'Pikiran dan Perjalanan', Teriakan Barasuara Melawan Devide et Impera

11 Maret 2019 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Album baru Barasuara, 'Pikiran dan Perjalanan' Foto: Instagram @barasuara
zoom-in-whitePerbesar
Album baru Barasuara, 'Pikiran dan Perjalanan' Foto: Instagram @barasuara
ADVERTISEMENT
Absennya Barasuara selama 4 tahun dalam mengeluarkan karya baru membuat album debut mereka, 'Taifun', melekat dalam tubuh dan pikiran para penunggang badai, sebutan untuk fans Barasuara. Selama 4 tahun, Barasuara membuat sembilan lagu dalam album 'Taifun' bersinar secara individu.
ADVERTISEMENT
Sesuai nama albumnya, 'Taifun' memberikan ekspektasi yang tinggi untuk para penikmatnya. Layaknya siklon, 'Taifun' seakan mendobrak industri musik tanpa permisi dan basa-basi.
Hal itulah yang diharapkan para penunggang badai untuk album ke-2 Barasuara. Lebih ganas, lebih meraung, lebih dalam, dan lebih kompleks. Sampai akhirnya, album ke-2 mereka, 'Pikiran dan Perjalanan' lahir.
Melalui media sosial resmi mereka, Barasuara yang beranggotakan Iga Massardi (vokal/gitar), TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (bass), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal), dan Puti Chitara (vokal) menuliskan 'Pikiran dan Perjalanan' adalah kalut dan harapan yang dibungkus dalam bentuk musikal.
ADVERTISEMENT
Sekarang, mari kita mendengarkan sembilan lagu di album 'Pikiran dan Perjalanan'. Album dibuka dengan lagu berjudul 'Seribu Racun'. Layaknya sebuah anthem, 'Seribu Racun' dirasa tepat membuka album, khususnya riff yang bertenaga di lagu tersebut.
Lagu kedua adalah 'Pikiran dan Perjalanan', sama dengan judul albumnya. Pukulan drum terdengar, disusul melodi gitar yang sudah diberikan efek. Sepanjang lagu, terdengar beberapa efek, memperdengarkan bahwa Barasuara lebih banyak bereksperimen di albumnya yang ke-2 ini.
Selanjutnya adalah 'Guna Manusia' yang bercerita soal daratan yang mulai tergerus air. Lagu ini juga sudah lebih dulu diperkenalkan oleh Barasuara di tahun 2018.
Lagu keempat adalah 'Pancarona'. Lirik dan musik yang sendu membuka lagu tersebut, lengkap dengan campur tangan synthesizer di sepanjang lagu.
ADVERTISEMENT
Barasuara Foto: Barasuara/Ismaya Live
Lalu, 'Tentukan Arah'. Lagu ini cocok untuk mereka yang belum bisa move on dari 'Taifun'. Meski demikian, eksperimen musik Barasuara paling terasa di sini karena menghadirkan banyak sound yang tidak awam berserta melodi dan nada yang sedih dan menyakitkan.
'Masa Mesias Mesias' jadi track keenam di album 'Pikiran dan Perjalanan'. Lagu ini sudah dibawakan sejak 2017 dan bercerita soal bentrokan antar sesama manusia berdasarkan suku, ras, golongan, dan kepercayaan.
Kemudian, 'Haluan'. Intro dibuka oleh permainan bass Gerald Situmorang. Melodi lagu ini catchy dan mengajak pendengarnya untuk melompat bersama. 'Samara' menjadi lagu selanjutnya, lebih nge-pop, fun, dan mengajak para penunggang badai untuk bernyanyi bersama. Lagu ini juga kerap dibawakan Barasuara di penampilan-penampilan mereka di tahun 2018.
ADVERTISEMENT
'Tirai Cahaya' menjadi penutup album 'Pikiran dan Perjalanan'. Lagu ini tepat dijadikan sebagai hidangan penutup karena temponya tidak secepat lagu-lagu lainnya. 'Tirai Cahaya' juga terdengar megah karena hentakan drumnya yang membahana dan juga permainan gitar solo di awal lagu.
Secara keseluruhan, 'Pikiran dan Perjalanan' terdengar lebih nge-pop dan ringan in some way jika dibandingkan dengan 'Taifun'. Meski demikian, pesan yang disampaikan di album ini lebih keras dari 'Taifun', meski lirik yang dihadirkan tidak seekstra dan seajaib lagu-lagu di album perdana mereka. Bahkan dari segi lirik, lumayan monoton karena ada banyak kata yang digunakan berulang kali di album 'Pikiran dan Perjalanan'.
'Pikiran dan Perjalanan' memperlihatkan dan memperdengarkan semuanya; kompleksitas yang ada di dalam kepala, tak bisa keluar, tapi meracuni semua sudut di sana. Album ini adalah teriakan mereka yang merasa lingkungan dan kehidupannya terkontaminasi oleh toksisitas yang dibuat oleh kaum mereka sendiri. Album ini adalah suara personal masing-masing anggota Barasuara yang dilagukan yang berbasis dari pikiran dan perjalanan seseorang.
ADVERTISEMENT
Ya, cerdas. Kata itu dirasa tepat untuk menggambarkan 'Pikiran dan Perjalanan'. Penggambaran emosi terlihat nyata dari musik yang mereka buat. Eksperimen alat musik, nada, notasi, dan melodi lagu-lagu di album ini masih terdengar tidak biasa, seperti saat mendengar album 'Taifun' untuk pertama kalinya. Hanya saja, lebih beragam dan lebih berwarna dari 'Taifun'.
'Seribu Racun', 'Pikiran dan Perjalanan', 'Haluan', dan 'Samara' memang terdengar lebih nge-pop, tapi identitas Barasuara masih melekat erat dalam empat lagu tersebut. 'Pancarona' dan ' Tentukan Arah' adalah dua lagu yang memiliki 'dunianya' sendiri di album ini. Cantik, indah, di luar ekspektasi, menyayat, menyedihkan, menyakitkan, megah, serta menjadi pengingat manusia akan keraguan dan ego yang selalu menyertai.
ADVERTISEMENT
Dua lagu tersebut menampilkan sisi humanis 'Pikiran dan Perjalanan' dan diletakkan di tengah album. Tepat, karena di sanalah pikiran dan perjalanan manusia yang sesungguhnya dipertanyakan.
Lalu, bagaimana dengan 'Guna Manusia', 'Masa Mesias Mesias', dan 'Tirai Cahaya'? 'Guna Manusia' dan 'Masa Mesias Mesias' adalah seruan sekaligus kritik keras Barasuara untuk hal-hal yang berbau perpecahan. Dalam kata lain, 'Devide et Impera'. 'Tirai Cahaya' ditaruh terakhir untuk meredam kebencian, untuk mengingatkan bahwa masih ada cinta di setiap hati manusia. Dan apa yang telah orang-orang lakukan selama hidup, akan memberikan efek untuk penerus mereka di saat para tetua sudah bersatu dengan tanah. Baik, maupun buruk.
'Pikiran dan Perjalanan' menduduki posisi yang sama tinggi dengan 'Taifun'. Hanya saja, dalam dimensi dan tujuan yang berbeda --tapi masih berbentuk Barasuara.
ADVERTISEMENT