Fanboy K-Pop, Kerap Dicaci hingga Dianggap Banci

16 Maret 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi fanboy Kpop. Foto: Fitra Andrianto dan Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fanboy Kpop. Foto: Fitra Andrianto dan Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, K-Pop identik sebagai 'dunia' yang digemari oleh perempuan. Ini karena imej yang diberikan oleh industri musik Korea kebanyakan memberikan gaya yang imut, girly, dan juga sweet. Hal ini akhirnya memberikan stigma bahwa hanya perempuan yang pantas menyukai K-Pop, dan laki-laki yang menyukainya dianggap tidak maskulin.
ADVERTISEMENT
Namun nyatanya, K-Pop sebagai industri hiburan Korea juga digemari oleh kaum adam. Tetapi, laki-laki yang menjadi penggemar K-Pop atau fanboy ini ternyata tak bisa jauh dari cibiran. Mereka dianggap tidak maskulin bahkan beberapa di antaranya ada yang dipanggil banci.
Seperti yang terjadi kepada Geraldy, selebriti Instagram (selebgram) dan Youtuber, ini mengaku kerap dicibir oleh warganet karena membuat konten-konten semacam parodi lagu dan drama, dance cover, hingga MV reaction bertema Korea. Geraldy juga menjadi satu dari banyak fanboy yang pernah disebut banci hanya karena menyukai K-Pop.
"Komentar negatif yang didapet kaya, ‘Apa sih enggak jelas,’ karena emang kan video gue enggak jelas, kaya yang paling sering misalkan ‘Apa sih cowok suka K-Pop, banci!’ gitu sih," ungkapnya saat dihubungi via telepon pada Selasa (12/3).
Selebgram dan Youtuber Geraldytan di Acara MAMA 2018. Foto: Dok. Geraldytan
Meski begitu, ia mengatakan bahwa orang-orang di sekitarnya tidak pernah ada yang mengejeknya karena menyukai K-Pop. Justru penggemar Blackpink ini mengaku, hanya menerima komentar-komentar negatif itu dari para warganet di media sosial.
ADVERTISEMENT
Menanggapi komentar-komentar negatif dari para warganet itu, pria kelahiran 1997 ini mengatakan tidak peduli dengan komentar-komentar tersebut. Tak jadi soal jika dirinya di-bully atau dicibir oleh warganet. Ia bahkan berharap, para warganet yang sering mencibirnya tidak lagi mengurus hidupnya yang menyukai K-Pop.
"Biarkan orang dengan dunianya sendiri dan elu dengan dunia lu sendiri. Jangan suka ngurusin hidup orang lain, kita berbenah sendiri aja, belum tentu hidup lu lebih bagus dari hidup gue," lanjut Geraldy.
Tidak hanya Geraldy, beberapa fanboy juga mengatakan pernah dilabeli ‘aneh’ oleh orang-orang di sekitarnya karena menyukai K-Pop. Seperti yang dialami oleh Diar, seorang fotografer yang telah mengenal K-Pop sejak tahun 2003.
“Kalau gue sih kayak mereka yang kayak aneh gitu, kayak, 'Bang lu serius, apa namanya, jadi dengerin ginian?' gitu kan. Apa lagi, ya karena gue bilang tadi gue kerja as a photographer gitu kan, dan fotografer lepas, gitu kan,” katanya saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat pada Senin (11/3).
Salah satu fanboy K-Pop di Jakarta, Ahdiar. Foto: Masajeng Rahmiasri/kumparan
Diar sering memotret konser-konser K-Pop di Jakarta. Sekali waktu ia harus mengambil gambar boyband 2PM pada 2012. Fotonya tersebut ia unggah ke media sosial. Ketika foto tersebut diunggah, ada beberapa temannya di media sosial yang keheranan dengan foto-foto K-Pop tadi. Teman-temannya tersebut banyak yang bertanya mengapa Diar menonton konser K-Pop.
ADVERTISEMENT
"Ya gue bilang, 'ya emang kenapa?' Mereka kayak aneh lah gitu, kayak padahal mereka (mungkin) tahunya dulu gue ngefansnya sama band rock gitu atau band pop yang lain," tambahnya.
Namun menurutnya, kini teman-temannya sudah lebih mengetahui kesukaannya terhadap K-Pop, lama-kelamaan mereka tidak mempersoalkan hobinya.
Senada dengan Diar, salah satu fanboy yang bekerja sebagai penyiar radio, Fajar, juga mengatakan bahwa orang-orang di sekitanya sering terheran-heran dengan hobinya terhadap K-Pop. Ia dianggap aneh karena menyukai musik dari Negeri Ginseng itu.
“Teman-teman gue paling (suka ngomong), ‘Lu suka K-pop?’ Pada aneh aja gitu, sampai sekarang juga. Cuma ya udah biarin aja,” ujar Fajar saat ditemui di kantornya pada Senin (11/3).
Salah satu fanboy K-Pop di Jakarta, Fajar Permana Putra. Foto: Masajeng Rahmiasri/kumparan
Fajar mengaku hingga sekarang masih sering diejek karena hobinya tersebut. Namun, dia memilih tak ambil pusing. Hobi dan kesukaan orang, menurutnya, merupakan pilihan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ia juga pernah tidak mengakui hobinya sebagai penggemar K-Pop. Ini karena saat itu ia masih malu dengan kesukaannya terhadap musik Korea Selatan itu.
Tetapi seiring berjalannya waktu, ia mulai terbuka dan tidak pernah canggung lagi untuk mengungkapkan kesukaannya kepada K-Pop. Dia, misalnya, kerap membahas soal K-Pop di akun media sosial.
"Cuma pas udah ke sini sini, ya udah ngapain juga nutup-nutupin. Namanya kesukaan kita kan, akhirnya ya udah di sosial media juga gue suka ngebahas tentang K-Pop," ujarnya.
Hal serupa juga pernah dialami oleh Joko, ia dianggap tidak jantan karena menyukai musik Korea. Menurutnya, cibiran itu berasal dari orang-orang yang tidak melek dunia. Sehingga ia memilih untuk tidak menanggapinya. Karena, bagi Joko musik bersifat universal dan menjadi fans figur publik itu adalah hal yang personal.
ADVERTISEMENT
Sehingga, pria berusia 30 tahun ini menilai seseorang tidak pantas menyinggung hobi orang lain.
"Di negara kaya gini aja, banyak yang nge-fans dengan artis yang cuma bisa cari sensasi tapi enggak punya karya. Kenapa kita enggak boleh nge-fans dengan artis yang multitalenta dan punya karya dan awards, yang bahkan (juga) cuma bisa diimpikan sama orang-orang yang berkerja di bidang yang sama," ungkapnya pada Kamis (14/3).
Ilustrasi fanboy K-Pop. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Lalu, apakah normal laki-laki menyukai K-Pop? Mengingat banyak fanboy K-Pop yang dianggap aneh, dibilang banci, dan juga dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Alzena Masykouri, laki-laki diberi pandangan aneh jika menyukai K-Pop karena imaji atau kesan K-Pop yang 'sweet' atau 'girly'. Sehingga, orang-orang menganggap bahwa penggemar K-Pop hanya kaum perempuan saja.
ADVERTISEMENT
Lalu menurut Alzena, masyarakat mengenali K-Pop sebagai kelompok musik yang energik dan menggunakan tarian--di mana tarian lebih identik dengan perempuan. Tetapi menurutnya, seni adalah sesuatu yang bersifat universal, jadi tak spesifik hanya untuk gender tertentu.
“Sebenarnya seni, termasuk musik, bersifat universal, tidak ada pengkhususan hanya untuk gender tertentu. Kalaupun ada batasan, lebih kepada usia audiens dengan batasan normatif atau budaya,” ungkap Alzena saat dihubungi kumparanK-Pop lewat WhatsApp, Selasa (12/3).
Bahkan dari sudut pandang psikologi, menjadi fanboy bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak normal. Alzena mengungkapkan, bahwa semua aktivitas fanatik baik pada musik, olahraga, atau hobi lain, adalah fenomena wajar. Sebab, ada kebutuhan manusia untuk berkelompok, untuk merasa sama, dan juga untuk mengagumi.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Alzena, Psikolog Bisnis dan Sosial, Silverius Y. Soeharso, juga menilai fanboy K-Pop merupakan fenomena yang wajar. Ia mengilustrasikan hal ini dengan beberapa penggemar musik antimainstream lain yang selalu dianggap aneh oleh masyarakat.
Psikolog Bisnis dan Sosial, Silverius Y. Soeharso. Foto: Dok. Silverius Y. Soeharso
Jika ditelaah, memang di setiap zaman selalu ada aliran musik yang dianggap berbeda dari aliran musik lain. Seperti aliran musik melayu, punk, rock, juga K-Pop. Psikolog yang akrab dipanggil Sonny ini pun menjelaskan, dari kaca mata psikologi pilihan-pilihan tersebut sangatlah nomal karena setiap orang butuh identitasnya masing-masing.
Sonny juga mengatakan penggemar K-Pop atau fanboy tidak berbeda dengan penggemar atau pemilik hobi lain. Ini karena, menurut sisi psikologi, hobi atau suka terhadap sesuatu itu memiliki motif, semangat, dan intensitas yang sama.
ADVERTISEMENT
"Misalkan sukanya pembalap jadi koleksinya mobil-mobil balapan. Cuma di balik motif itu, ekspresi yang ditunjukkan ada yang perilakunya menyimpang atau berbeda," ungkapnya.
Jadi menurutnya, sama saja seperti laki-laki menyukai perempuan, kalau sudah berlebihan dan over acting maka sudah masuk ke tahap tidak wajar.
"Artinya, jangan sampai terganggu dengan hobi, tapi kalau aktifitas terganggu dengan hobi, itu sudah mengalami gangguan perilaku," katanya.
Ilustrasi fanboy K-Pop. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Lalu menurut pandangan psikologi, para fanboy telah masuk ke tahap menerima bully jika disindir, dimaki-maki, diumpat, dan semua perilaku yang sifatnya merendahkan harga diri. Sehingga menurut psikolog, jika ada orang yang merundung, lebih baik tidak perlu dihiraukan. Terlebih, jika tujuan si perundung hanya untuk menjelek-jelekan tanpa ada keinginan merubah suatu perilaku.
ADVERTISEMENT
Sonny mengatakan alangkah lebih baik jika seseorang yang sering mem-bully fanboy sadar setiap orang punya pilihan berbeda-beda.
“Ya kalau suatu saat kalian di-bully karena pilihan yang kalian suka ya jangan marah. Kalau masalah selera, suatu saat anda di-bully karena pilihan idola anda saat ini, ya terima itu sebagai kritik,” ungkapnya.
Simak story lain tentang kisah para fanboy K-Pop di topik Meet the K-Pop Fanboy.