Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Produser Kenang Masa Jatuh Bangun Bersama Seventeen
26 Desember 2018 18:57 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
Dendi Reynando selaku pemilik dari Mahakarya Group sekaligus produser dari grup band Seventeen , bercerita tentang kenangannya bersama grup musik yang terdiri dari empat orang personel itu.
ADVERTISEMENT
Cerita tersebut dibagikan oleh Dendi melalui unggahan Instagram Story akun pribadinya, @dreynando pada Selasa (25/12). Awalnya, dia menceritakan dirinya yang sedang duduk di depan distro yang baru ia dirintis pada September 2004.
Saat itu hujan sedang turun membasahi tanah Yogyakarta. Tiba-tiba, ada seseorang yang singgah ke tokonya tersebut. Dengan ramah, ia mempersilakan laki-laki itu masuk dan memilih baju-baju di distronya.
Setelah melihat wajah lelaki tersebut, Dendi merasa tak asing dengan wajah itu. Rupanya, dia adalah Herman Sikumbang, gitaris band Seventeen.
“Lalu orang tersebut mengeluarkan stiker Seventeen band dari dalam tasnya. Sontak saya bilang ‘pantesan, saya nonton launching album pertamanya di lapangan lembah UGM dan saya suka lagu-lagunya mas’,” tulis Dendi.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, mereka mulai mengobrol panjang lebar dan Herman berjanji akan membawa personel Seventeen lainnya untuk bertemu dengan Dendi. Setelah Herman, Dendi mulai mengenal Bani, Andi, Yudhy, Resa, dan Doni.
Dendi dipercaya untuk membuat business plan album kedua Seventeen untuk mendapatkan investor. Setelah berusaha semaksimal mungkin, mereka akhirnya mendapat investor dan bergabung dengan salah satu label indie.
“Saya dan Seventeen resmi menjadi ‘kami’ dan berbagi tugas dengan Resa untuk mengurus bisnis Seventeen. Namun, perjalanan tak mudah, tahun 2006 saat promo album kedua terjadi gempa Jogja yang membuat aktivitas promo Seventeen terhenti,” kata Dendi.
ADVERTISEMENT
Memori tentang kebersamaan dengan Seventeen terus berputar di kepala Dendi. Ia mengingat sosok masing-masing personel yang asyik dan baik. Lalu, satu per satu Dendi bercerita tentang kebiasaan yang sering dilakukan para personel.
"Herman usil dengan hoax yang sering disebarkan, Yudy suka ngeles dan punya teori sendiri, Bani yang latah dan selalu mengeluhkan anak-anak yang enggak pernah on time, Andi yang kritis, dan Ifan yang punya semangat menggebu-gebu," terang Dendi.
Perjalanan karier Seventeen mulai mencapai titik terang saat mereka bergabung dengan label Mi2 Music Production saat hendak memproduksi album ketiga. Di tahun 2008, album 'Lelaki Hebat' akhirnya resmi rilis. Mereka pun pindah dan mengontrak sebuah rumah di Jakarta.
Setelah itu, karier Seventeen mulai menanjak dan dipadat dengan jadwal untuk manggung. Dendi pun memilih untuk mendirikan Mahakarya pada 2009. Kendati demikian, para personel Seventeen tetap memberi dukungan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Pada 13 Desember 2018, Dendi bersama personel Seventeen melakukan meeting tentang persiapan konser ulang tahun band tersebut yang ke-20 yang jatuh pada 17 Januari 2019.
“Selain itu kami berniat untuk merilis dokumenter perjalanan Seventeen dengan mencoba mengumpulkan footage dari 2003 yang telah tersebar di banyak tempat,” tutur Dendi.
Namun pada 22 Desember lalu, Dendi mendapat kabar soal kejadian nahas yang menimpa Seventeen saat tampil di pantai Tanjung Lesung, Banten. Mereka tampil membelakangi pantai dan ombak besar menggulung mereka ketika menyanyikan lagu kedua.
Mendengar kabar tersebut, Dendi mulai berangkat menuju lokasi kejadian. Mengetahui beberapa personel Seventeen telah meninggal dunia, Dendi merasa syok. Ketika semua jenazah sudah sampai di rumah duka, Dendi merasakan kehilangan yang dalam.
ADVERTISEMENT
“Seperti lagu ‘Kemarin’ yang pernah saya tanya ke Kak Eman 3 tahun lalu, kenapa lagu ini beda dengan lagu-lagumu yang lain. ‘Iya itu lagu tentang kematian sob, enggak tau kenapa tiba-tiba keluar begitu aja’ jawab Kak Eman,” beber Dendi.
Dendi menjelaskan lagu 'Kemarin' yang rilis pada 21 Desember 2016 tak mendapatkan respons yang bagus dari masyarakat. Namun, tepat dua tahun setelah rilis, lagu tersebut berubah menjadi karya yang memiliki tempat di hati banyak orang.
"Mungkin lagu ini memang untuk melepasmu ya, Kak Eman, Kak Bani, Kak Andi, Oki, Dylan, dan Ujang?," tanya Dendi dalam hati.
Dendi menutup ceritanya dengan menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada personel dan kru Seventeen yang telah meninggal dunia. “Salam hormat dan rindu dari aku ya Kak, Dendi Reynando,” tutup Dendi.
ADVERTISEMENT