, pokoknya seru, deh. Seru banget," ucap aktor berusia 29 tahun tersebut.
Berlaga di film 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta' juga membuat mereka berisiko mengalami cedera. Asti yang berperan sebagai Lembayung rupanya sempat merasakan hal tersebut kala melakukan salah satu adegan fighting.
Dalam adegan yang diambil pada malam hari hingga sebelum subuh tersebut, ia dibanting oleh Rukman Rosadi sebagai Seto ketika tengah bertarung. Asti kemudian mengalami cedera meski tak sedemikian parah.
"Lembayung ditotok, terus dia jatuh ke salah satu makam yang ada batu nisannya. Ketika latihan, saya bilang, 'Ini jangan lupa ganti mockup.' Takutnya kena karena saya ceritanya lagi merem, enggak bisa kontrol. Pas take pertama, kepala saya duluan jatuh ke nisan yang diganti lagi dengan batu asli," bebernya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Christine punya pengalaman yang hingga kini mampu membuatnya tersenyum geli. Pada salah satu adegan, ia yang berperan sebagai Gusti Ratu Banowati menyuapi Lio yang memerankan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung muda.
"Jadi, waktu suapin Lio manggis, sementara harus sambil dialog kan, saya ada ketawanya. Tapi, sebenarnya saya ketawa karena lihat Lio keselek makan manggis," tandas Christine diakhiri tawa.
Film 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta' berkisah mengenai perjuangan sang raja untuk menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai berai oleh politik VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Ia juga harus harus mengorbankan cinta sejatinya kepada Lembayung dan menikahi Ratu Batang, perempuan ningrat yang bukan pilihannya.
Kemarahan Sultan Agung kepada VOC memuncak ketika ia mengetahui bahwa mereka tidak memenuhi perjanjian dagang dengan Mataram. Ia pun mengibarkan Perang Batavia sampai meninggalnya JP Coen dan runtuhnya benteng VOC. Sepanjang perjuangan tersebut, Sultan Agung juga harus menghadapi berbagai pengkhianatan.
ADVERTISEMENT