Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Profesi Special Effect Makeup Artist, Menjanjikan?
27 Februari 2019 17:35 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Mulanya, Vania Thufaila tidak pernah berencana berprofesi sebagai seorang Special Effect (SFX) Makeup Artist . Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), dia memutuskan kuliah jurusan Desain Grafis di satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pergaulan Vania di kampus tak hanya terbatas dengan teman-teman satu jurusan saja. Dia juga banyak mengenal mahasiswa dari jurusan lain, salah satunya sinematografi.
Sejak saat itu, gadis berambut panjang tersebut mulai sering dimintai bantuan untuk merias wajah teman-temannya. Baik untuk keperluan tugas, ataupun proyek-proyek lainnya.
Sempat menjajal profesi sebagai desainer grafis di beberapa kantor agency, Vania akhirnya memilih untuk memperdalam ilmu di bidang tata riasnya. Setelah ilmu di dunia beauty makeup dikiranya cukup, ia mulai menantang diri mengembangkan kemampuan menggarap special effect makeup.
"Waktu itu aku iseng, kosong enggak ada job, mau Halloween. Pas di-upload (ke media sosial) kok banyak yang lihat, akhirnya senang, dan ngulik lagi," kenang Vania Thufaila.
Perlahan namun pasti, kemampuan Vania mulai 'dilirik' orang. Dia sempat diajak untuk terlibat dalam iklan untuk film 'Folklore' Joko Anwar yang tayang di HBO. Saat itu, dia diminta untuk mengubah wajah cantik seorang perempuan, menjadi sosok Wewe Gombel yang menyeramkan.
ADVERTISEMENT
Beragam kritik menjadi 'hadiah' untuk Vania. Namun itu semua justru memicu semangatnya untuk berkarya lebih kreatif lagi.
"Yang Wewe Gombel kan aku konsen di muka, tapi pada komen Wewe Gombel kan harusnya payudaranya besar. Ah enggak terlalu seram, tapi ya sudahlah. Tapi itu justru memicu sih, kalau ada yang ngeremehin justru bikin aku kayak 'lihat saja nanti update-an selanjutnya'," kata Vania.
Sebagai SFX Makeup Artist pemula, Vania mengakui bukan perihal mudah untuk menembus industri perfilman. Banyaknya 'saingan' yang lebih berpengalaman menjadi dinding tinggi yang sulit untuk ditembus.
Vania sempat hampir ditawari untuk menjadi SFX Makeup Artist di satu film horor-komedi. Hanya saja, honor yang diberikan tak sebanding dengan mahalnya bahan-bahan yang digunakan untuk merias wajah.
ADVERTISEMENT
"Kesulitannya lebih ke banyak saingan, harus cari apa bedanya kita sama yang lain. Kemarin aku sempat ditawarin sebuah film, tapi ya gitu, kurang diapresiasi dari honornya. Untuk special effect, mereka minta Rp 900 ribu," terang Vania.
"Sedihnya lebih ke kadang orang kurang menghargai sih, kayak ngelihat 'ah itu kan no makeup makeup', harusnya simple, murah, padahal barangnya enggak sebanding. Belum kalau talent-nya minta produk mahal, itu kan zonk di kita," imbuhnya.
Hampir sama seperti Vania, perjalanan Novie Ariyanti sebagai SFX Makeup Artist di industri perfilman Indonesia juga cukup panjang. Dia memulai kariernya sebagai beauty makeup artist dari tahun 2005, dan mulai tertarik dengan bidang special effect 2 tahun kemudian.
Alasan Novie memilih bidang SFX Makeup karena ia merasa lebih tertantang jika membuat riasan wajah bonyok, luka sayat ataupun terbakar. Ia pun mempelajarinya secara otodidak dan berdasarkan pengalamannya terjun langsung di lapangan. Mulai dari asisten SFX Makeup Artist, hingga menjadi leader.
ADVERTISEMENT
"Aku belajar makeup SFX dari film ke film. Jadi belajar sambil syuting. Aku belajar dari orang-orang yang hebat seperti Pak Didin Syamsudin, Bang Jerry Oktavianus dan Mbak Kumalasari Tanara," kenang wanita yang mengubah tampilan Baim Wong menjadi orang gila dalam salah satu video prank-nya.
Ketika mengerjakan tugasnya, Novie biasanya menghabiskan sekitar dua hingga lima jam, tergantung tingkat kesulitan dari riasan wajah itu sendiri. Novie kini sudah dipercaya untuk terlibat dalam film-film ternama, seperti 'Foxtrot Six', 'Sebelum Iblis Menjemput', dan 'The Night Comes for Us'.
"Lumayan makan waktu itu bikin bonyok Joe Taslim di 'The Night Comes For Us dan bikin botak Tatjana Saphira di 'I am Hope'. Pernah makeup 5 jam buat Om Ray Sahetapy di 'Sebelum Iblis Menjemput'," terangnya.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika Novie membutuhkan waktu lama untuk merias Ray Sahetapy di 'Sebelum Iblis Menjemput'. Sebab, di film itu, Ray yang berperan sebagai Lesmana, diceritakan mengidap penyakit tak wajar, yang menyebabkan sekujur tubuhnya dipenuhi luka. Mulutnya juga mengeluarkan banyak darah kental, yang tak lagi berwarna merah, namun hitam.
Selain itu, Novie juga agak kesulitan ketika merias karakter dukun di film yang sama. Ia sampai harus melakukan tes makeup terlebih dulu kepada Ruth Marini yang memerankan karakter itu. "Sampai dua kali tes makeup, karena belum cocok dengan karakter mukanya," ucap Novie.
Jika Vania Thufaila dan Novie Ariyanti menjajal SFX Makeup Artist karena belajar secara otodidak, beda halnya dengan Darwyn Tse. Dia merupakan SFX Makeup Artist yang terlibat dalam film 'Soegija', 'Laura & Marsha', 'Pengabdi Setan', hingga 'Gundala'.
ADVERTISEMENT
Darwyn memiliki latar belakang pendidikan Fine Art dan Performance Art di Victoria Colleges of Arts, Melbourne, Australia. Kemampuannya merias wajah mulai muncul saat dia duduk di bangku kuliah dulu.
"Kalau mau jadi aktor teater di luar itu, kurikulumnya harus ngerti makeup sendiri juga. Karena kalau di luar itu MUA yang per harian itu mahal. Pas belajar gitu kok muka gue bisa berubah ya. Aktor kan main karakter, makeup itu membantu," jelasnya.
Darwyn beruntung, karena kariernya di dunia makeup artist terbilang cukup mulus. Berawal dari menjadi beauty makeup artist di MAC Indonesia, Darwyn akhirnya bertemu dengan Nia Dinata yang mengajaknya untuk terjun ke industri perfilman.
Film pertama yang melibatkan Darwyn Tse sebagai SFX Makeup Artist adalah 'Soegija' (2011). Ia diminta untuk merias banyak korban perang dalam film arahan Garin Nugroho tersebut.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Vania yang 'apes' karena ditawar rendah untuk film pertamanya, honor Darwyn dalam film itu terbilang cukup fantastis, nilainya mencapai puluhan juta kala itu.
"Di 'Soegija' kayaknya Rp 50 jutaan zaman itu ya. Tergantung keribetan dan skala filmnya. Disesuaikan saja, yang jelas (honornya) di atas makeup beauty, karena kan bahannya harus impor," ujar Darwyn.
Selanjutnya, mari kita bandingkan dengan pendapatan SFX Makeup Artist di Amerika Serikat. Setiap tahunnya, rata-rata mereka bisa menghasilkan sekitar USD 75 ribu atau setara Rp 1 miliar.
Namun, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penghasilan SFX Makeup Artist di sana. Salah satunya adalah di mana lokasi mereka bekerja. Mereka bisa mendapatkan honor sebesar USD 32 ribu (Rp 447 juta) jika bekerja di Illionis. Akan tetapi, kalau mereka berada di California, pendapatannya bisa mencapai USD 72 ribu (Rp 1 miliar). Profesi semacam SFX Makeup Artist menjadi suatu hal yang penting di industri Hollywood.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 42 tahun tersebut mengakui jika modal untuk terjun ke profesi SFX Makeup Artist memang tidak murah. Selain biaya pendidikan yang mahal, bahan-bahan makeup-nya juga sulit dijangkau di Indonesia, dan kita harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mendapatkannya dari luar negeri.
Darwyn yang merupakan pengajar tata rias di LaSalle College mengungkapkan jika biaya untuk mengambil kelas SFX Makeup di tempatnya bisa mencapai ratusan juta. Meskipun demikian, kesempatan untuk 'balik modal' akan terbuka lebar kalau sudah menekuni bidang tersebut.
"Iya (menjanjikan). Apalagi sekarang, 5 tahun terakhir. Pas ngajar, saya selalu kasih tahu anak-anak, pilihan tuh ada, kalian mau jadi bridal makeup artist. Tapi coba lihat ada berapa banyak bridal makeup artist di Indonesia. Sementara SFX Makeup Artist di film, bisa dihitung orangnya. Makanya kadang suka tarik-tarikan," ucap Darwyn.
ADVERTISEMENT
Darwyn bersyukur karena selama berprofesi sebagai SFX Makeup Artist, dia jarang menemukan kendala yang berarti. Karyanya cukup diapresiasi, baik dari pihak produksi, maupun penonton Indonesia.
Tak dapat dipungkiri, sesekali memang karyanya direndahkan. Namun, dia memilih untuk tak ambil pusing soal omongan orang. Toh, mereka yang mencemooh juga tidak mendatangkan uang untuk Darwyn.
"Gue dikasih kepercayaan, ya sudah. I do my job, dapat uang, terus ya sudah. Lebih gampang gitu, gue kan anti sosial, so I don't care," katanya santai.
Salah satu hal yang dikeluhkan oleh Darwyn Tse adalah sulitnya birokrasi saat ia hendak memesan bahan makeup dari luar negeri. Berkali-kali ia diberi 'harapan palsu', dan tak bisa mendapatkan barang-barang yang dibutuhkannya untuk mendukung profesinya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Yang aku alamin, pertama kali kita mau impor ini, data harus lengkap, ini dari birokrasi. Pertama kita udah ajuin, oke di-review, terus enggak ada kabar. Kita ajuin lagi, orangnya ganti, rules-nya beda lagi. Jadi untuk Bea Cukai, tolong jalannya dimudahin lah, kita kan kerja di sini juga, buat kita sendiri kok," terangnya penuh harap.
Profesi SFX Makeup Artist memang terbilang cukup menjanjikan. Apalagi saat ini, industri perfilman terus berkembang setiap tahunnya. Hanya saja, kurang adanya regenerasi yang tertarik menggeluti profesi ini.
Yonna Kairupan, SFX Makeup Artist untuk film 'Suzzanna: Bernapas dalam Kubur', 'Sabrina', dan 'Mata Batin', setuju akan hal itu. Namun menurutnya ada beberapa faktor yang membuat para SFX Makeup Artist pemula kariernya harus terhenti di tengah jalan.
ADVERTISEMENT
"Orang yang berbakat, orang yang bagus di bidang ini banyak sebetulnya, tapi tidak semua punya attitude yang sama. Balik lagi ya, semua juga punya ciri khas masing-masing dalam bekerja. Cuma attitude harus dibenahi. Saya lihat attitude enggak benar, mereka juga enggak bertahan lama di sini," ucap Yonna.
Sutradara Anggy Umbara sadar betul akan pentingnya profesi SFX Makeup Artist untuk film-film bergenre horor atau action di Indonesia. Dia beranggapan jika saat ini sudah banyak anak bangsa yang bertalenta di bidang ini, dan karyanya bisa disandingkan dengan mereka yang ada di luar negeri.
"Untuk Asia, SFX Makeup Artist di Indonesia bisa bersaing banget, cuma kalau untuk Hollywood belum," ujarnya.
Mempelajari Special Effect Makeup
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, ada beberapa universitas yang memiliki jurusan film, dan di dalamnya terdapat mata kuliah tentang makeup. Meski harus diakui belum tersebar luas. Di antaranya adalah Institus Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI), Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Universitas Multimedia Nusantara.
Ketua Jurusan Film dan Televisi Institut Seni Indonesia (ISI), Agnes Widyasmoro, S.Sn, MA, menuturkan bahwa SFX Makeup masuk ke dalam mata kuliah Tata Rias dan Busana di jurusannya. Sudah lebih dari 20 tahun kelas tersebut dibuka di ISI, dan selalu menjadi favorit mahasiswa tiap tahunnya.
"Special effect makeup termasuk salah satu materi yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Angkatan pertamanya dulu ada dari tahun 1994," jelas Agnes.
Ada banyak materi yang dipelajari dalam kelas tersebut. Mahasiswa tak hanya dibiarkan bereksplorasi langsung melalui praktik di kampus, namun juga dibekali teori yang akan memperluas wawasan mereka di bidang tersebut.
ADVERTISEMENT
"Secara teoritis dan konseptual sangat ditekankan. Praktik dimulai setelah pertemuan ke 5 atau 6. Pada ujian akhir semester selain praktik, mahasiswa juga dituntut menuliskan konsepnya. Tugas lain dalam mata kuliah ini adalah analisis makeup dan wardrobe pada film," jelasnya.
Pengajar dalam mata kuliah ini adalah murni dosen-dosen ISI yang memang ahli dalam bidangnya masing-masing. Akan tetapi, sesekali ada dosen tamu dari luar yang mengisi kelas agar mahasiswa tak merasa bosan. Para alumni yang menggeluti bidang makeup juga memiliki kesempatan untuk membantu kelas.
Standardisasi penilaian dalam kelas Tata Rias dan Busana di ISI cukup beragam. Mulai dari pemahaman teori, pemaparan konsep, analisis karya, teknik, juga kreativitas.
"Aspek standar lainnya adalah keaktifan di kelas, presentasi, dan kualitas penulisan makalah atau paper tugas," tutur Agnes.
ADVERTISEMENT
Menurut Agnes, kesempatan lulusan ISI yang menggeluti dunia SFX Makeup di dunia kerja cukup luas. Ada yang bekerja di TV lokal atau nasional, dan ada pula yang fokus di industri film.
Namun, untuk para lulusan baru alias fresh graduate, mereka memang harus berjuang lebih keras karena persaingannya cukup ketat untuk bisa masuk ke industri.
"Para fresh graduate ini secara kemampuan sudah mumpuni di bidang yang dipilih. Hanya saja, pasti harus menyesuaikan gap teknis, karena di kampus tidak bisa menyediakan alat-alat teknis yang mutakhir seperti di stasiun televisi swasta. Namun untuk makeup effect, saya rasa bisa diberdayakan dengan baik," ucapnya optimistis.
Simak tulisan lainnya dalam topik 'Special Effect Makeup Artist '.