news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tasya Kamila Lebih Senang Habiskan Waktu di Perpustakaan daripada Kafe

29 September 2018 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tasya Kamila (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tasya Kamila (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang perpustakaan, mungkin yang tersemat di sebagian benak masyarakat ialah gudang buku, ruangan sepi, hingga aktivitas yang monoton atau menjemukan. Tetapi bagi penyanyi Tasya Kamila, perpustakaan adalah salah satu tempat favoritnya.
ADVERTISEMENT
Perempuan kelahiran Jakarta 22 November 1992 tersebut mengatakan saat dirinya masih berstatus sebagai mahasiswa, ia kerap kali mendatangi perpustakaan untuk berkumpul dan mendiskusikan beberapa ide dengan teman-temannya.
"Perpustakaan adalah tempat belajar dan tempat berkumpul favorit aku selama aku belajar 2 tahun di Amerika, dan selama 4 tahun aku belajar di Depok di Universitas Indonesia. Perpustakaan menjadi tempat yang paling asyik buat ngumpul, apalagi buat anak-anak mahasiswa," ucap Tasya saat menjadi pembicara dalam acara Festival Lapak Perpuseru di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan.
Perempuan berusia 25 tahun itu mengungkapkan alasannya memilih perpustakaan sebagai tempat berkumpul daripada kafe misalnya, karena ada beberapa hal. Seperti, jaringan WiFi yang kencang, gratis untuk dikunjungi, hingga suasana perpustakaan yang mendukung bagi dirinya dalam menuangkan suatu ide menjadi sebuah karya.
ADVERTISEMENT
"Kalau ke coffeshop, kita harus beli dulu kopi, belum spending lagi, kadang-kadang kalau kita ngobrol atau diskusi juga berisik sekitarnya, belum lagi kalau ada musik. Jadi conversation enggak bisa terjadi," ungkapnya.
Menurut Tasya, perpustakaan juga menjadi surga untuk lebih produktif saat ingin mencari inspirasi. "Karena sumber inspirasi seperti buku, ataupun informasi dari internet segala macam itu tersedia," imbuh penyanyi yang dulunya terkenal dengan lagu 'Anak Gembala'.
"Juga suasananya mendukung di sana orang-orangnya serius sambil belajar, atau juga sambil berdiskusi, memacu kita sendiri untuk produktif," terang Tasya.
Tasya Kamila (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tasya Kamila (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Seolah membantah stigma masyarakat tentang perpustakaan sebagai tempat yang membosankan, alumni sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa perpustakaan dapat menjadi tempat untuk berkumpulnya para komunitas dalam belajar, berdiskusi hingga mengaktualisasikan ide mereka menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi kehidupan.
ADVERTISEMENT
"Aku sangat senang dengar cerita dari Perpuseru bahwa pada hari-hari tertentu ada workshop tentang membatik, hingga bercocok tanam. Itulah yang membuat literasi itu menjadi mensejahterakan, karena adanya support juga dari komunitas," jelas Tasya Kamila.
Sebagai seorang yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat, Tasya merasa beruntung karena selama menempuh pendidikan dari usia dini hingga saat ini, sekolah yang ia masuki selalu mempunyai fasilitas perpustakaan yang lengkap. Segala keperluan untuk kegiatan program belajar mengajar dapat tersedia di perpustakaan.
"Apalagi aku di Amerika itu tuh perpustakaan sudah kayak number one favorite place untuk belajar, itu pasti di perpustakaan," kenang Tasya.
Tasya Kamila. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Tasya Kamila. (Foto: Munady Widjaja)
Saat ini, minat baca masyarakat Indonesia masih belum terlalu tinggi. Pemerintah masih terus berupaya untuk menumbuhkan minat baca agar program pendidikan bagi semua rakyat dapat tercapai.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi, Tasya merasa minat baca masyarakat harus ditumbuhkan sedari dini. Seperti sejak mereka masih berusia anak-anak paling tidak sering dibacakan buku cerita bergambar. Sehingga semakin usia mereka bertambah, maka minat baca mereka juga semakin bertambah.
"Nah kalau aku sendiri cara menumbuhkan minat baca diawali dari bacaan ringan dulu seperti novel, kemudian selanjutnya kalau misalkan ada suatu ide dan mau merealisasikannya, maka kita mencoba baca buku tentang orang yang pernah sukses di bidang tersebut," tuturnya.
Mantan penyanyi cilik itu juga menjelaskan bahwa saat dirinya masih berusia anak-anak, orang tuanya sering membacakan dongeng. Aktivitas membaca, kata Tasya, lebih dapat melatih otak untuk berimajinasi dan berpikir positif daripada aktivitas menonton.
ADVERTISEMENT
Dampak dari kegemarannya membaca, Tasya mengaku mempunyai perpustakaan sendiri di rumahnya yang koleksi bukunya berupa komik-komik, novel-novel hingga buku pelajaran.
"Karena orangtua aku background-nya dari audit-auditor, jadi banyak buku tentang finance dan aku sendiri senang punya perpustakaan sendiri," pungkas Tasya Kamila sambil tersenyum.